Ini adalah sebuah kisah ketika aku masih duduk di bangku SMA dulu,kisahku bersama Ipah,pacarku yang senantiasa menemaniku hingga saat ini. Sebelumnya,namaku Dimas. Aku kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Aku orangnya bisa dibilang supel dan mudah bergaul dengan orang lain,terutama cewek. Sejak kecil aku banyak mempunyai banyak teman cewek sehingga kebanyakan mantan-mantanku putus karena cemburu terhadap pertemananku. Tetapi hal ini berubah ketika aku masuk SMA, semenjak aku diputuskan mantanku pada awal masuk SMA,aku sulit sekali untuk menjalin hubungan dengan seorang cewek. Seiring waktu berjalan aku menjadi bahan olok-olokan temanku karena terlalu lama menjomblo. Dimanapun dan kapanpun aku tidak luput dari bahan bullyan teman-temanku karena statusku.
Sudah lebih dari 1 tahun aku menyandang gelar jomblo,hingga tiba hari dimana aku menginjakkan kakiku di bangku SMA kelas 2. Waktu itu aku masuk di jurusan IPS dimana kelasku merupakan kumpulan dari murid-murid paling nakal di sekolah. Bolos,mengerjai adik kelas,hingga mengoret-oret fasilitas sekolah adalah kegiatan utama kelas kami disamping belajar. Berkali kali kami masuk ruang BK dan mengumpulkan pundi-pundi poin ketertiban.
Kebanyakan murid laki-laki dikelasku berstatus jomblo,sehingga kami berlomba-lomba untuk berburu siswi yang baru saja masuk di SMA kami. Pagi itu kami bersama-sama mengamati para adik kelas dari depan kelas. Tidak ada seorang murid barupun yang luput dari pengawasan kami. Ada beberapa siswi baru yang menarik bagi kami. Bel sekolah pun berbunyi,saatnya untuk upacara.
“Akhirnya aku menjadi seorang kakak kelas,ini adalah saat yang tepat untuk mencari belahan jiwaku yang hilang entah kemana,pasti salah satu diantaranya ada di barisan adik kelasku yang cantik-cantik” pikirku dalam hati setelah melihat adik kelasku yang mengikuti upacara hari pertamanya di SMA.
“ Bagaimana,sudah dapat buruan?” kata Ceper,salah seorang temanku
“ Buruanku sangat banyak dan statusku pasti akan berakhir pada tahun ini” kataku
“ Buruan banyak,tapi yang mau nggak ada,hahaha” kata Ngece,salah satu temanku yang mengejekku dari belakang.
Selama upacara berlangsung,kami terus saja meributkan adik kelas yang menurut kami cantik dan menarik perhatian,hingga tiba saat upacara selesai, Pembina upacara memperingatkan kelas kami dan melarang kelas kami kembali ke dalam kelas setelah upacara selesai. Kelas kami dijemur selama setengah jam di bawah terik matahari ditengah lapangan sekolah. Kami sangat malu karena ditonton oleh siswa satu sekolah,tetapi juga bersyukur karena peristiwa inilah yang membuat kelas kami dikenal dikalangan adik kelas sehingga memudahkan kami untuk berburu mangsa.
Ada dua adik kelas yang kini sangat dekat denganku,mereka bernama Maya dan Mega. Aku mendekati mereka berdua secara diam diam,hamper lebih dari dua bulan aku mendekati mereka. Bahkan bisa dikatakan kami seperti pacaran tapi diam-diam. Aku sempat binggung ingin memilih yang mana diantara keduanya. Akhirnya setelah tiga bulan berlalu,mereka tiba-tiba serentak menjauh dariku. Aku heran dengan apa yang terjadi gerangan. Mereka seperti menghindar setiap kali bertemu denganku dan sering menolak saat ingin kuajak keluar dengan berbagai alasan. HPku tiba tiba berbunyi dan terdapat satu pesan singkat yang isinya “Kamu jahat,pasti kamu ingin menghancurkan pertemanan kami”. Aku membaca pesan ini sambil garuk-garuk kepala mencoba untuk memahami isinya. Setelah sekian lama berlalu ternyata aku tahu bahwa Maya dan Mega adalah sahabat dari SMP. Aku cuek saja dengan hal ini karena aku memang merasa tidak bersalah. Memang dasarnya saja sikapku sangat cuek dan sama sekali tidak romantis.
September 2012 setelah hari ulangtahunku aku kembali dekat dengan seorang cewek yang bernama Lia. Kedekatan kami terjalin kurang lebih selama 6 bulan. Tiada hari yang terlewatkan untuk menghubungi dia, setiap saat kami selalu member kabar satu sama lain. Meskipun kami jarang keluar bersama tetapi hubunganku dengan Lia bisa dikatakan lebih dekat dari pada cewekcewek sebelumnya. Lama kelamaan Lia banyak member sinyal kepadaku agar aku menembaknya. Bukannya aku terlalu percaya diri, tetapi aku tahu dari temannya bahwa Lia ingin sekali agar aku menembaknya. Tetapi karena aku orangnya cuek,jadi sinyal yang diberikannya kepadaku seakan tak pernah sampai. Mungkin dia lelah dengan sikapku yang terlalu cuek dan mengabaikan keinginannya. Sehingga,satu bulan kemudian aku mengetahui bahwa Lia telah menjalin hubungan dengan temanku. Aku tidak bisa menyalahkan hubungannya karena aku sadar bahwa tindakannya adalah buntut dari sikapku yang terlalu cuek.