Mohon tunggu...
Nurul Hilmah
Nurul Hilmah Mohon Tunggu... -

Nama saya Nurul Hilmah.Saya adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris di IAIN SU. Sekarang saya tengah sibuk kuliah dan berorganisasi. Saya mengikuti salah satu organisasi intra kampus, yaitu DInamika (lembaga pers mahasiswa). Saya menjabat sebagai reporter sekaligus editor. NB : saya suka baca dan nulis :-)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Demonstrasi Lewat Tulisan

21 Desember 2012   10:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:15 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang telah lama merdeka. Dibalik pencapaian kemerdekaan itu, ada sejumlah kaula muda yang terus berusaha, berjuang, dan berpartisipasi dalam pembebasan Indonesia dari para penjajah. Fakta sejarahlah yang menjadi saksi atas perjuangan mereka. Segala macam organisasi yang dipelopori pemuda pun  menjadi catatan sejarah kemerdekaan. Para pemuda mengerahkan semua tenaganya yang berbau psikis maupun fisiknya. Tak heran, pemuda khususnya mahasiswa mempunyai peranan penting dalam suatu negara. Ir.Soekarno, Presiden RI yang pertama mengatakan bahwa berikan aku seorang pemuda, maka akan aku guncang Gunung Simelu, berikan aku 10 pemuda yang mampu membuncah semangat di dadanya, maka aku akan mengguncang dunia.

Lahirnya reformasi adalah ulah dari mahasiswa yang menuntut turunnya pemerintahan Soeharto yang dibungkus dengan label orde baru. Tak tahan dengan kekuatan mahasiswa, Soeharto akhirnya turun dari jabatan yang dipegangnya selama 32 tahun. Betapa dahsyatnya kekuatan mahasiswa. Dengan lahirnya reformasi, hak-hak mahasiswa kembali terealisasikan. Kebebasan berpendapat seolah-olah menjadi senjata ampuh bagi mahasiswa untuk menolak dan mengeritik kebijakan pemerintah yang menurut mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Tak jarang, demonstrasi yang mengatasnamakan mahasiswa terjadi dimana-mana akibat dari ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah. Tak hanya demonstrasi saja yang terjadi, akan tetapi tindakan anarkis seperti pembakaran ban, perkelahian antara pro dan kontra pemerintah pun menjadi aksi yang cukup menegangkan dalam dunia demokrasi. Apakah itu yang dilakukan oleh kaum intelektual? Kaum yang dibanggakan dengan psikis yang cukup menggandeng nama mahasiswa hanya mampu menggunakan fisiknya saja dalam berbuat dan bertindak.

Demonstrasi adalah salah satu cara untuk mengeluarkan pendapat, akan tetapi demonstrasi ini dapat menggiring para demonstran menuju tindak kekerasan yang dapat merugikan kedua belah pihak. Apalagi hasil dari demonstrasi itu sama sekali tidak didengar oleh pemerintah. Itu berarti usaha yang dilakukan nihil, tidak membuahkan hasil.

Sebagai mahasiswa yang tergolong kedalam kaum intelektual, seharusnya lebih mengetahui cara-cara untuk mengeluarkan pendapat, misalnya menulis. Mahasiswa diperbolehkan menulis apa saja yang menjadi keluhan-keluhannya dalam masalah pemerintahan, khususnya masalah yang ada dalam ruang lingkup kampusnya sendiri. Akan tetapi cara ini sangat jarang dilakukan oleh mahasiswa, agaknya demonstrasi sudah mendarah daging dalam diri mereka, ditambah lagi minimnya wawasan yang dimiliki kaum muda ini, hal ini terbukti dengan rendahnya mint baca mahasiswa. Hasil dari sebuah penelitian pada tahun 2005 dibeberapa PTN di Jawa Timur tentang “Intensitas minat baca mahasiswa” sangat rendah dan daya serap  baca mahasiswa terhadap buku hanya berkisar 39,23 % saja. Selain itu, minat tulis mahasiswa pun masuk dalam kategori rendah. LPM Dinamika merupakan media dalam menyalurkan bakat tulis menulis  di IAIN hanya menerima 72 pendaftar dari 5000 mahasiswa IAIN. Hal itu menunjukkan bahwa minimnya minat mahasiswa dalam dunia tulis menulis. Bagaimana mereka bisa melakukan demnstrasi lewat tulisan apabila mereka sendiri memiliki wawasan yang minim untuk itu?

Menulis dan membaca memiliki hubungan yang erat, tak dapat dipisahkan. Melalui membaca, wawasan seseorang akan menjadi luas dan dipenuhi ilmu pengetahuan. Hal ini menjadi modal utama untuk menulis. Kurangnya minat baca mahasiwa bukanlah kesalahan yang menitikberatkan mahasiswa semata. Lembaga pendidikan tinggi juga masih belum mengedepankan budaya membaca bagi anak didiknya. Mereka lebih mengutamakan kecerdasan otak dan keahlian yang didapat tanpa proses membaca.

Kerjasama antara pendidik dan anak didik sangat diperlukan untuk menarik minat baca. Pendidik sebaiknya memberikan stimulus kepada peserta didik agar mereka mampu menumbuhkan budaya membaca, diantaranya memperbanyak kebendaharaan buku di perpustakaan. Selanjutnya peserta didik pun harus merespon positif terhadap apa yang telah dilakukan oleh pendidiknya.

Dengan tumbuhnya minat baca di kalangan  mahasiswa, maka mereka mampu berfikir kritis, berwawasan dan memiliki potensi untuk melakukan demontrasi lewat tulisan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun