Mohon tunggu...
Penyair jalanan
Penyair jalanan Mohon Tunggu... -

Adalah Shakespeare dan Khalil Gibran manusia yang mendobrak zaman dengan berbagai karya puisi yang begitu fenomenal

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bencana

4 Maret 2014   21:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:15 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gunung-gunung itu sebagai penyangga
Ia berdiri kokoh memberi harapan
Suatu ketika anak cucu Adam datang
Anak cucu dari generasi keserakahan

Gunung mulai resah
melihat keserakahan di mata mereka
Gunung berkata seakan ketakutan
Wahai anak cucu Adam
Bukankah darah adalah sebuah dosa
Dan penantian adalah harapan
Jangan kau sentuh aku, bila di dadamu terdapat keserakahan
Mereka tak menghiraukan
Terus menyusun kayu dibalut tumpukan jerami

Gunung bertanya kepada langit
'Haruskah aku takut pada mereka ?'
Namun langit hanya terdiam
Gunung bertanya kepada tanah
'Haruskah aku takut pada mereka ?'
Namun tanah pun terdiam

Gunung mulai gemetar ketakutan
Ia kembali menatap langit dan bertanya
Bukankah mereka adalah‘penjaga’ bagiku ?
Langit pun mengirim petir dan menurunkan hujan
Ia berkata ‘ merekalah penghuni bumi’
Teman yang senantiasa berkawan dengan waktu
Bukankah itu yang kau(gunung) inginkan ?

Gunung terdiam
menatap manusia yang terus berjalan mengitarinya
Ia kembali berkata pada langit
‘namun aku melihat keserakahan di mata mereka’
‘kebodohan di kepala mereka’
‘Dan nyanyian iblis di mulut mereka’

Langit kembali terdiam
Mengirim mentari yang terang benderang
Dan berkata ‘ kau (gunung) adalah penyangga’
‘Melindungi mereka(manusia) dari roda dunia’
‘Namun keserakahan mereka adalah musuhmu’
‘Kebodohan mereka adalah lawanmu’
‘dan perangilah nyanyian iblis yang mereka dendangkan’
‘sesungguhnya itulah ketetapan bagimu’

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun