Mohon tunggu...
Giyat Yunianto
Giyat Yunianto Mohon Tunggu... Administrasi - Insya ALLOH profil yang saya buat dapat dipertanggungjawabkan.

Diam kupikir Lisan kuDzikir.....https://www.instagram.com/giyat81/ @GiyatYunianto... www.giyatyunianto17.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ryan Patut Ditiru

19 September 2014   03:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:16 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua manusia dapat mengenyam pendidikan tinggi apalagi hingga jenjang S2.Setiap orang yang "hanya" bisa memperoleh pendidikan "seadanya"pasti beranggapan bahwa manusia-manusia yang telah mendapatkan atau sedang menempuh pendidikan pasca sarjana adalah manusia yang sangat mulia.
Mengapa disebut sangat mulia?, karena dengan tingkat pendidikan di atas rata-rata orang Indonesia, seharusnya orang-orang yang telah berhasil mendapatkan pendidikan S2 tersebut dapat berpikir dan memiliki akhlak yang tidak sama dengan yang tidak memperoleh pendidikan Sarjana.
Cara berpikir dan akhlak mulia tersebut dapat kita lihat dari "ujian" yang telah ALLOH berikan pada orang-orang tersebut.Setiap manusia pasti memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi dan menghadapi setiap "ujian" yang datang dari ALLOH.
Ignatius Ryan Tumiwa merupakan salah satu orang yang patut ditiru, mengapa demikian?, Sebagai orang yang memiliki ijazah S2 seharusnya Ryan memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang sangat layak dari orang kebanyakan.
Namun, Ryan justru mengalami kehidupan seperti orang-orang yang "tidak" mendapatkan pendidikan.Tentu saja hal tersebut membuat Ryan frustasi bahkan depresi hingga ingin melakukan bunuh diri.Satu hal yang patut ditiru dari Ryan adalah daya tahannya untuk tidak mengumpat atau menghujat.
Seharusnya dalam keadaan depresi Ryan dapat dengan mudah mengeluarkan "isi hatinya" dengan mengumpat semaunya.Tetapi Ryan justru lebih memilih mengajukan gugatan ke MK untuk merevisi pasal 344 KUHP tentang eutanasia atau upaya untuk mengakhiri hidup seseorang dengan tenang.
Florence Sihombing, seorang mahasiswi S2 di Jogja juga mendapatkan "ujian", namun ujiannya tidak sama dengan Ryan.Florence diuji untuk sabar mengantri di SPBU, tetapi Florence tidak sabar untuk mengantri di antrian motor sehingga menyerobot ke antrean khusus mobil.
Hal tersebut bukan saja menyalahi aturan yang telah ditentukan namun juga menzolimi masyarakat lain yang telah mengantri.Rupanya florence tidak terima ditegur oleh petugas sehingga meluapkan emosinya ke media sosial dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk seseorang yang berpendidikan.
Ryan dan Florence memiliki kesamaan yakni sama-sama memperoleh pendidikan S2 sedangkan perbedaannya adalah Ryan lebih sabar dalam menghadapi persoalan hidupnya ketimbang Florence.Semoga ALLOH SWT memberikan kekuatan kepada kita semua dalam menjalani segala macam permasalahan hidup.Aamiin.Wallohu A'lam Bishowab.Semoga Bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun