Mohon tunggu...
novadilah arifia shintadewi
novadilah arifia shintadewi Mohon Tunggu... -

just an ordinary girl in extraordinary world

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Dirimu, dan Dirinya

3 Januari 2011   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Maafin aku sal, maaf banget. Sally terduduk membaca sms dari sahabatnya itu. Dia terus memikirkan apakah sikapnya telah benar. Dia jadi teringat kejadian 2 minggu yang lalu.

Hari senin yang terik, membuat anak-anak untuk malas beranjak kesekolah. Seperti biasa hari senin adalah hari untuk upacara bendera. Anak-anak dengan malasnya menuju lapangan untuk mengikuti acara tersebut.

“ Busyet, panas banget ni hari, kalo tau kaya gini, tadi ku di uks aja” kata Indah teman Sallly.

“ Ya udah sana aja kamu ke UKS, paling dapat ‘point plus-plus’ dari bu Sarah,hahahahaha”. Kata Rey diikuti tawa teman yang lainnya.

Hari itu entah kenapa Sally jadi pendiam, tidak ceria seperti biasanya. Terik matahari ternyata tidak seterik semangatnya. Temannya tertawa-tawa, ngobrol sana-sini, sally hanya diam saja. Entah kenapa perasaannya tidak enak seakan-akan pertanda bahwa sesuatu akan terjadi pada dirinya.

“ Sal, woy, mikirin apaan si? Pasti mikirin nata ya? Ayo,ayo ngaku. Nata oh nata wajahmu bagai martabak terang bulan, badanmu bagai Ade Namnung dan senyummu bagai Mpok Nori, oh Nata”. Kata Surti lebay membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak. Dan Sally hanya tersenyum dan berkata “ Apaan si”.

“ Upacara bendera Senin, 13 Desember 2010 segera dimulai”. Kata dari pembawa acara menghentikan obrolan mereka.

Upacara pun berjalan hikmat. Sampai di ujung acara tiba-tiba ada pengumuman dari ketua OSIS, Irfan. “ Setelah upacara ini selesai diharapkan, teman-teman tidak membubarkan diri terlebih dahulu karaena saya teman saya ingin menyampaikan hal yang penting kepada orang yang dia sayangi.

“Wuis,wit,wit, ‘nembak’ tuh”. Suara anak riuh rendah mendengar pengumuman dari Irfan.

“Tenang-tenang dulu kawan, tenang”. Kata Irfan berusaha menenangkan. Teman-teman pun akhirnya tenang. Irfan pun memnggil grup marching band untuk masuk ke lapangan.

Grup marching band masuk anak-anak pun bertepuk tangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun