Mohon tunggu...
Paul Micky
Paul Micky Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

senang menikmati keindahan alam, mendambakan kesatuan semua manusia dengan semesta dalam suasana damai.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apalah Arti Sebuah Nama

12 Desember 2011   09:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:27 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak mungkin seorang anak mengambil garpu kalau dimintai tolong oleh ayahnya untuk mengambilkan sendok. Karena sendok jelas bukan garpu, demikian pun sebaliknya. Betapa pentingnya sebuah nama dan pengenalan akan pemilik nama itu karena nama merupakan tanda atau identitas. Orang tidak sembarang menamai seseorang atau sesuatu. Orang tua memberi nama pada anaknya dengan maksud atau latar belakang tertentu. Sama halnya ketika sekelompok masyarakat memberi nama pada sesuatu dan menyepakati nama tersebut. Nama yang diberikan menjadi tanda pada apa atau siapa yang dinamai. Setiap daerah pasti mempunyai kebiasaan memberi nama dengan alasan tertentu. Demikian pun di daerah Sumba, salah satu pulau kecil dari gugusan pulau di NTT bagian laut selatan. Sebagai contoh, di bawah ini disebutkan beberapa nama benda, tempat atau orang di daerah tersebut:

(1)Bok Nona Gaya, nama sebuah tikungan (biasa disebut “bok”). Di tempat ini pada saat-saat tertentu, akan muncul jin dengan sosok seorang wanita cantik, seksi dan suka bergaya. Karena itulah, tikungan itu dinamakan “Bok nona gaya”.

(2)Bok Welem, tikungan yang letaknya tidak begitu jauh dari “Bok Nona Gaya”. Welem adalah koban perampokan karena diduga mengantongi benda berharga. Para perampok memergokinya di sebuah tikungan yang sepih kemudian membunuhnya untuk mendapatkan benda berharga tersebut. Nama Bok Welem mengabadikan seorang Welem yang dibunuh di sana.

(3)Welem dibunuh oleh Bili. Karena Bili dipenjarakan di Sumba Timur, maka namanya jadi Bili Timora”.

(4)Ada pula kebiasaan menggandengkan atau mengabungkan nama antara dua orang. Pertama, kebiasaan menggandengkan nama sang suami dengan nama istrinya. Misalnya, Bili dan Koni adalah pasangan suami-istri. Maka sang Suami akan mendapat nama “Bili Koni” sedangkan si istri biasa dipanggil dengan nama “Koni Bili”. Ini berarti bahwa pemilik nama tersebut saling memiliki satu sama lain. Si Bili hanyalah suami dari Si Koni dan Si Koni adalah istri dari si Bili. Begitu pun ketika kita menemui nama-nama seperti Komba Loru, Lede Wini. Kedua, menyangkut kebiasaan menamai anak pada umumnya tidak dilepaskan dari kebudayaan Sumba yang bersifat patriarka. Karena itu, nama anak biasanya digabungkan bukan dengan nama sang ibu, melainkan dengan nama ayah. Nama sang ayah mengikuti nama anaknya. Jikalau seorang lelaki yang bernama Bulu adalah anak dari Bili, maka si Bulu itu dinamakan “Bulu Bili”.

(5)Kababa Ede. ini adalah nama gorengan yang sangat khas dan nikmat sekali bila dicicipi. “Kababa” berarti gorengan atau kue sedangkan “Ede” menunjuk pada tempat asal gorengan atau kue tersebut. Karena “kababa” itu berasal dari “Ede” maka dinamakan “Kababa Ede”.

Perubahan pada nama asali, nama yang sudah diberikan sejak awal, bisa mengaburkan sesuatu. Hal ini dapat kita pahami sebagai penguburan identitas asli agar sesuatu menjadi tidak hanya kabur sampai hilang sama sekali. Sesuatu dibikin kabur agar perlahan-lahan menjadi hilang. Nama diubah dengan muatan tertentu. Misalnya, orang bisa menamakan tembaga pada sesuatu padahal sesuatu itu bukanlah tembaga melainkan emas. Ada yang disebut jaya, meskipun sesungguhnya di sana banyak ketidakjayaan. Kalau saya tidak salah ingat, ketika hutang Indonesia terlalu membelit anak bangsa, ada orang yang mengusulkan agar nama negara diubah. Di Sumba Barat Daya terdapat sebuah pantai berpasir putih yang bernama Mananga Aba. Ada orang yang berpendapat bahwa pantai itu lebih indah dari pantai Kuta. Karenanya ada yang ingin me-renamenya lagi menjadi Pantai Kita. Supaya terkesan kayak Kuta?! Kuta, ya Kuta di pulau Dewata. Mananga Aba, ya Mananga Aba.

Sesungguhnya, nama-nama yang diberikan melekat pada seseorang atau sesuatu sebagai sebuah identitas, bukan asal tempel. Kata orang Latin, "Nomen est Omen", nama adalah tanda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun