Mohon tunggu...
Nurdiani Latifah
Nurdiani Latifah Mohon Tunggu... -

Perempuan yang menyukai hujan, senja dan malam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hilangnya Hak Politik Perempuan

11 April 2015   08:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:16 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah-tengah berita KPK vs Polri, ada yang menarik yang dibuat oleh salah satu situs penyedia berita. Hal ini membuat aktivis feminisme yang ada di Bandung geram. Dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK ada 8 menteri perempuan yang menduduki pemerintahan. Hal ini sangat mengejutkan dan sangat jarang dilakukan dalam kabinet-kabinet presiden yang lainnya.

Mereka adalah Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti; Menteri Luar Negeri, Retno Lestari Priansari Marsudi; Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini M Soemarno; dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya. Empat perempuan lain di kabinet adalah Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani; Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek; Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yambise; dan Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa.

Dalam gerakan perempuan di Indonesia ini adalah gerakan yang prestisius. Akan tetapi, Ucok khadafi dari LSM Fitra mengomentari sangat pedas tentang menteri-menteri perempuan dalam kabinet Kerja Jokowi. Ucok berkomentar dalam sebuah pertemuan bersama para aktivis politik dan wartawan (28/1), bagaimana mau jadi pemimpin negara (menteri perempuan), sementara dalam rumah tangga saja mereka amburadul.

Di Indonesia dalam UU Perkawinan tertulis bahwa lelaki menjadi pemimpin perempuan dalam berumah tangga. Perlu disoroti bahwa yang gagal dalam memimpin berumah tangga yaitu menteri laki-laki, bukan perempuan. Perempuan kembali direndahkan dalam hal ini. Langkah gerak perempuan di pemerintahan masih dipertanyakan.

Jika kita melihat beberapa kasus yang berada di Palestina-Israel. Posisi perempuan Palestina sering terlewatkan dalam dalam mengkaji penderitaan bangsa Palestina. Di sisi lain, perlu menempatkan posisi perempuan Pakestina pelaku bom bunuh diri di antara berbagai grup yang melinatkan perempuan dalam perlawanan bersenjatanya.  Menurut data yang diambil Chicago Project on Suicide Terrorism mengompilasi data serangan bunuh diri sebagai berikut: Data tersebut adalah Data Serangan Perempuan Bunuh Diri Lintas Kelompok (1980-2003).

Nama Negara

Serangan Bunuh Diri

Jumlah Pelaku Perempuan

Persentase Pelaku Perempuan

Kurdi ( PKK, Parti Karkaren Kurdistan)

10

71%

Chechnya

14

60%

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun