Mohon tunggu...
Caturida Meiwanto Doktoralina
Caturida Meiwanto Doktoralina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Senang Olahraga dan Prestasi menuju Indonesia Taat Azas

Selanjutnya

Tutup

Politik

PBNU Kunci Sukses Pemilu Presiden 2014

25 Mei 2014   19:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terpecahnya kader-kader NU saat Pilpres ini sungguh membuat ramai dan marak mengenai Prediksi apa yang akan memenangkan Pilpres 2014 ini? Melanjutkan tulisan mengenai Popularitas dan Strategi. Mungkin benar bahwa kader tersebut terpecah suara, tetapi partai pengusung semuanya kanan-kiri juga terpecah suara yang tidak dan jangan sampai terpecah adalah PBNU.

Harus dipahami bahwa dalam pemilu terdapat 3 (tiga) cluster Pemilih Pertama,kaum intelektual yang tidak dapat dipengaruhi kecuali dengan memaparkan program yang menurutnya rasional dan dapat diterapkan. Kedua, kaum Pragmatis yang tidak jelas arah tujuan tetapi bersedia memilih asalkan mereka mendapat manfaat dari pemilihan tersebut. Ketiga, Kaum akar rumput...ini adalah binaan partai atau gerakan yang memang tidak dapat dibeli karena militansinya kepada partai/capres yang jadi kebanggaannya.

Info lapangan murni telah terjadi dan akan terjadi penambahan perubahan yang signifikan kepada salah satu calon yang disebabkan oleh panji-panji  PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika , NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945). Jika menilik antara capres saat ini memang benar banyak kunjungan kepada kyai dan ulama suara emas di beberapa wilayah di Indonesia. Tetapi hanya satu calon yang secara langsung dipublikasikan mengingat leluhur bangsa Indonesia. (silahkan ditelusur).

Saat memasuki bulan ramadhan, maka seluruh masyarakat muslim Indonesia dengan taat dan ikhlas menjalankan perintah ibadah puasa dan saat itu mereka kontempelasi akan sebab akibat dirinya yang akan berkelanjutan merenung hingga siapa calon pemimpin Bangsa dan Negara yang akan dipilih nantinya (walaupun mungkin secara pribadi telah memiliki nama calon). Pastinya masyarakat Indonesia yang agamis mengingat leluhur dengan melakukan budaya mendoakan, ziarah dan lain-lain. Ramah tamah keluarga ini akan membentuk pola perubahan komunikasi politik pada keluarga dan masyarakat dan hal ini tidak dapat di ulang kembali. Mengapa tidak dapat di ulang kembali? Karena kunjungan awal restu tidak dapat ditiru. Capres yang ingat budi baik pejuang sebelumnya adalah capres loyalis dan benar-benar siap bekerja untuk NKRI. Bagaimana jika capres lain mengikuti polanya? Jawabannya…Bisa saja tetapi agak terlambat.

Value dengan nilai-nilai agamis dan budaya telah ditunjukkan oleh kedua calon, ‘rebut-ribut’ dukungan hanya pada elit atas saja yang berpakaian ‘pengurus’. Masyarakat tidak terjebak dengan hal tersebut, mereka tetap ingin menjadi kader-kader yang mengedepankan PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang - Undang Dasar 1945). Hingga hari ini, Tim lapangan, yang  ada pada beberapa provinsi, menyampaikan tentang terjadinya perubahan paradigma berpikir  di kalangan masyarakat sesuai ‘cluster pengetahuan’ yang dimilikinya (padahal belum ada kampanye resmi – bisa ditelusur pemeringkatan elektabilitas masing-masing calon).

Masyarakat sudah ‘terpatri’ dengan satu buku yang berisi tentang Perbaikan Indonesia, para tokoh telah mempelajari kembali buku tersebut, disampaikan dengan cara yang baik pula dan akhirnya mereka sadar bahwa mereka harus memilih, mereka harus berubah, mereka harus berprestasi dan memberikan penghidupan layak untuk diri dan keluarganya. Buku tersebut bukanlah buku yang men-deklarasikan partai, tetapi buku yang mengajak masyarakat berpikir baik secara mikro maupun makro. Buku itulah Pedoman Berbangsa dan Bernegara di Indonesia, Buku itu mengulas detail mengenai PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945).

Pertanyaannya siapa yang membuat buku tersebut? Buku ini dibuat oleh beberapa tim yang peduli tentang Indonesia secara utuh. Mengapa kita harus kaji buku tersebut ? Jawabanya adalah karena dalam buku tersebut tidak ada satupun yang mendiskreditkan panji-panji ke Bhineka Tunggal Ika-an, tidak juga mendiskreditkan pendahulu bangsa Indonesia dan bahkan cenderung mengingatkan kita akan pesan leluhur bangsa arti cinta damai, arti aman dan nyaman, arti hidup dan berkehidupan. Jaga dan lestarikan budaya buku PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945) ini, karena dialah kunci sukses ber Negara di Indonesia. Buku ini selalu dijaga oleh seluruh pemimpin bangsa RI hingga saat ini, inilah yang disebut dengan MISI SUCI BELA NEGARA.

Pesan moral politik ini disampaikan kepada masyarakat untuk membaca kembali buku tersebut dan jangan terjebak pada kisah mahabharata, atau kisah kerajaan nuswantara yang terpecah-pecah, kisah munculnya ratu adil bahkan sabdo pandito ratu. Salah satu capres diantara mereka adalah Pilihan anda.  Allah SWT penentunya.

Caturida Meiwanto Doktoralina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun