Mohon tunggu...
Giyat Yunianto
Giyat Yunianto Mohon Tunggu... Administrasi - Insya ALLOH profil yang saya buat dapat dipertanggungjawabkan.

Diam kupikir Lisan kuDzikir.....https://www.instagram.com/giyat81/ @GiyatYunianto... www.giyatyunianto17.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Selalu Pesantren?

17 Februari 2016   19:53 Diperbarui: 17 Februari 2016   20:54 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan tertua, bahkan ikut memerjuangkan kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Sejarah telah mencatat bahwa para ulama dan santri berjuang hingga titik darah penghabisan demi terwujudnya kemerdekaan yang telah lama dicita-citakan.

Tidak sedikit tokoh bangsa yang dilahirkan dari pesantren. Ya, pesantren bukan hanya mendidik seorang manusia untuk mandiri namun juga mampu menginspirasi dan berpengaruh di muka bumi.

Adanya pernyataan yang menyebutkan radikalisme di pesantren sangatlah tendensius dan tidak melihat fakta yang ada.Pernyataan tersebut sangatlah menyakitkan dan dapat menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat.

Sebagai seorang pejabat negara sudah sepatutnya tidak asal bicara dalam membuat pernyataan.Alhamdulillah, umat Islam di Indonesia mampu "memaklumi" keterbatasan wawasan pemimpinnya.

Oleh karena itu, sebagai bangsa yang besar, umat Islam di Indonesia harus dapat menahan diri dan jangan terprovokasi oleh pernyataan yang tidak bertanggungjawab.

Ya ALLOH, lindungilah lisan dan hati para pemimpin kami agar mampu berbicara dengan hati dan tidak salah dalam memberikan informasi. Aamiin. WallohuA'lamBishowab. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun