aku mencium debu dari basah tanah leluhur
mencermati setiap angin yang kuat mengepal seperti menampar
mengamit hati yang lusuh dan gerusuh
sebuah jalan panjang, pada arah yang berlainan
mengulang
terjatuh
kemudian terpana
tak ada satupun yang luput dari apa yang terbisik
sekiranya cahaya di atas cahaya menembus dhamir
mata berkaca, kaki gemetar
luasMu
ku kira tak seluasku
Tangerang, 07 Februari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!