Mohon tunggu...
Rhyta Sariedova
Rhyta Sariedova Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswa PGSD KEBUMEN yang memulai menulis karena "diperkosa". selalu semangat n bersyukur ats semua nikmatNYA.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Teori Belajar?

9 November 2010   05:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:45 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu teori pembelajaran???

Dalam bukunya (Winfred F. Hill) disebutkan bahwa “teori” bukanlah sekedar kata-kata atau ungkapan yang mudah dipecahkan dan dipahami. Hal itu disebabkan karena perbedaan opini tentang pengertian dri teori. Dalam pengertian yang paling luas, teori adalah interpretasi sistematis atas sebuah bidang pengetahuan. Dalam psikologi pembelajaran, barangkali lebih baik digunakan istilah sistem atau interpretasi sistematis daripada istilah “teori”, karena teori kadang-kadang digunakan dalam pengertian yang lebih sempit untuk merujuk pada sejenis sistem logika formal. Teori pembelajaran memang sangat bermacam-macam, seperti teori behavioristik, teori kognitif, teori kontrukstivisme dan teori humanisme.

# Teori Behavioristik

Teori behavioristik merupakan teori pembelajaran yang menekankan pada stimulus dan respon, dalam teori ini siswa dapat melaksanakan tugas dengan baik apabila guru tersebut memberikan stimulus (rangsangan). Bentuk-bentuk stimulus tersebut dapat berupa perintah, ajakan, ataupun peringatan dari guru terhadap murid. Teori ini memang masih sangat dekat dengan pembelajaran yang selama ini kita anut atau kita praktekan. Contoh penerapan dari teori ini, misal bila kita diberi tugas untuk membaca buku tentang bab tertentu barulah kita melaksanakan, tapi bila tidak ada perintah seperti itu kebanyakan dari siswa tidak melakukan apa-apa (pasif). Jadi pada intinya, teori ini menekankan pada “reinforcement” yaitu penguatan kepada siswa agar aktif belajar dan mengerjakan tugas. Teori ini juga kerap kali menunjukan adanya pujian atau penghargaan terhadap siswa yang berprestasi dan adanya hukuman pada siswa yang melakukan kesalahan dalam praktek belajar. Namun adanya pujian dan hukuman tersebut kadang membuat siswa menjadi ketergantungan terhadap guru tersebut. Inilah yang menjadi kelemahan dari teori behavioristik ini, siswa yang sering dipuji dengan hasil belajarnya terkadang menjadi santai-santai dan tidak menutup kemungkinan suatu saat bila siswa tersebut tidak dipuji lagi maka siswa tersebut cenderung bermalas-malasan karena merasa tidak diperhatikan lagi oleh gurunya, begitu pula dengan adanya hukuman, maka siswa yang sering melanggar akan bisa berubah bila diberi peringatan secara terus menerus oleh gurunya. Walaupun begitu, teori ini masih bersifat universal, dimana di era sekarang ini teori tersebut masih digunakan dan melekat erat di kawasan pelajar maupun pembelajar.

# Teori Kognitif

Kita tentu sering mendengar istilah kognitif, kognitif acapkali disamakan dengan kemampuan intelektual. Teori kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Jadi, teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional yang dimiliki seseorang. Lebih singkatnya lagi, teori ini menekankan pada kemampuan intelektual seorang siswa. Dalam teori ini, siswa dinilai cerdas atau tidaknya dengan cara mengukur seberapa jauh siswa tersebut dalam mengerjakan tes akademik yang diberikan dari gurunya baik dalam bentuk tes tertulis maupun tes secara lisan. Kebaikan dari teori ini salah satunya; siswa menjadi termotivasi untuk belajar yang rajin ketika akan ada ulangan harian, ulangan tengan semester (UTS), ulangan akhir semester (UAS), maupun Ujian Nasional (UN). Namun terkadang hal tersebut dirasa kurang bijaksana karena guru hanya menilai hasil tanpa menghiraukan proses. Jadi di model teori ini, mana siswa yang benar-benar pintar dan siswa yang biasa-biasa saja tidak terdeteksi dengan baik karena perkembangan moral kepribadian siswamenjadi sangat miskin karena teori ini hanya mengoptimalkan kemampuan intelektual saja tidak memperhatikan aspek moral. Semestinya, proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara peran kognisi dengan peran afeksi sehingga lulusan pendidikan memiliki kualitas intelektual dan moral kepribadian yang seimbang. Dalam kenyataannya, teori ini masih dianut oleh Indonesia, ini dibuktikan dengan adanya UJIAN NASIONAL (UN). Siswa seringkali merasa “stress” ketika dihadapkan dengan hal tersebut. Di satu sisi siswa harus mengikuti ujian wajib negara, disisi lain tidak sedikit yang mengeluh dengan adanya UN, sekolah yang ditempuh selama 3 tahun (dalam SMA) hanya ditentukan dalam 6 hari. Tentu dampak ini tidak hanya dirasakan pada siswa saja tetapi juga guru atau pihak sekolah. Memang seharusnya antara kognisi dan afeksi harus saling berkaitan dan berjalan secara balance.

# Teori Konstruktivisme

Teori ini menekankan pada siswa untuk aktif, kreatif dan kritis. Dimana seorang guru hanya sebagai fasilitator saja. Hal dmikian dimaksudkan agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Misalnya dengan cara belajar di luar kelas, akan lebih menyenangkan bagi siswa daripada belajar di dalam kelas yang monoton. Selain menyenangkan maka siswa juga akan lebih mudah mengingat dan menyerap pelajaran yang memanfaatkan nature tersebut. Misal dalam belajar IPA, siswa di ajak ke taman kecil yang ada di sekitar sekolah untuk melihat langsung macam tumbuhan-tumbuhan, siswa bisa lebih fresh dan lebih semangat untuk berpartisipasi daripada teori terus menerus di dalam kelas. Apalagi karakter anak usia SD, mereka masih suka dan merasa lebih bebas bila belajar sambil bermain (outbond).

# Teori Humanistik

Human, dalam bahasa Indonesia artinya adalah manusia, sedangkan dalam teori humanistmerupakn proses belajar yang harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaimana persoalan manusia dari berbagai dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga teori ini mencakup teori-teori sebelumnya.Guru menerangkan kepada siswa bahwa mereka adalah manusia yang memiliki akal dan pikiran. Mampu menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Kaitannya dengan pembelajaran, guru memberikan hak sepenuhnya kepada siswa untuk belajar dengan gaya mreka masing-masing. Siswa yang butuh belajar siswa juga yang semestinya tahu apa yang semestinya menjadi tugas seorang pelajar.

Setelah kita mengetahui berbagai teori-teori pembelajaran yang ada, maka secara bijaksanalah kita untuk mengambil sisi positif yang ada pada masing-masing teori tersebut. Dan menurut saya, tidak ada teori yang paling baik ataupun paling jelek, semua teori tersebut bersifat “relatif” tergantung siapa dan bagaimana seseorang menelaahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun