Mohon tunggu...
Perempuan Kedua
Perempuan Kedua Mohon Tunggu... -

Aku perempuan pecinta sambel...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rintihan Gerimis

21 Agustus 2012   08:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak ingin memiliki orang tua utuh? Tentunya tidak ada, iya kan? Begitu juga aku. Masalah di dalam keluargaku sebenarnya sangat rumit dan sangat sulit untuk diatasi. Terlebih bagi yang bermasalah itu tidak mengakui kesalahannya dan tidak ingin mengiktropeksi diri. Bisa dibayangkan bukan, pusingnya kepalaku. Rasanya seperti bawang dikeprek. Hehe...

Siang tadi ku terima telfon dari kakak yang berada di kampung halaman sana. Nada perkataan yang diucapnya begitu emosi saat menyebut nama ayah.
"Dasar anak durhaka!" Kakakku menirukan ucapan ayah yang memarahinya.
"Wajarlah, ayah. Bila sikap kami seperti ini, itu semua karena kalian. Sebagai orang tua, kalian tidak mendidik kami dengan baik. Kalian egois. Jadi, jangan salahkan kami. Dan lebih baik ayah ngaca!"

Bisa kupahami kakak berkata seperti itu. Karena ayah dari dulu memang selalu menganggap kami adalah anak-anak yang durhaka. Sedang ayah sendiri, adalah seorang ayah yang bukanlah seorang ayah. Bagaimana mungkin seorang ayah akan tega melihat anak-anaknya kelaparan, sedang ia menghisap rokok. Bagaimana mungkin seorang ayah akan tega melihat anak-anaknya kekurangan buku sekolah, kekurangan pangan, sedang ia dengan santai kembali mengisap rokok sambil menikmati kopi. Parahnya, kopi dan rokok itu didapatnya dengan menghutang. Ibu yang tak tahan dengan sikap ayah pun mintai cerai.

Ah ayah...
Telah ku meminta padamu untuk memperbaiki diri dan mengajari kami hal-hal yang baik dan benar, agar kami mampu menjadi yang baik, seperti yang engkau mau.

Ah ayah...
Telah ku meminta padamu untuk mengajari kami membaca dan memahami Al-qur'an, agar kami menjadi anak yang sholeh, tidak durhaka, seperti harapanmu.

Ayah...
Sadarkah engkau?
Bukankah bila kita menginginkan orang lain menjadi baik, maka kita sendiri harus menjadi baik terlebih dulu?

Ayah...
Pahamilah itu!
Karena kelak engkau akan dimintai pertanggung jawabanmu sebagai orang tua. Maka, marilah kita sama-sama memperbaiki diri.

Ayah...
Mohon maafkanlah kami!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun