Mohon tunggu...
Suci Nuriatil Islamiyah
Suci Nuriatil Islamiyah Mohon Tunggu... -

Bekerja di Universitas Paramadina, Alumni Assalaam Islamic Modern Boarding School, Alumni Universitas Nasional.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Mengisi Tangki Cinta untuk Anak

10 Desember 2013   11:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:06 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cinta adalah sebuah emosi, luapan kasih sayang yang sifatnya universal, bisa cinta kepada pasangan, anak, orang tua atau sahabat. Tetapi yang ingin saya bahas di sini adalah cinta kepada anak. Saya ingin berbagi pelajaran setelah membaca buku Hypnotherapy for Children, Cara Mudah dan Efektif Menerapi Anak, karangan Adi W Gunawan. Dalam buku itu terdapat sub bab yang menarik perhatian saya yaitu tentang Teori Tangki Cinta. Mengapa tangki? Adi W. Gunawan menganalogikannya dengan tangki air dimana tangki air biasanya selalu terisi penuh oleh air dan jika air sudah mulai mencapai batas minimal maka pompa air akan langsung bekerja secara otomatis mengisi tangki air tersebut. Tangki air selalu terisi penuh karena untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga seperti mandi, mencuci, memasak dan lain-lain. Bisa dibayangkan jika tangki air tidak terisi atau bahkan bocor maka dapat dipastikan seluruh kegiatan rumah tangga akan tidak terpenuhi.

Sama halnya dengan tangki cinta yang kita isi untuk memenuhi kebutuhan emosi dan psikis anak. Jika anak merasa tangki cintanya sudah penuh ia akan berperilaku baik, manis, penurut karena ia merasa dicintai, disayang, aman, diperhatikan dan dihargai. Sebaliknya jika anak merasa tangki cintanya sudah mencapai batas minimal atau bahkan bocor, anak pasti akan minta untuk diisi lagi dan diperbaiki. Tidak jarang perilakunya menjadi tidak baik, gelisah, rewel, cari perhatian, mudah menangis dan mudah marah.

Tangki cinta yang dibutuhkan anak adalah kasih sayang, rasa cinta, rasa aman, perhatian, dan dihargai. Tangki cinta harus diisi oleh kedua orang tuanya yaitu Ayah dan Ibu. Tangki cinta tidak bisa hanya diisi oleh salah satunya saja, karena hal ini akan membawa dampak anak akan merasa dia hanya disayang oleh Ibunya saja, dia hanya merasa aman jika ada di dekat Bapaknya. Tidak demikian pengisian tangki cinta yang harus diberikan orang tua kepada anaknya. Ayah dan Ibu harus bekerjasama mengisi tangki cinta yang dibutuhkan oleh anak. Ayah dan Ibu harus tanggap dan jeli akan sifat anak yang mulai menunjukkan tanda-tanda tangki cintanya mulai berkurang. Apabila yang terjadi orang tua sibuk bekerja atau tidak mengerti bahasa anaknya yang mungkin masih kecil, tidak perduli terhadap rengekan anaknya maka bisa dipastikan anak akan berulah, seperti mogok sekolah, tidak mau mengerjakan PR, tidak mau mandi, tidak mau makan, dan lain-lain.

Perilaku anak yang tidak baik tersebut kemudian dianggap orang tua bahwa anaknya bandel atau bermasalah. Hal ini seharusnya tidak terjadi, sebaiknya cobalah untuk berintrospeksi, melihat dan merasakan apakah pengisian tangki cinta yang diberikan sudah cukup memenuhi kebutuhan emosi dan psikis anak. Ada baiknya orang tua belajar mendengarkan keluhan anak, melakukan komunikasi dua arah, memposisikan diri sebagai teman atau sahabat sehingga anak akan merasa nyaman ketika berbicara kepada orang tuanya. Pengisian tangki cinta amat diperlukan sebagai bekal emosi dan psikis anak dalam menjalani hari-harinya. Ketika anak merasa malu, diejek, terpojok, kecewa, dikucilkan, dan tidak disayang, saat itulah orang tua tanggap untuk mengisi dan memenuhi tangki cinta.

Buku Hypnotherapy for Children merujuk Garry Chapman dalam bukunya Five Love Languages yang mengatakan bahwa seorang anak menerima cinta melalui 5 cara yaitu:


  1. Waktu yang berkualitas

    Waktu yang berkualitas harus diiringi dengan kuantitas dan kedekatan emosi. Tidak bisa dikatakan berkualitas jika waktu bertemu hanya sekitar 1-2 jam saja dan tanpa kedekatan emosi juga komunikasi yang baik.

  2. Kata-kata positif atau pujian

    Siapa yang tidak suka jika dipuji, orang dewasa juga senang dipuji demikian juga dengan anak. Pujilah anak dengan tulus dan spesifik, tidak hanya mengatakan, “bagus, pintar, baik” tetapi harus lebih spesifik lagi seperti “Wah baik sekali anak Mama, mau berbagi mainan dengan temannya”. Memuji anak dengan tulus dan spesifik membuat anak akan mengulangi kembali perilaku positifnya.

  3. Sentuhan Fisik

    Anak sangat membutuhkan sentuhan fisik dengan berbagai macam cara seperti pelukan, belaian, ciuman, dan elusan. Dengan sentuhan-sentuhan tersebut anak akan merasa aman, nyaman dan dilindungi. Memberikan sentuhan fisik tidak hanya ketika anak sedang berperilaku baik atau ketika orang tua dalam keadaan baik, cobalah memberi sentuhan fisik saat anak sedang rewel, menangis, gelisah, juga saat orang tua sedang dalam keadaan gelisah dan bimbang. Dengan sentuhan fisik seperti pelukan akan membuat anak dan orang tua tenang dan nyaman, anak juga akan merasa disayang dan diperhatikan.

  4. Pelayanan

    Memberikan pelayanan kepada anak bukan berarti mendidik anak tidak mandiri, jika kita memberikan pelayanan dengan batas wajar tentu akan membuat anak semangat dalam melakukan aktivitasnya, seperti membantu menyediakan bekal makan dengan tampilan yang menarik sehingga anak akan suka makan, membantu anak mengerjakan tugas sekolah seperti membuat prakarya, berhitung dan membaca.

  5. Pemberian hadiah dan kejutan

    Pemberian hadiah atau kejutan ke anak tidak perlu mahal. Pemberian hadiah dengan benda atau makanan sederhana dan dengan ketulusan akan membuat anak senang. Pemberian hadiah seperti mengajak anak jalan-jalan ke taman, museum, pameran tentu akan lebih bermanfaat lagi. Pemberian hadiah atau oleh-oleh ketika kita pulang bekerja atau keluar kota juga akan membuat anak merasa selalu diingat oleh orang tuanya.

Jadi, sudahkah kita sebagai orang tua melihat dan merasakan tangki cinta kita selalu terisi penuh untuk anak? Karena dengan pengisian tangki cinta yang tentunya juga dengan sewajarnya akan membuat proses tumbuh kembang anak menjadi lebih baik, orang tua juga akan merasa tenang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun