Mohon tunggu...
Tupat Tominatasa
Tupat Tominatasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Administrator

Logika dan Rasa Menjadi Deretan Kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Santri"

23 Oktober 2019   12:41 Diperbarui: 23 Oktober 2019   15:43 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 22 Oktober 2019 merupakan hari  yang telah ditetapkan sebagai Hari Santri oleh Pemerintah di era Presiden Joko widodo. Sejarah perjuangan KH. Hasyim Asyari dalam menumbuhkan semangat jihad kepada santri dan rakyat indonesia menjadi dasar penetapan peringatan hari santri. Pada tanggal 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asyari menyerukan kewajiban bagi setiap muslim untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah yang ingin menguasai kembali bangsa indonesia setelah Proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.

Dari sini kita melihat semangat cinta tanah air adalah semangat yang digaungkan oleh KH. Hasyim Asyari dalam arti bahwa rakyat muslim tidak mampu menuju kedamaian selama kemerdekaan belum diraih. KH. Hasyim Asyari merupakan representasi dari ulama sedangkan rakyat muslim merupakan representasi dari kaum santri (kaum yang sedang belajar hukum islam dan/atau kaum yang menjalankan syariat islam dengan arahan dan bimbingan kyai/ulama).

Ulama sebagai panutan para santri menjadi penentu semangat serta arah tujuan kehidupan, Hal ini yang menjadi bukti bahwa ulama tidak dapat terpisahkan dari para santri. Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan Indonesia,ulama adalah orang yang paling ditakuti oleh penjajah.  Banyak sekali ulama yang syahid dan berlumuran darah akibat ketakutan penjajah atas eksistensinya di negara indonesia.

Prof. Dr. Snock hourgance seorang orientalis yang belajar hukum islam ketika dimintai nasihat oleh penjajah mengatakan  "cara terbaik menghentikan perlawanan ulama dan santri adalah dengan melenyapkannya". Dapat dartikan bahwa perjuangan ulama dan santri tidak dapat dipadamkan oleh harta ataupun iming2 keduniaan. Mereka berjuang diatas keyakinan kebenaran serta kemauan yang kuat untuk bebas dari ketidakadilan penjajah.

Tanggal 22 Oktober 2019 kemarin diperingati sebagai Hari santri menjadi pengingat kita bahwa pentingnya menjaga ulama, karena mereka adalah tonggak/sumber Ilmu yang seharusnya dijaga bukan dimusuhi. Tanpa Ulama "Santri" bagaikan anak  yang kehilangan Induknya.

Jakarta, 23 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun