Bumi kita saat ini sudah tak lagi nyaman dengan polusi diseluruh penjuru dunia, terutama dibeberapa Negara industry. Tak hanya daratan, rupanya polusi pun telah menggerogoti perairan dimana banyak industry didunia yang secara illegal membuang limbah produksinya dilautan lepas. Udarapun beberapa tahun belakangan nampaknya sudah mulai berkurang tingkat kesejukannya. Seperti yang telah kita keatui bersama jauh dibeberapa mil di kutub utara sana, bongkahan-bongkahan es sudah mulai mencair diakibatkan tingkat pemanasan global yang sudah sangat memprihatinkan, padahal semua negera diseluruh penjuru dunia telah menyerukan go green, tapi masih saja tingkat pemanasan global masih sangatlah tinggi. Kini masalah baru kembali muncul setelah pemanasan global secara territorial. Masalah baru yang muncul itu adalah pemanasan global secara moral. Di Indonesia sendiri rupanya ini menjadi fenomena baru di dalam kehidupan social masyarakat saat ini. Setelah heboh dengan kasus kebobrokan moral para pejabat negeri yang ramai-ramai melakukan korupsi, kini disusul dengan hebohnya video mesum yang mirip dengan figure public yang telah tersebar diseluruh penjuru negeri. Terlebih lagi penyebarannya sangat dimudahkan dengan kemajuan tehnologi saat ini. Di sebuah media online, disebutkan bahwa saat ini disinyalir terdapat 500 lebih cuplikan film porno yang menggambarkan hubungan sex orang-orang Indonesia yang dibuat dengan menggunakan Handphone dan Video Kamera. 90% adegan cuplikan film porno dilakukan oleh anak muda SMA dan mahasiswa, 8%nya berasal dari rekaman prostitusi, para pejabat pemerintah (DPR dan Pegawai Negeri), 2%nya adalah cuplikan kamera pengintai yang mengambil gambar para wanita-wanita muda yang sedang bugil tanpa sadar di toilet ataupun di kamar hotel. Ini tentu bukan pepesan kosong, karena banyak di antaranya dapat ditemui dengan mudah di you tube. Saat ini ada 32% remaja SMP dan SMA sudah pernah melakukan ML (Make Love) pra nikah dan 20% remaja putri sudah pernah melakukan aborsi (Data MetroTV, Jumat 21 Mei 2010). Malah seorang sahabat mengatakan,”Survey terbaru : 80% remaja putri menyerahkan keperwanannya pada malam Tahun baru.”(mengutip tulisan Rachmad Yuliadi Nasir, kompasianer). Selain masalah pemanasan global yang bersifat territorial, rupanya bangsa ini harus menghadapi masalah pemanasan global yang bersentuhan dengan nilai etika moral yang sepatutnya dijunjung tinggi oleh bangsa yang beradab. Masalah moral menjadi sensitive, karena permasalahan ini mencerminkan kepribadian seseorang yang merupakan cerminan kepribadian bangsa yang sepatutnya kija junjung tinggi. Masalah moral menjadi subjektif untuk dinilai, karena setiap orang memiliki batasan-batasan moral yang berbeda. Terlebih lagi bagi mereka yang terbiasa biasa hidup dengan budaya barat, baik secara nurturance maupun behaviour. Nilai etika moral masyarakat saat ini sepertinya tengah berada dititik nadir, dimana sebagian orang sudah tak lagi memperdulikan itu. Oleh karena itu banyak pejabat yang tak malu dengan korupsi yang ia perbuat dan beberapa figure public yang tak malu lagi mengakui skandal perselingkuhannya. Bila kenyataannya seperti itu, mau dibawa kemana bangsa ini..??? Nilai etik moral yang seharusnya dijunjung tinggi, kini tak lagi tersentuh. Penalaran moral yang semakin meyusut tergerus derasnya akulturasi barat yang masuk tanpa batas dan tak dapat terfilter dengan religiusitas. Agama tak lagi menjadi sandaran, karena hanya dijadikan sebuah topeng kemunafikan. Figure public yang sepatutnya memberikan tauladan penuh kesejukan, kini malah memberikan sensasi yang menjijikan. Tak ada yang bisa disalahkan dalam masalah ini. Oleh karenanya marilah kita bersama menjaga dan menghargai nilai luhur moral bangsa ini yang selalu ditunjukkan oleh para pendiri bangsa. Karena kepribadian sebuah bangsa tercermin pada sikap penduduk bangsa itu sendiri. Mmarilah bersama kita membenahi moral kita semua, agar bangsa ini kembali pada jati diri yang sesungguhnya. Bangsa yang selalu menjunjung tinggi nilai moral dalam perangai kesehariannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H