Kurang lebih 13 tahun lalu saya berkunjung ke Malang bersama seorang teman yang memang berasal dari Malang juga, saya berangkat lewat stasiun pasar senen dengan menggunakan Kereta Api Ekonomi Matarmaja.Sangat menyenangkan dan juga melelahkan.
Setelah 13 tahun berlalu kenangan itu kembali teringat,saya teringat kembali ketika melihat Indra Azwan berjalan kaki dari Malang menuju Jakarta "hanya" untuk mengembalikan uang Rp.25 juta pemberian presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Dengan menggunakan Kereta saja sudah sangat melelahkan apalagi dengan berjalan kaki.Apa yang dilakukan oleh Indra Azwan memang bukan untuk mencetak rekor MURI apalagi Guinnes Book Of Record, beliau "hanya" ingin menuntut keadilan terhadap perwira polisi yang menabrak anaknya hingga tewas.
Rp. 25 Juta rupiah bukanlah "harga" yang pantas untuk nyawa seorang anak dan wajar saja Indra Azwan "berang", karena setelah 2 tahun yang lalu bertemu presiden ternyata kasusnya tak kunjung tuntas.Bahkan tak ada pemecatan bagi seorang perwira polisi tersebut.
Dengan hadirnya sosok Indra Azwan seharusnya SBY bisa berkaca bahwa masih banyak rakyatnya yang terancam bahkan meninggal akibat kacau balaunya hukum.Tidak pantas seorang pemimpin mengeluh ketika banyak rakyatnya benar-benar terluka baik lahir maupun batin.
Saya juga masih ingat dengan kasus Tama satrya Langkun korban penganiayaan seorang yang tidak dikenal ketika dia mencoba membeberkan kasus rekening gendut perwira tinggi Polri.SBY pun berjanji akan segera menuntaskan kasus tersebut, tapi sampai sekarang semuanya tidak jelas.
Saya tidak mengerti apakah SBY benar-benar tidak mampu atau tidak mau untuk mengungkap dan menuntaskan berbagai kasus yang melibatkan masyarakat kecil.Dan saya juga tidak mengerti mengapa SBY malah membentuk satgas ANTIPORNOGRAFI bukan memperkuat satgas antimafia hukum.WallohuA'lam Bishowab.
081381852400
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H