Mohon tunggu...
Novia Rahayu Utami
Novia Rahayu Utami Mohon Tunggu... -

mahasiswa psikologi UIN MALANG angkatan 2012, anak sulung dari 3 bersaudara,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ternyata “Sesuatu” Itu Sebabnya…

26 September 2014   17:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:10 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rasa penasaranku semakin menggebu-gebu, melihat perubahan perilaku serta semangatnya dalam belajar yang sangat berbeda pasca liburan semester. Sebagai guru, saya sebenarnya ingin bertanya langsung kepada yang bersangkutan. Dia itu Nina, seorang siswa kelas dua SMA di salah satu SMAN di kota besar. Nina adalah seorang siswa yang rajin dan berprestasi.

Belakangan ini, Nina berubah menjadi seorang yang pendiam, sering murung dan mudah marah. Bahkan prestasi belajarnya pun menurun drastis. Sekilas saya melihat Nina marah-marah ketika ada salah seorang temannya yang menanyakan kabarnya.

Suatu ketika saya mengajar mata pelajaran Matematika di kelas Nina. Biasanya, Nina bersemangat dan sangat berantusias mengikuti pelajaran matematika, Karena Nina sangat gemar dengan pelajaran tersebut dan selalu mendapat nilai yang unggul. Tetapi pada pagi itu, ketika saya mengajar di kelas, Nina tidak memperhatikan, sering tolah-toleh dan mencoret-coret buku tulisnya dengan tulisan yang tidak jelas. Ketika saya menegurnya, Nina malah keluar meninggalkan kelas. Hal itu sudah beberapa kali terjadi menurut guru matapelajaran yang lain.

Saya berinisiatif untuk berbicara empat mata dengan Nina. Tetapi ketika saya mencoba mengajak Nina berbicara, dia selalu menghindar dan terlihat seperti tidak nyaman. Berkali-kali saya mencoba mengajaknya berbicara tapi reaksinya tetap saja sama seperti yang lalu-lalu.

Suatu hari, saya berdiskusi dengan guru yang lain yang juga mengajar di kelas Nina. Akhirnya kita menemukan suatu solusi dengan cara mendatangi rumah Nina. Pada hari minggu, ketika hari libur sekolah, saya mendatangi rumah Nina.Pada saat itu, saya disambut oleh seorang wanita tua berusia sekitar 70 tahun. Ketika saya bertanya, ternyata dia adalah neneknya Nina. Terbesit fikiran saya untuk menanyakan keberadaan kedua orang tua Nina. Secara spontan saya shock dan seketika itu saya meneteskan air mata.

Saat itu Nina berubah seketika dia sangat berbeda dengan perilaku dan sikapnya belakangan ini di sekolah. Nina menceritakan sebuah kejaidan yang membuat Nina patah semangat dalam melakukan segala aktivitasnya. Sambil berkaca-kaca dia menceritakan kejadian pada liburan semester yang lalu. Nina kehilangan dua orang yang paling diasayangi di dunia, yang paling diakasihi di dunia, dan orang yang sangat berharga bagi Nina. Mereka ialah kedua orang tuanya. Ibunya memang sudah lama sakit (namun tidak dirasa) dan belakangan mulai Nampak sakitnya tersebut sehingga ibunya berkali-kali dirawat di rumah sakit di kotanya. Namun, ketika terakhir ibunya Nina masuk rumah sakit keadaannya sangat parah. Tapi beberapa hari kemudian keadaannya semakin mambaik dan seakan-akan mendekati kesembuhan sehingga ibunya Nina di bawa pulang kerumah dan menjalani obat jalan. Namun takdir berkata lain, ketika keadaannya membaik di kemudian hari ajal ibu Nina pun telah tiba. Ibunya Nina meninggal dunia ketika Nina sedang menemani  sarapan ibunya.  Tentu  saja  itu  adalah  sebuah  pukulan  bathin  bagi  Nina.  Namun  Nina  mencoba  sabar dan  tegar  dalam  menghadapi  cobaan  tersebut.  Karena  Nina  beranggapan, ia bersyukur  masih mempunyai seorang  ayah  yang  ia  sayangi.

Sepuluh  hari  kemudian,  hati  Nina  merasa  kembali  terpukul, hancur  dan tidak berdaya. Seakan-akan  ia tidak  bisa  dan tidak mempunyai harapan  lagi  untuk  bangkit.  Kecelakaan  maut  telah menimpa  ayah  Nina. Pada  saat itu,  Nina  sedang  menunggu  kedatangan  ayahnya  yang  sedang  keluar dan  Nina  menitip  buah jeruk  sebagai  oleh-olehnya.  Namun  kabar  buruk  tersebut terdengar  oleh Nina. Ayahnya  meninggal  dikarenakan  kecelakaan  di jalan raya.  Semenjak  kejadian  tersebut, perilaku  dan sikap Nina berubah  total.  Tidak hanya  di sekolah, namun  di rumah  juga  ia berubah  menjadi  anak  yang pendiam,  sering  melamun  dan mudah  marah.

Pada  waktu  itu  saya  baru menyadari  bahwa  perubahan  perilaku, sikap  dan penurunan  prestasi belajar  Nina  disebabkan  oleh hal  tersebut.  Dan  hati saya  terketuk  untuk  lebih  memperhatikan  Nina dan ingin  mengadopsinya  sebagai  anak. Namun,  hal  tersebut  mungkin  belum  tepat  saya  lakukan  karena  bathin  Nina  masih  tergoncang  dan  belum  bisa  menerima.  Namun  saya  dan  guru-guru yang  lain  mencoba  memberi perhatian  dan  kasih  sayang  kepada  Nina.

Setelah Lima bulan berjalan, saya  memberanikan  diri  untuk  mengangkat Nina sebagai anak. Dan akhirnya Nina bersedia menerima permintaan saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun