Mohon tunggu...
Philips Kabelen
Philips Kabelen Mohon Tunggu... Insinyur - Sebagai Pengamat kehidupan sosial budaya, politik, keamanan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Asal daerah NTT, ADONARA. Mahasiswa s1 Teknik Perminyakan Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Melahirkan Pemimpin yang Populis, Berintegritas, dan Cerdas Secara Intelektual

26 Juli 2014   12:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:11 3472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MAKALAH

MELAHIRKAN PEMIMPIN YANG POPULIS, BERINTEGRITAS, DAN CERDAS SECARA INTELEKTUAL

OLEH

F.X. PHILIPUS SILI KABELEN

I. PENDAHULUAN

Di era global sekarang kita sering melihat lebih banyak pemimpin di negara ini yang lebih mementingkan diri sendiri dalam kehidupan sosial bermasyarakat daripada pemimpin yang benar-benar memperhatikan hak dan kebutuhan masyarakat (populis) khususnya masyarakat menengah ke bawah. Entah dia sebagai pemimpin dalam organisasi masyarakat, organisasi dalam bidang bisnis, organisasi pemerintahan,  organiasi kepartaian atau organisasi yang terbesar yaitu negara. Alih-alih memperhatikan masyarakat, pemimpin jaman sekarang justru lebih memilih memperkaya diri sendiri dan kelompoknya, ataupun keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari begitu maraknya kasus korupsi yang terjadi di negara ini.

Dengung reformasi belum membawa perubahan berarti bagi masyarakat luas. Malah sebaliknya masyarakat dihadapkan pada suatu kondisi yang sulit. Hal yang sama juga dirasakan masyarakat di daerah Jakarta umumnya dan daerah jakarta Barat. Di sektor kesejahteraan rakyat, kemiskinan yang tinggi, biaya kesehatan dan pendidikan yang mahal, Kehidupan sosial politik yang tidak stabil, infrastruktur dan regulasi yang semrawut, dan pemimpin yang bermental ‘tempe’ adalah situasi-situasi yang dihadapi masyarakat saat ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa situasi dan kondisi yang disebutkan diatas menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemimpin di negara ini mengalami degradasi.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab semuanya itu. Salah satunya adalah kegagalan para pemimpin dalam memimpin bangsa ini. Tidak adanya pemimpin yang cekat tanggap, dan action dalam menghadapi masalah rakyatnya. Pemimpin yang tidak menjadikan permasalahan rakyat yang dipimpinnya menjadi permasalahannya sendiri, sehingga membawa bangsa ini menuju masa depan yang tidak pasti. Pemimpin yang tidak membela hak rakyat kecil, serta tidak mengetahui kebutuhan rakyatnya.

Faktor lainnya adalah ketidakjujuran (integritas) seorang pemimpin dalam memimpin bangsanya. Ketidakjujuran dapat menjerumuskan pemimpin dalam kubangan KKN, yang bisa merugikan dirinya sendiri dan rakyat banyak. Kecerdasan intelektual juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik tidak hanya menguasai bidang yang dipelajarinya, tetapi menguasai segala bidang yang bisa mendukung dia dalam menjalankan roda kepemiminannya sehingga bisa diimplementasikan ke dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Cerdas dalam berbagai hal sehingga bisa kritis, analitis, dan bisa membawa rakyat menuju perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.

Kerinduan rakyat akan lahirnya pemimpin-pemimpin baru yang bisa menjawab dan memperbaiki semua situasi dan kondisi di negara ini sangatlah besar. Lalu solusi tipe pemimpin seperti apakah yang  bisa menjawab dilema masyarakat yang bisa membawa perubahan dalam setiap aspek kehidupan ke arah yang lebih baik. Rakyat sangat mengharapkan munculnya pemimpin yang benar-benar cerdas, yang mempunyai tanggung jawab (reponsibility), pemimpin yang jujur (integritas), dan yang tidak kalah penting adalah pemimpin populis yang dapat menjawab kebutuhan dan memperjuangkan hak rakyat kecil.

II.RUMUSAN MASALAH


  1. Apa itu pemimpin yang populis, berintegritas, dan cerdas secara intelektual?
  2. Bagaimana menjadi pemimpin yang populis, berintegritas dan cerdas secara intelektual?

III.PEMBAHASAN

POPULIS

Populis berkaitan dengan paham populisme. Populis berasal dari bahasa romania “populis” yang artinya adalah rakyat serta bahasa latin “popus” yang sama artinya dengan populis. Populisme dalam prakteknya adalah segala upaya untuk meyakinkan Rakyat entah itu mengenai pemerintahan berjalan yang kotor atau kurang dapat mewakili rakyat, menghilangkan Gap antara si kaya-raya dan si miskin dari goa hantu, dan Populisme sering dikaitkan dengan penyelamat negara.  Dalam hal penghilangan Gap antara kaya dan miskin Populisme sendiri tidak lepas dari pemikiran-pemikiran mengenai sosialis.
Sosialisme (Marx), lahir dari beberapa cendekiawan untuk membela nasib para                pekerja. Karya terkenal yang berawal dari pemikiran Marx atau Lenin ini dapat dikatakan adalah dasar dari populisme itu sendiri. mari kita perhatikan beberapa asumsi atau kata kunci dalam memahami apa itu Populis,  yaitu:


  • Membela hak-hak kaum Proletar.
  • Sosialisme adalah paham mengenai masyarakat yang lebih umum.
  • Sosialis merupakan hasrat dan gerakan untuk membangun masyarakat yang adil dan        bebas.
  • Hak milik pribadi harus dihapuskan.

  • Marxisme juga adalah Sosialis tapi tidak semua Sosialis adalah Marxis

Ada juga beberapa pengertian lain tentang populisme, yaitu :


  • Populisme adalah “sosialisme yang muncul dalam negara agraris terbelakang yang sedang mengalami masalah modernisasi” (Andrzej Walicki, 1968)
  • Populisme “pada dasarnya adalah ideologi rakyat kecil pedesaan yang terancam oleh serbuan kapitalisme industri dan finansial” (Peter Worsley, 1967)
  • “Populisme menyatakan bahwa kehendak masyarakat itu sendiri merupakan yang tertinggi diatas semua standar yang lain” (Edward Shils, 1956)
  • Populisme adalah “Kredo atau gerakan yang didasarkan atas premis utama bahwa ‘nilai moral’ yang paling baik itu terletak pada rakyat sederhana yang merupakan mayoritas besar, dan pada tradisi kolektif mereka” (Peter Wiles, 1967)

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai pemimpin yang populis adalah pemimpin yang pro rakyat kecil (optin for the poor). pemimpin yang populis lahir dari pengikut atau benar lahir dari bawah (bottom-up). Karakteristiknya adalah bahwa dia sangat dekat dengan bawahannya, mengetahui apa yang menjadi permasalahan bawahan atau pengikutnya serta sangat peka dalam membantu menyelesaikan masalah yang diderita oleh pengikutnya tersebut.

INTEGRITAS

Integritas berasal dari  bahasa Latin  integer; incorruptibility , firm adherence to a code of especially moral a acristic values, yaitu , sikap yang teguh mempertahankan prinsip , tidak mau korupsi, dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.

Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis retorika, tetapi juga sebuah tindakan. Bila kita  menelusuri karakter yang dibutuhkan parah pemimpin saat ini dan selamanya mulai dari integritas, kredibilitas dan segudang karakter muliah yang lainnya-pastilah akan bermuara pada pribadi agung manusia .

Integritas berarti  mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Seseorang yang memiliki integritas pribadi akan tampil penuh percaya diri, anggun, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang sifatnya hanya untuk kesenangan sesaat. Siswa yang memiliki integritas lebih berhasil ketika menjadi seorang pemimpin, baik pemimpin formal maupun pemimpin nonformal.

Integritas adalah satu kata dengan perbuatan, dia berkata jujur dan tentu saja tidak akan bohong. Dalam hal ini Stephen R.Covey membedakan antara kejujuran dan integritass “honesty is telling the truth, in other word, conforming our words reality-integrity is conforming to our words, in other words, keeping promises and ful-filling expectations.” Kejujuran berarti menyampaikan kebenaran, ucapannya sesuai dengan kenyataan. Sedang integritas membuktikan tindakannya sesuai dengan ucapannya. Orang yang memiliki integritas dan kejujuran adalah orang yang merdeka. Mereka menunjukan keauntetikan dirinya sebagai orang yang tanggung jawab dan berdedikasi.

Integritas dan kepemimpinan sangat erat satu sama lain. Stephen Covey (2006) menyebutkan integrity is doing what we say will do. Seorang pemimpin harus dapat bertindak secara konsisten antara kata dan perbuatan.

Integritas yaitu apa yang kita lakukan sesuai dengan apa yang kita ucapkan. Karena orang-orang yang kita pimpin akan melihat sampai sejauh mana kita melaksanakan apa yang kita ucapkan, sehingga mereka akan mengikuti apa yang kita perintahkan.

Untuk mewujudkannya memerlukan kerja keras, dengan memiliki integritas dalam kepemimpinan, seorang pemimpin harus menggabungkan seluruh aspek yang ada dalam dirinya dan menjadi satu kesatuan yang saling mendukung satu sama lainnya.
Aspek-aspek tersebut adalah kognitif, afektif, dan psikomotornya. Hal itu yang akan men-cerminkan secara holistik dirinya sebagai seorang pemimpin.

Kepemimpinan yang dibangun atas kekuatan berpikir dengan kebiasaan yang produktif yang dilandasai oleh kekuatan moral berarti ia memiliki “Integritas” untuk bersikap dan berperilaku sehingga ia mampu memberikan keteladanan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan perubahan yang terkait dengan proses berpikir.

Dengan pemikiran diatas, maka “Integritas” menjadi kunci kepemimpinan “bagaimana ia membuat keputusan yang benar pada waktu yang benar” dalam bersikap dan berperilaku karena disitulah terletak pondasi dalam membangun kepercayaan dan hubungan antara individu dalam organisasi. Dimana kita memperhatikan legalitas dan prosedur yang harus ditempuh, namun yang lebih penting “Integritas” seseorang dapat menuntun mana yang jujur dan yang tidak jujur yang tidak mudah di kacaukan hal-hal yang bersifat formal tapi dapat menyesatkan.

Jadi kepemimpinan yang memiliki “integritas”, maka ia menyadari benar bahwa rimba hukum memang tidak pernah jelas, itu tidak berarti ia akan mempergunakan dengan dalih kekuasaan untuk ikut bermain dalam arena tersebut, karena ia akan menolak untuk ikut serta dalam persaingan yang tidak sehat, walaupun hal itu merupakan tugas yang akan dilaksanakannya. Oleh karena ia dalam bersikap dan berperilaku tidak akan melepaskan diri dari membuat suatu keputusan yang adil dan objektif. Jadi dengan integritas itu berarti ia memiliki manajemen intuitif untuk mengintegrasikan otak kanan dan kiri dengan hati sebagai keterampilan manajemen abad baru.

CERDAS SECARA INTELEKTUAL

Seorang pemimpin harus cerdas secara intelektual karena pengalaman dan pendidikan yang pernah dia alami yang menentukan arah dalam setiap pengambilan keputusan. Intelektualitas tidak hanya tercermin dari prestasi yang ditorehkan, tetapi juga harus mempunyai pengetahuan luas akan berbagai hal. Pemimpin yang cerdas secara intelektual akan memberikan pengaruh positif dalam segala tindakannya. Dia akan memberikan ide-ide brilian dalam setiap kegiatan keorganisasian. Inovasi dan kreatifitas yang dia punya akan semakin menggairahkan atau memotivasi bawahannya untuk terus berkembang. Intinya dia akan jadi teladan bagi anggotanya untuk memacu diri mereka menjadi insan yang berkualitas.

Seorang pemimpin diibaratkan seperti seorang Jenderal dalam peperangan, dia harus mempunyai pengetahuan yang dalam tentang kekuatan pasukannya-nya dan juga kekuatan dan kelemahan dari musuh-musuhnya, strategi dan taktik yang akan digunakan di medan pertempuran. Semuanya itu akan membawa dia menang dalam pertempuran. Jika dikaitkan dengan pemimpin dalam organisasi mulai dari organisasi terkecil sampai yang terbesar misalnya dalam konteks sebuah negara, maka menjadi pemimpin tidak hanya mengandalkan pengetahuan atau ilmu yang dikuasainya saja, tetapi harus bisa menguasai ilmu dari bidang-bidang yang lain. Hal ini akan memudahkan dia dalam mengambil keputusan - keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi organisasi yang dipimpinnya sehingga bisa mencapai visi dan misi yang diharapkan.

CARA MELAHIRKAN PEMIMPIN YANG POPULIS, BERINTEGRITAS DAN CERDAS SECARA INTELEKTUAL.

Pertama, Melahirkan seorang pemimpin yang berjiwa populis merupakan sebuah tantangan di tengah era globalisasi dan modernisasi sekarang ini. Setiap organisasi pengkaderan mahasiswa perlu melakukan perubahan (Transformasi) dalam membentuk kader-kadernya yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa ini yang berjiwa populis. Perubahan yang dimaksudkan adalah membuat suatu metode baru selain dalam hal pembinaan dan pendidikan berjenjang di internal organisasi dengan lebih menekankan pada aksi-aksi nyata yang berhubungan dengan jiwa populis. Jadi, tidak hanya dipelajari pada materi pembinaan seperti Masa Penerimaan Anggota, Latihan Kepemimpinan (LK), Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), dan latihan kegiatan pengkaderan lainnya tetapi benar-benar ditunjukan dengan aksi nyata dengan terlibat dan berpihak langsung dengan masyarakat di sekitarnya khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah (kaum yang tertindas). Misalnya tidak hanya dengan melakukan aksi demonstrasi menentang kebijakan pemerintah yang tidak memihak kaum tertindas, ataupun hanya melakukan seminar membahas suatu masalah atau isu-isu yang berkaitan dengan ketidakadilan terhadap kaum tertindas, tetapi dengan melakukan aksi-aksi sosial atau ekskursi sosial. Hal ini yang harus diperbanyak intensitasnya dalam proses pengkaderan dari internal organisasi.

Kedua, tidak bisa dipungkiri bahwa integritas merupakan ujian yang paling berat bagi seorang pemimpin. Jarang sekali ditemukan pemimpin yang benar-benar berjiwa integritas tinggi dan bersih dari segala kasus KKN. Maka dari itu jiwa dan semangat integritas harus ditanamkan sejak dini dengan berbagai cara, salah satunya adalah pendidikan berbasiskan budaya. Bahwa nilai-nilai integritas seperti kejujuran, moral, tanggung jawab, loyalitas, harus mulai ditanamkan kepada kader-kader dan dibudayakan dalam lingkungan organisasi. Hal itu juga harus dibudayakan dari perangkat organisasi yang tertinggi sampai yang terkecil. Sehingga, dengan demikian tumbuh kesadaran dari dalam diri kader-kader baru untuk bisa memiliki semangat integritas yang tinggi. Contoh sederhananya adalah bisa dengan melakukan laporan keuangan tiap bulannya, setelah dilaksanakan suatu kegiatan selalu dibuat laporan pertanggungjawaban (LPJ). Implementasinya adalah kelak nanti setelah berproses di dalam organisasi akan menjadi pemimpin di masyarakat yang berintegritas tinggi.

Ketiga, cerdas secara intelektual juga diperlukan oleh seorang pemimpin dalam memimpin suatu perangkat organisasi ataupun pemimpin bangsa ini. setiap organisasi juga harus lebih memikirkan cara atau metode agar kader-kadernya bisa dan mampu menguasai semua bidang atau aspek lain dalam kehidupan ini yang diluar bidang atau ilmu yang dia pelajari selama di bangku kuliah. Salah satu caranya adalah dengan lebih meningkatkan iklim diskusi pada internal organisasi. Diskusi tidak hanya membahas isu-isu nasional yang sedang terjadi tetapi bisa juga dengan sharing ilmu antar kader yang tentunya memiliki fokus kuliah pada satu bidang. Sehingga, wawasan intelelektualitas kader semakin bertambah dan bisa diaplikasikan setelah terjun ke masyarakat nantinya.

Selain cerdas secara intelektual, untuk menjadi seorang pemimpin juga diperlukan kecerdasan secara spiritual dan emosional. Cerdas secara spiritual yang dimaksudkan adalah bagaimana kita menjalin hubungan dengan Tuhan. Tidak ada pemimpin manapun di dunia ini yang bisa menyelesaikan semua masalahnya sendiri bahkan dengan sekumpulan tim homo sapiens terkuat yang dia bentuk, kenapa? karena banyak hal di dunia ini yang jauh sekali dari nalar kita sebagai manusia. Banyak masalah yang sebenarnya tidak bisa dipecahkan sendiri oleh kekuatan manusia, sekuat apapun dia. Manusia pasti butuh Tuhan, untuk bersandar, mengadu, dan meminta. Karena Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Setiap Kader harus dilatih sedini mungkin agar tidak boleh melupakan Tuhan dalam kehidupannya misalnya dengan cara berdoa tentunya sesuai dengan Agama masing-masing individu. Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan berbagai kegiatan Spiritual yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi

Seorang pemimpin juga harus cerdas secara emosional.  Perilaku keseharian dia, hubungan dia sesama manusia, perilaku dia terhadap orang sekitarnya, terhadap lingkungannya, terhadap dunia ini. Itulah kriteria lain untuk jadi seorang pemimpin. Karena kodratnya manusia ialah makhluk lemah yang harus bersosial untuk mencapai sebuah tujuan, maka seorang pemimpin pasti sadar bahwa dia membutuhkan orang lain untuk saling mengisi dan menutupi kekurangannya. No one can stand alone. Keputusan yang tepat berasal dari pengalaman dan pembelajaran berkelanjutan. Jika kita memisalkan diri kita gelas, apa yang akan kita tuangkan kepada orang lain apabila gelas tersebut jarang diisi. Maka seorang pemimpin pastilah orang yang akan terus belajar, terus mendengar, terus memberi karena dengan seperti itulah dia akan memberikan hal postif bagi orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu dibutuhkan lah sosok yang karismatik, bertanggung jawab, dan mempunyai kepedulian tinggi. Teruslah belajar, teruslah merendah, teruslah bermanfaat terhadap orang lain. Selain itu, seorang pemimpin juga harus pandai dalam menempatkan posisinya dalam keadaan yang berbeda-beda. Seperti membaur tapi tak melebur. Dia harus punya prinsip yang kuat sehingga keyakinan dia tak digoyangkan oleh orang-orang yang mengambil keuntungan. Pemimpin boleh salah, tapi pemimpin tak boleh ragu-ragu. Dan tentu dia harus punya pengaruh yang kuat terhadap orang-orang disekitarnya.

IV.PENUTUP

KESIMPULAN :


  • Di era globalisasi sekarang jarang sekali ditemukan pemimpin yang berjiwa populis, berintegritas tinggi, dan cerdas secara intelektual.
  • Pemimpin yang populis adalah pemimpin yang pro rakyat kecil (option for the poor). Peka dan secara langsung turun ke lapangan membantu rakyatnya.
  • Pemimpin yang berintegritas adalah pemimpin yang memiliki mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran.
  • Pemimpin yang cerdas secara intelektual adalah pemimpin yang tidak hanya menguasai ilmu yang dipelajarinya, tetapi harus bisa menguasai bidang atau ilmu yang lain.
  • Cerdas secara intelektual harus dibarengi dengan cerdas secara spiritual dan cerdas secara emosional.

SARAN :


  1. Setiap organisasi pengkaderan harus membuat sebuah gebrakan baru atau transformasi dalam pembinaan kader yang berjiwa populis melalui aksi-aksi nyata.
  2. Nilai integritas harus dibudayakan dalam internal organisasi dari perangkat yang tertinggi sampai yang terkecil.
  3. Iklim diskusi dan sharing ilmu antar kader harus lebih ditingkatkan di internal organisasi untuk menambah wawasan demi tercapainya pemimpin yang cerdas secara intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun