Mohon tunggu...
Pancajihadi Alpanji
Pancajihadi Alpanji Mohon Tunggu... karyawan swasta -

guru HP: 081210329342

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Tanpa Tanya Ke Pasar Tebo

10 Januari 2017   02:35 Diperbarui: 10 Januari 2017   03:53 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengunjungi suatu Pasar mungkin kita akan mendapatkan hiruk-pikuk orang bertransaksi atau sederet pedagang menjajakan jualannya,  namun berbeda dengan mengunjungi Pasar Tebo  bukanlah suasana pasar pada umumnya yang kita dapatkan, Namun mengunjungi pasar tebo justru suasana atmosfer sejarah yang  akan kita rasakan. Tercermin petilasan-petilasan  komplek Pemerintahan Hindia Belanda.Tanpa ditemani apalagi menggunakan guide, saya sengaja ingin merasakan suasana Pasar Tebo secara fisik tanpa penjelasan secara lisan orang lain.

Dengan mengunakan sepeda motor saya memasuki pasar tebo dan memang tersa kental nuansa sejarah yang dirasakan, sengaja saya melakukan dulu mapping keliling pasar dengan menggunakan sepeda motor, Setelah mapping barulah saya berjalan kaki menelusuri Pasar Tebo . Setelah memarkirkan motor  didepan Tanggo Rajo, saya berusaha mengambil gambar  Taman Tanngo Rajo kemudian saya menelusuri taman tersebut  yang dipenuhi bungan warna warni  yang memenuhi jalur  tepi Sungai Batang hari dan sayapun berkesimpulan bahwa taman tersebut merupakan semacam tangga VIP pada saat itu bila kaum bangsawan menuju Pasar  Tebo dengan bila  mengunakan jalur  angkutan sungai. 

Setelah puas menelusuri Taman Tanggo Rajo saya melanjutkan ke pusat perniagaan. Saya tidak enak juga menjadi pusat perhatian mungkin ini karena melihat kamera yang saya tenteng yang agak cukup besar.  Menuju pertokoan mata saya tidak bisa konsen kedepan, mata dipaksa melihat kanan kiri terutama pohon-pohon besar sepanjang jalan dengan akar-akarnya yang membelit  batang  pohon tersebut.  Sesampanya di ruko-ruko saya kagum dengan bangunan deretan ruko yang terbuat 100% dari kayu.  Sayapun tanpa  menunggu kesempatan mengambil gambar, ditengah pengambilan gambar itulah saya disambangin salah satu pemilik toko. Tanpa saya bertanya dia berujar inilah cagar budaya yang kami miliki, ini merupakan peninggalan pemerintahan Hindia Belanda, dan ia memiliki ruko tersebut dari almarhum kakeknya.  Ia pun menjelaskan  tingal satu blok yang tersisa sementara 2 blok yang  lain  habis terbakar dan bangunan yang terbakar tersebut berubah wujud menjadi ruko yang dibangun bukan dari kayu lagi.

Setelah puas memoto bangunan ruko saya pun melanjutkan ke suatu tanah lapang dan saya menyimpulkan ini mungkin alun-alun dimana ada pangung yang dikelilingi pohon besar dan nampak ibu-ibu petugas kebersihan sedang beristirahat. Disebelah kanan alun-alun kelihatan rumah sangat besar  yang terbuat dari kayu mungkin dulunya rumah pembersar dikala itu. Perjalana terhenti ketika melihat reruntuhan rumah dari kayu dan sisa-sias pondasi dan sayapun menyimpulkan bahwa lokasi tanah tersebut merupakan bekas kawasan Militer Hindia Belanda dan Indonesia.

Setelah mengambil gambar bangunan sekitar alun-alun, saya melanjutkan untuk memoto pepohonan besar yang cukup unik tertata denagn rapi, setelah itu saya melanjutkan untuk kembali ke Tango Rajo, saya mengambil gambar beberapa sudut sekitar antara sungai dan tepi Tanngo rajo.

img-1752-jpg-5873f693d49373ca2202d096.jpg
img-1752-jpg-5873f693d49373ca2202d096.jpg
img-1789-painterly-3-5873f5a20f97734b1ffbb87a.jpg
img-1789-painterly-3-5873f5a20f97734b1ffbb87a.jpg
Sayapun mengambil motor yang sudah lama ditempat parkir dan anehnya tidak ada petugas parkir meminta bayaran. Perjalanan saya dituju ke dua pemakaman yaitu pemakaman Sultan Taha. Pemakaman yang cukup megah dan halaman yang cukup luas  dilengkapi dengan relief yang menggambarkan perjalanan sultan Taha dalam melawan kaum penjajah.

Perjalan sayapun dilanjutkan ke makam Belanda, uniknya makam tersebut layaknya  bukan makam Belanda pada umumnya yang dikenal dengan batu nisan yang besar atau bangunan di atas makam. Banyak batu marmer yang hilang dan  sangat sulit mengidentifikasi siapa yang dimakamkan disitu. Mungkin ini kerjan orang-orang  yang  tidak peduli sejarah .

Setelah puas  berkeliling mencari objek yang bagus untuk berfoto sayapun pulang dengan membawa hasil jepretan tentang Pasar Tebo Jambi.......wisata tanpa tanya.

img-1773-painterly-2-5873f4400f97733a1ffbb87a.jpg
img-1773-painterly-2-5873f4400f97733a1ffbb87a.jpg
img-1767-jpg-5873f3e34b7a615911733f8c.jpg
img-1767-jpg-5873f3e34b7a615911733f8c.jpg
img-1746-jpg-5873f363c022bddb099afc24.jpg
img-1746-jpg-5873f363c022bddb099afc24.jpg
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun