KONTRADIKSI lelaki yang maskulin, dan aktivitas memasak yang dicitrakan secara kultural sebagai aktivitas feminin membuat banyak cewek naksir cowok yang bisa masak. Bukan masak air, lho, tetapi memasak hidangan kuliner. Kontradiksi itu sangat seksi di mata perempuan. Strong, but gentle. Tangguh, tetapi peka.
Memasak sebetulnya bukan aktivitas maskulin atau feminin melainkan fungsional semata. Siapa pun semestinya bisa memasak sebab aktivitas itu menunjang ketahanan diri dan kemandirian seseorang. Ini bukan soal hasilnya enak atau tidak, tetapi kemauan untuk bertahan. Bertahan dari kiriman orang tua yang pas-pasan, sampai mempertahankan rumah tangga dengan mengikat lidah suami.
Sayangnya aktivitas memasak sering diidentikkan dengan tugas perempuan. Padahal, tidak semua rangkaian memasak itu mudah dilakukan secara fisik. Lihat saja restoran-restoran. Laki-laki mendominasi dapur sebagai koki. Tetapi, lihatlah kebanyakan rumah tangga, perempuan yang mengambil peran itu.
Tak ada masalah sebetulnya jika rutinitas memasak didominasi perempuan, namun harus ada saatnya laki-laki juga mengambil giliran. Paling tidak dua hari dalam seminggu, bukan hanya di Mother's day atau Women's day saja. Asumsi pada model pembagian tugas memasak yang telah disebut itu adalah perempuan lebih sering bekerja di rumah. Logika yang bermain di sini bukan berarti logika kekuasaan uang atas pelayanan istri, tetapi kepraktisan.
Laki-laki yang good provider, full time worker, dan bersedia memasak di akhir minggu untuk keluarga adalah yang paling seksi. Kesediaanya itu menandakan bahwa ia bersedia memberi waktu kepada istri dan asisten rumah tangga perempuan untuk taking a break from domestic chore. Juga, ia menghargai bahwa tugas domestik itu sama pentingnya seperti tugas publik. Lelaki yang bisa memasak membuat perempuan bisa berharap ada saat-saat khusus pasangan akan bawa kejutan kuliner di pagi hari. Duh seksinyaa....
Sejauh mana laki-laki bisa menerima ide dan mempraktekkan memasak bagi keluarga adalah cerminan tingkat penghargaannya pada ide kesetaraan gender.
Tentu, perempuan yang bisa menganggap pria bisa memasak itu seksi adalah perempuan yang tak lagi terjebak pada pembagian peran tradisional. Ada juga perempuan yang melihat laki-laki seksi adalah yang berkuasa sepenuhnya atas perempuan itu. Mau aja nyuciin semua baju suaminya, memasak untuk hampir semua hari dalam setahun, dan tetap buka warung di rumah! Dan, bahagianya terbit ketika hidangannya selalu tandas dihabiskan suaminya yang makin gemuk tiap tahun... .
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H