Mohon tunggu...
Suci Nuriatil Islamiyah
Suci Nuriatil Islamiyah Mohon Tunggu... -

Bekerja di Universitas Paramadina, Alumni Assalaam Islamic Modern Boarding School, Alumni Universitas Nasional.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengintip Kehidupan Pesantren

28 November 2013   14:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:34 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas tamat Sekolah Dasar, saya memilih untuk melanjutkan ke pesantren yang jauh dari ibu kota Jakarta yaitu di kota Solo, Jawa Tengah. Memang tidak ada paksaan dari orang tua atau saudara hanya kemauan sendiri yang ingin hidup mandiri. Mungkin karena tidak ada paksaan, maka ketika sampai di pesantren rasanya senang sekali dan kerasan. Di pesantren saya bertemu teman-teman dari berbagai daerah hampir 34 propinsi di Indonesia bahkan sampai ada dari negara tetangga yaitu Malaysia.

Kehidupan di pesantren sangat unik berbeda dengan kehidupan di luar pesantren. Bagi mereka yang hidup di luar pesantren mungkin bertemu dengan teman hanya setengah hari saja, sementara jika di pesantren kita akan bertemu dengan teman yang sama selama 24 jam sehingga kita begitu mengenal dekat dengan teman.

Setiap pesantren memang memiliki keunikan dan aturan yang berbeda. Berikut adalah keunikan dan aturan di pesantren tempat saya pernah menuntut ilmu.

1. Kamar

Setiap kamar di pesantren dihuni oleh 15-22 santri (sebutan siswa yang tinggal di pesantren). Bentuknya rayon-rayon seperti asrama di TNI dan sejenisnya, setiap rayon terdapat 20 kamar. Pada setiap kamar dihuni oleh senior dan junior yang tentunya dari kelas yang berbeda dan daerah yang berbeda. Pesantren saya diperuntukkan untuk siswa jenjang Mts, Takhasus (kelas khusus bagi siswa kelas 3 SMP yang baru masuk pesantren sebelum masuk ke jenjang SMA atau MA) dan SMA/MA. Biasanya senior dijadikan ketua kamar yang bertanggung jawab pada kebersihan, kerapihan, keamanan kamar dan kedisiplinan anak kamarnya. Bahkan juga sampai menjadi tempat curhat anak kamar yang kadangkala bertengkar dan menangis karena rindu dengan keluarganya.

Sebenarnya di pesantren saya terdapat kamar-kamar VIP yang biasanya dihuni oleh senior-senior seperti kelas 3 Mts dan 3 SMA/MA yang mulai mempersiapkan ujian akhir. Mereka memilih kamar VIP agar lebih konsentrasi dalam belajar. Kamar ini dihuni oleh 3-4 santri saja dan tersedia kamar mandi di dalamnya.

Berbeda dengan kamar VIP yang menggunakan dipan untuk tempat tidurnya, kamar non VIP hanya lesehan saja tidak menggunakan dipan tetapi langsung kasur yang dialasi tikar. Jika tiba saat tidur malam santri-santri akan terlihat seperti ikan bandeng yang sedang dijemur, saling berjejer dua shaf dari tembok sampai pintu hanya disisakan sedikit saja di bagian tengah untuk berjalan. Pagi hari kasur, bantal dan guling semua anggota kamar ditumpuk hingga tinggi bahkan sampai miring karena bentuk setiap kasur yang berbeda tebal dan tipisnya. Setelah itu ditutupi dengan selimut atau seprei yang bercorak, ada gambar tokoh kartun, bunga-bunga atau hanya salur-salur, jika ada yang mempunyai boneka bisa diletakkan paling atas sebagai pemanis. Ada juga kasur, bantal dan guling yang dibentuk sedemikian rupa agar tampil menarik. Lemari-lemari pakaian di kamar juga ditempel dengan kertas kado yang seragam, semua tergantung dengan kreatifitas anggota kamar.

Hal tersebut dilakukan karena setiap beberapa bulan sekali ada penilaian kamar yang meliputi kebersihan, kerapihan, dan kreatifan kamar yang diumumkan di masjid selepas sholat berjamaah. Tentunya hal ini membawa kebanggaan tersendiri bagi kami para santri jika kamarnya dinobatkan sebagai kamar terbersih. Sebaliknya, jika kamarnya dinobatkan sebagai kamar terkotor betapa malunya kita dan pasti jadi bahan ledekan teman kamar lain.

Setiap rayon mempunyai jadwal piket, dalam sehari dua santri yang digilir per kamar akan melakukan piket. Biasanya kita saling berebutan untuk ambil jatah piket rayon yang artinya kita dapat ijin tidak masuk sekolah karena harus membersihkan rayon seperti merapihkan rak sandal dan sepatu yang ada di setiap kamar, menyapu dan mengepel. Selebihnya, bisa dipergunakan untuk istirahat di kamar atau mencuci baju sendiri.

2. Antri

Kebanyakan kegiatan yang dilakukan di pesantren selalu dimulai dengan antri, salah satunya mandi dan makan. Saya biasanya mandi 30 menit sebelum adzan subuh berkumandang, jadi ketika tidur disebelah bantal sudah saya siapkan handuk dan kerudung, nanti ketika terbangun tidak perlu lagi repot mencari handuk dan kerudung, saya langsung jalan keluar kamar menuju kamar mandi. Saya memilih mandi sebelum subuh karena untuk menghindari antrian yang panjang atau malah tidak mendapat antrian.

Bagaimana tidak mendapat antrian, karena bagi kita para santri prinsipnya adalah ketika selesai mandi sekeluarnya dari kamar mandi yang ditunjuk untuk menggantikan setelah kita mandi adalah anak kamar sendiri, kalau sudah celingak-celinguk tidak melihat anak kamar maka yang akan dipilih adalah teman dekat atau teman sedaerah.Tidak heran bukan kalau antri mandi saja perlu perjuangan. Biasanya kalau sudah kepepet tidak dapat antrian maka pilihannya adalah tidak mandi atau mandi pada saat jam istirahat sekolah. Kalau saya lebih memilih lari menyelinap ke kamar mandi Ibu Dapur dan buru-buru mandi kilat, biar tidak ketahuan dan dimarahi Ibu Dapur. Ibu Dapur adalah sebutan untuk para pegawai pesantren yang bertugas memasak untuk para santri.

Makan di ruang makan juga harus antri. Senioritas disini suka terlihat, mereka suka dresel yaitu merebut masuk ke dalam antrian di depan tidak perduli junior-juniornya yang sudah ikut antri sampai memanjang ke belakang. Apalagi kalau menu makannya enak, antrian akan semakin panjang, pembagian jatah makan oleh Ibu Dapur pun menjadi ketat. Oya untuk makan kita bisa mengambil nasi bebas sebanyak apapun tetapi kalau sayur, lauk-pauk dan buah ada Ibu Dapur yang mengambilkan. Piring makannya juga terbuat dari seng bentuknya persegi panjang, terdapat pembatas antara nasi, sayur, lauk pauk dan sambal. Setelah makan ada Bapak Dapur yang bertugas mencuci piring.

3. Peraturan-Peraturan

Ada banyak peraturan yang harus ditaati oleh para santri dan jika melanggar sudah pasti akan terkena hukuman. Peraturan-peraturan itu diantaranya dari bagian Pengajaran (Ta'lim) tidak boleh makan dan minum sambil berdiri, sholat berjamaah di masjid, dan bagi santri putri keluar kamar harus menggunakan jilbab. Hukuman bagi yang melanggar adalah menghapal surat-surat pendek atau Al Qur'an dan hadist-hadist. Bagian Bahasa (Lughoh) mewajibkan kita berbahasa Arab atau Inggris dalam percakapan sehari-hari. Hukuman yang diterapkan adalah mengarang dalam bahasa Arab atau Inggris, menulis kosa kata bahasa Arab atau Ingris dalam jumlah tertentu. Sementara dari Bagian Keamanan (Amn') para santri tidak boleh keluar komplek pesantren tanpa ijin, tidak boleh pacaran, tidak boleh merokok, mencuri, dll. Hukumannya adalah keliling lapangan dengan menggunakan jilbab berwarna terang menyala (bagi santri putri), keliling lapangan dengan kepala digundul (bagi santri putra).

4. Aktivitas

Kegiatan harian para santri adalah sekolah dari jam 07.00 – 13.00, dilanjutkan dengan sholat berjamaah di masjid kemudian makan siang. Sholat lima waktu harus dilakukan berjamaah di masjid jika datang terlambat akan terkena boking yaitu dipukul di bagian pantat atau betis dengan sajadah. Jam 15.30-17.00 ada les bagi santri senior-senior yang akan ujian akhir. Malam hari selepas sholat Maghrib dan mengaji kita makan malam kemudian dilanjutkan dengan sholat Isya. Belajar Malam di kelas mulai pukul 19.30 sampai pukul 21.00. Setiap hari Kamis jam 16.00 – 21.00 waktunya kelas muhadhoroh yang dibagi dalam kelompok yang terdiri dari santri senior dan junior. Muhadhoroh adalah mimbar berpidato baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Inggris. Pidato dibuat jadwal bergilir untuk setiap santri dan terkadang dilombakan. Muhadatsah atau kelas percakapan dalam bahasa Arab atau Inggris dengan tema tertentu dilakukan seminggu sekali setiap pagi sehabis sholat Shubuh dan mengaji, dilakukan di halaman masjid dan membentuk dua barisan. Di waktu-waktu kosong seperti setelah makan siang dan sholat Isya sering ada pertemuan atau rapat-rapat, baik itu pertemuan per daerah/Konsul, pertemuan kelas, Pertemuan OSIS, dll. Jadi dalam sehari waktu kita sudah padat oleh berbagai aktifitas.

5. Jadwal libur dan keluar pesantren

Santri-santri tidak hanya melulu hidup di dalam komplek pesantren, kita juga ada jadwal libur dan boleh keluar komplek pesantren. Jadwal libur sekolah biasanya sekitar 1-3 minggu, para santri banyak yang pulang ke rumah, kalau liburnya hanya 1 minggu santri-santri dari luar Pulau Jawa memilih tetap tinggal di pesantren atau pulang ke rumah saudara yang dekat dengan pesantren. Di pesantren ada perkumpulan teman-teman sedaerah, disebutnya Konsul. Ada dari Konsul Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, Jabotabek, Bali, Kalimantan, dll. Salah satu kegiatan rutin Konsul adalah pulang bersama dengan menyewa bis atau kereta. Senangnya jika setelah liburan para santri selalu membawa oleh-oleh makanan khas dari daerah masing-masing kemudian kita saling bertukar makanan dan mencicipinya.

Jadwal libur rutin adalah setiap hari Jum'at. Santri putra dan putri bergilir setiap minggunya boleh keluar komplek setelah sholat Jum'at, dari jam 13.00 – 17.00. Bagi santri yang terlambat pulang akan dikenakan hukuman seperti hapalan surat-surat pendek, push-up (bagi santri laki-laki), dijemur di tengah lapangan, dll. Kalau sudah masuk jadwal keluar komplek rasanya senang sekali. Bagi yang rumahnya dekat dengan pesantren bisa pulang ke rumah, ada juga yang silaturahmi ke rumah saudara, berenang, menonton film (meskipun dilarang), pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan sehari-hari terutama makanan.

Bagi saya hidup di pesantren membawa pengalaman hidup tersendiri yang tidak semua orang miliki. Kita bisa tahu karakteristik orang dari berbagai macam daerah, hidup lebih mandiri, bisa mengatur keuangan dengan hemat, lebih tangguh dalam menjalani hidup, satu hal yang sudah pasti adalah pondasi keimanan yang dimiliki. silaturahmi kita juga masih tetap terjaga, sudah seperti saudara sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun