Tak semua negara bisa merayakan kemerdekaannya dengan meriah, Indonesia adalah salah satu negara yang mampu memperingati hari kemerdekaannya dengan meriah dan gegap gempita. Hal tersebut merupakan wujud atau simbol bahwa kemerdekaan Republik Indonesia direbut dengan perjuangan dan bukan atas pemberian.
Oleh karenanya sebagai warga negara Indonesia kita patut berbangga kepada para bapak dan ibu pendiri bangsa, salah satu cara menghargai perjuangan beliau adalah dengan mengikuti berbagai lomba 17-an yang diadakan oleh berbagai pihak seperti RT, RW, Kelurahan, kecamatan dan lain sebagainya.
Banyak manfaat yang dapat kita petik dari mengikuti lomba 17-an, yang pertama adalah kita dapat merasakan atmosfer perjuangan para pejuang kemerdekaan yang berjuang dengan gigih agar dapat lepas dari belenggu penjajah, yang kedua adalah kita dapat belajar untuk mengendalikan diri dan hawa nafsu.
Untuk memenangkan lomba 17-an memang dibutuhkan kesabaran dan ketekunan agar tidak terpancing berbuat onar atau menghalalkan segala cara untuk mencapai kemenangan.Hal tersebut merupakan salah satu cara kita menghayati perjuangan para pejuang bangsa.
Ketika kecilpun saya kerap mengikuti lomba 17-an, beberapa lomba yang pernah saya ikuti dan masih ada dalam ingatan adalah sepak bola, memindahkan kelereng dengan sendok, lari keliling komplek perumahan, memasukkan pinsil ke dalam botol, bakyak dan memindahkan belut dari satu ember ke ember yang lain.
Setiap lomba memiliki tingkat kesulitan dan kesannya masing-masing, seperti sepak bola memiliki kesulitan kala harus menjaga kekompakan antar pemain, memindahkan kelereng harus dengan konsentrasi tinggi, laripun harus memiliki fisik yang prima, memasukkan pinsil harus penuh kesabaran, bakyakpun harus fokus dan kompak.
Namun diantara sekian banyak lomba yang saya ikuti ada satu lomba yang sangat berkesan dan terus saya ingat hingga sekarang. Lomba itu adalah lomba memindahkan belut dari dari satu ember ke ember yang lain.Mengapa disebut mengesankan?, karena sebagai rakyat yang besar di kota saya jarang memegang belut yang masih hidup.
Hal tersebut membuat saya tidak pernah lupa kala kesulitan menggenggam untuk dipindahkan akibat licinnya tubuh si belut.Alhamdulillah meskipun susah hingga jatuh bangun ke tanah saya dapat menyelesaikan lomba pindah belut tersebut dengan sempurna.