Kreativitas Pendidik di jenjang pendidikan dasar sangat menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik di sekolah. Hal ini disebabkan guru sebagai pendidik merupakan ujung tombak berlangsungnya kegiatan belajar mengajar disekolah.
Selama ini pembelajaran yang sering dilakukan guru di kelas adalah pembelajaran yang cenderung konvensional, yaitu lebih mengacu pada pelaksanaan tugas dan fungsi mengajar saja. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru tanpa disertai dengan pengembangan ide yang kreatif. Kegiatan guru menyusun rencana atau persiapan materi pelajaran kerapkali dibuat sekedar menyalin milik guru lain, perencanaan yang dibuat guru hanya untuk memenuhi persyaratan administratif.
Beberapa pendidik telah mewujudkan penggunaan metode pembelajaran yang variatif, namun sering tidak diketahui mengapa suatu metode tersebut digunakan. Guru tidak melihat hubungan antara penerapan metode dengan situasi yang dihadapi, sehingga terkesan hanya menjalankan tugas, anjuran, atau sekedar takut ditegur atasannya.
Atas dasar itu, disarankan dan dilakukan observasi awal jika penekanan perbaikan pembelajaran perlu diberikan kepada peran dan fungsi guru sebagai pendidik agar lebih kreatif dalam menjalankan proses pembelajaran kepada peserta didiknya dikelas. Perubahan pembelajaran kearah perbaikan proses pembelajaran dilakukan menggunakan Model Kreativitas Pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan Habits of Mind guru dalam proses belajar mengajar dikelas.
Menurut Iskandar A. (2007) bahwa model peningkatan kreativitas pembelajaran dapat meningkatkan pencapaian kualitas hasil pendidikan yang memadai. Pencapaian hasil belajar siswa dapat tercapai dengan memadukan makna mengajar dan makna belajar.
Adapun tujuan kegiatan observasi ini adalah kemampuan guru dalam perencanaan program pengajaran dengan tepat, penyusunan bahan ajar, penggunaan metode pembelajaran yang variatif dan inovatif, penggunaan media pembelajaran yang menarik minat peserta didik, menciptakan hal-hal baru yang kreatif dan efektif, menerima masukan guna perbaikan pembelajaran serta mampu melakukan penilaian hasil belajar peserta didik akan lebih maksimal dilakukan.
Dan dilaporkan dari beberapa observasi yang dilakukan, bahwa pendidik calon sarjana pendidikan di beberapa sekolah yang terdapat di dua kabupaten yang terletak di Sumatera Utara telah mencapai ketuntasan habits of mind. Dari habits of mind guru yang teramati adalah : 1). perencanaan program pengajaran mencapai 4.67% (Amat Baik), 2). penyusunan bahan ajar mencapai rata-rata 4.46 (amat baik), 3). penggunaan metode pembelajaran yang variatif mencapai rata-rata 4.52 (amat baik), 4). menerima masukan guna perbaikan pembelajaran mencapai rata-rata 4.44 ( Amat Baik), 5). melakukan penilaian hasil belajar mencapai rata-rata 4.34 (amat baik).
Perencanaan program pengajaran yang dilakukan, meski penyusunannya adalah melihat salinan dari teman lain namun sudah dapat merubah dan memodifikasi agar disesuaikan dengan situasi belajar dan kemampuan peserta didik dikelas.
Penyusunan bahan ajar yang dilakukan sudah baik dilakukan. Pendidik mencantumkan materi pelajaran yang akan disampaikan dikelas kedalam perencanaan perbaikan pembelajaran yang menjadi pedoman kegiatan dalam proses belajar mengajarnya dikelas.
Penggunaan metode pembelajaran sudah cukup kreatif dilakukan. Mampu menciptakan suatu metode mengajar dikelas dengan mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik diarahkan keluar kelas dengan bimbingan untuk melakukan pembelajaran dengan metode inquiry, peserta didik dibimbing melakukan pengamatan tentang pembelajaran IPA di SD .
Kemampuan menerima masukan ataupun saran dan membuaka diri dengan perkembangan informasi juga baik.
Dalam kegiatan akhir pembelajaran guru sudah keseluruhan melakukan evaluasi. Namun dalam kegiatan ini kurang melakukan penilaian dalam kegiatan proses belajar mengajar nya. Dari hasil wawancara yang dilakukan ternyata pemahaman guru dalam memberi evaluasi itu hanya boleh dilakukan dikegiatan akhir pembelajaran saja. Jadi pemahaman ini perlu diluruskan, bahwa psikomotorik siswa dapat maksimal diamati ketika siswa melakukan proses pembelajaran. Kegiatan evaluasi pun tidak hanya mengukur kemampuan kognitif saja, namun keseluruhan proses belajar mengajar juga dipertimbangkan.
Demikian kegiatan observasi ini dilakukan. Kegiatan observasi ini dilakukan selama 8 minggu dari akhir bulan Februari sampai awal April 2012.
Kegiatan penulis ini dilakukan ketika penulis melakukan tutorial di dua Kabupaten yang ada di Sumatera Utara, yaitu Toba Samosir dan Kabupaten Batubara.
Kabupaten Toba Samosir
Di Kabupaten Toba samosir ini tepatnya Museum batak TB.Silalahi Center yaitu salah satu kebangaan dan daerah Wisata di Tobasamosir yang menarik untuk dikunjungi. Karena Selain tempat wisata yang letaknya tepat di pinggiran Tanau Toba juga dapat digunakan untuk Pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan dapat merupakan pembelajaran Berbasis Budaya Lokal.
Di Kabupaten Toba samosir ini tepatnya Museum batak TB.Silalahi Center yaitu salah satu kebangaan dan daerah Wisata di Tobasamosir yang menarik untuk dikunjungi. Karena Selain tempat wisata yang letaknya tepat di pinggiran Tanau Toba juga dapat digunakan untuk Pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan dapat merupakan pembelajaran Berbasis Budaya Lokal.
