Judul Buku   : Sistem Pendidikan Finlandia: Catatan dan Pengalaman Seorang Ibu
Penulis      : Ratih D Adiputri
Edisi        : Cetakan Pertama
Tahun Terbit : Desember 2019
Halaman     : X/257
Penerbit     : KPG
Martabat tiap manusia dengan rupa dan latar belakang apa pun adalah sama-sama berharga. Masyarakat beradab dan inklusif diciptakan dan dipelihara melalui pendidikan inklusif. Di Finlandia, inklusivitas pendidikan itu selaras dengan masyarakatnya yang menjamin kesetaraan dan keadilan sosial bagi seluruh warganya. (Terdengar seperti salah satu sila di Pancasila kita, bukan?). Membaca buku "Sistem Pendidikan Finlandia: Catatan dan Pengalaman Seorang Ibu" karangan Ratih D. Adiputri membuat saya ngiler dan bertanya-tanya kapan kualitas pendidikan di Indonesia akan sampai pada tahapan itu.
Pendidikan dasar hingga tinggi di Finlandia tampak sungguh-sungguh dirancang untuk menyiapkan siswa-siswinya kelak menjadi terampil dan mandiri di dunia kerja, atau membuka lapangan kerja (Adiputri, 2019: 196). Gagasan itu barangkali terdengar common-sense. Namun hal yang jelas sangat berbeda dari masyarakat Finlandia dan Indonesia adalah tentang keselarasan kesetaraan dalam pendidikan maupun kesetaraan di masyarakat secara luas.
Maksudnya begini. Di Finlandia, semua profesi dihargai setara oleh negara. Oleh karenanya, pilihan profesi apa pun tetap menjamin kesejahteraan hidup warganya. Pendidikan di Finlandia membebaskan siswa-siswinya untuk memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat atau jalur pendidikan tertentu sesuai dengan pilihan profesi mereka kelak. Pilihan apapun dari siswa-siswi tidak akan mengundang stigma. Berbeda dengan di Indonesia manakala seorang siswa yang memilih kelas IPS dan Bahasa, atau bersekolah di SMK dicap bodoh. Menjadi terampil dan mandiri sebagai tenaga pelayanan perorangan (kecantikan, PRT, catering, pembersih, olahraga) pun dipandang bernilai di negara kesejahteraan itu. Â
Filosofi bahwa semua siswa berhak atas kehidupan yang baik dan setara itu diterapkan pada banyak segi sistem pendidikan di Finlandia. Anak-anak yang tinggal di Finlandia berkesempatan mengakses pendidikan tanpa memandang status ekonomi keluarganya. Transportasi disediakan gratis apabila jarak sekolah dari rumah lebih dari 5 km. Tak hanya pada persoalan akses pendidikan, fasilitas dan proses belajar mendukung kesetaraan itu. Tidak ada perbedaan mencolok pada fasilitas tiap sekolah di Finlandia. Makan siang disediakan di sekolah dengan nutrisi terjamin.
Siswa-siswi hanya menghabiskan waktu kurang dari 30 jam seminggu di sekolah. Setiap 45 menit belajar, mereka beristirahat. Aktivitas fisik di luar ruangan sangat didorong. Siswa-siswi di Finlandia biasanya menguasai tiga bahasa: Bahasa Inggris, Finnish, atau Bahasa ibu/ Eropa lainnya. Tidak ada sistem ranking untuk nilai para siswa. Jika anak mengalami kesulitan belajar, ia akan mendapatkan kelas tambahan.