Hidup adalah proses. Itulah sebuah ungkapan yang sering kita dengar dan kalau dipikir memang seperti itulah kehidupan. Sebuah proses perubahan dari satu titik ke titik yang lain. Jikalau perubahan itu sudah tidak ada maka berakhir pula sebuah kehidupan. Namun didalam menjalani sebuah proses kehidupan banyak sekali rintangan – rintangan yang akan selalu dihadapi oleh manusia. Rintangan itu tidak lain hanyalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri. Karena dengan adanya rintangan maka seseorang akan memperoleh sebuah pengalaman baru . namun tidak sedilit pula banyak manusia yang terjerembab kalah saat menghadapi rintangan itu sehingga bukan lah kualitas hidup yang bertambah namun kemerosotanlah yang ia alami.
Nafsu adalah satu dari berbagai rintangan hidup. Secara fitrah manusia dilahirkan dengan membawa nafsu, tanpa nafsu manusia tidak akan menikmati kehidupan secara sempurna. Namun karena nafsu pula banyak manusia yang bukannya menikmati hidup namun malah merasakan kepahitan hidup. Nafsu adalah sebuah nikmat yang terasa indah bagi setiap manusia . Cinta merupakan bagian dari nafsu. Cinta terhadap harta, kedudukan , keluarga, ataupun kepada wanita adalah sebuah hal yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat kita. Sebuah keindahan tentunya, jika kita bisa menikmati itu semua. Namun tidak jarang karena cinta, manusia bukannya menjadi bahagia namun ia malah menjadi sengsara, bahkan kalau kita sering melihat tayangan televisi banyak yang berani membunuh dirinya hanya karena cinta. Entah itu cinta kepada harta , kedudukan ataupun kepada wanita. Bagi mereka yang cinta kepada harta mereka akan berusaha mencari harta sebanyak mungkin agar bisa memenuhi hasrat kecintaannya. begitu pulabagi manusia yang cinta kepada kedudukan ataupun wanita mereka akan selalu berusaha untuk memenuhi rasa cintanya itu. namun ketika cinta itu semakin dikejar maka cinta itu semakin kecang berlari. Artinya kita tidak mungkin bisa memenuhi hasrat cinta itu sendiri.
Oleh karena cinta itu tidak bisa terpenuhi maka sudah seharusnya manusia harus memiliki sebuah batasan/tolak ukur terhadap cinta. Karena jikalau cinta tanpa tolak ukur maka ia hanya sebagai kenikmatan yang fatamorgana.Lalu apa tolak ukurnya…?
Tolak ukur cinta adalah cinta kepada sang pencipta “cinta” itu sediri. Ketika kita mencintai sang pencipta lebih dari yang lain maka kecintaan kepada selainnya akan terbatasi oleh aturan-aturan dari sang pencipta. Karena tuhan adalah sang pengatur dunia dan seisinya. Tak mungkin hal yang kecil sampai yang besar luput dari aturan-aturannnya. Tuhan telah mengatur peredaran planet dengan rapi, Dialah yang mengatur ombak dilautan,mengatur arah angin , mengatur hujan, dan tetunya Dialah yang mengatur kehidupan manusia termasuk cinta. Bagi seorang yang mencintai karena-Nya maka Rasa cintanya akan teratur dan indah. Sebagai contoh: ketika seorang mencintai harta,dia tidak akan mencari harta dengan cara apapun asalkan dia dapatkan harta itu, namun dia akan mencari harta dengan cara-cara yang halal danbaik karena tuhan telah memerintahkannya seperti itu. Begitu pula jika dia mencintai seorang wanita maka ia juga akan mencintai nya dengan cara-cara yang baik.
Oleh karenanya cintailah sang pencipta “cinta” nicaya engkau mendapatkan kenikmatan cinta yang sebenarnya…..! salam penikmat cinta..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H