Mohon tunggu...
Nella Pramita
Nella Pramita Mohon Tunggu... -

saya anak pertama dari 2 bersaudara dan saya bertanggung jawab dalam segala hal...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Kehidupan Seorang Anak Perempuan

7 Oktober 2014   23:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:59 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

pada suatu hari tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari 2 anak yang pertama anak perempuan dan yang kedua anak laki-laki,mereka berjarak umur yang sangat jauh yaitu 8 tahun.disini saya akan menceritakan kehidupan seorang anak perempuan yang dimana kisah kehidupan nya begitu mengharukan.

dari kecil sejak ia berumur 6 tahun dimana awal ia masuk TK  dan ia jalani suka riang nya dimasa TK nya selama 2 tahun. dan awal dia masuk kelas 1 SD ia berumur 8 tahun dan dia mulai merasakan seperti apa pelajaran yang harus dia tempuh di masa pendidikan nya. kls 1 SD sampai kelas 5 SD bisa kita bilang ia sanggup dan terus mendapatkan 10 besar di kelas nya tapi di waktu ia menjalan pendidikan terakhir dia di jenjang SD, ia mulai lemah dalam mengejar pendidikannya,karena TUHAN berkehendak lain di waktu ia berada di kls 6 SD ia mengalami kecelakaan yang dimana, waktu ia mengalami kecelakaan itu dia berfikir kalau kehidupan dia akan berakhir sampai di situ. Tapi ternyata TUHAN masih memberikan ia kesempatan lagi untuk bisa bersama-sama dengan orang-orang yang sayang sama dia,dan dia sangat senang sekali diwaktu ia dapat melihat orang tua nya tersenyum lagi tapi di saat dia akan melangkah dari tempat tidurnya ia terjatuh dan di bertanya kepada dokter dan orang-orang yang ada di sekelilingnya. "ada apa dengan aku ' lalu orang tua nya pun menjawab meskipun berat rasanya "kamu patah tulang nak " dan setelah dia mendengar ucapan ayah nya itu tanpa dia sadari ia meneteskan air mata yang dimana difikirannya adalah aku tidak bisa berjalan lagi aku lumpuh.... hati sangat tertekan dan bingung harus bagaimana. tapi orang tua nya merangkul dia dan berkata " kamu pasti sembuh na, kami tidak akan membiarkan kamu cacat nak.. percayalah dan serahkan lah semua ini kepada tuhan nak " meskipun itu berat dia jalani tapi ia tetap percaya bahwa orang tua nya tidak akan membiarkan dia seperti itu. hari-hari pun dia jalani meskipun air mata selalu menetes kalau ia diam sendiri karena memikirkan kahidupan nya sekarang. dua minggu berlalu dia di rawat inap di RS. dan oprasi pun sudah di jalani dan kini dia harus berjalan dengan menggunakan kursi roda. 3 bulan ia menjalani pendidikannya di rumah,padahal ia harus menjalani UN beberapa bulan lagi dan ia slalu menangis kalau ia mengingat hal itu karena dia tidak yakin bahwa dia dapat menjalani UN dengan nilai bagus dan berfikir orang tua nya pasti kecewa dengan nilai UN nya nati atau bahkan dia tidak akan 'LULUS" . hanya pikiran negatif yang terlintas di pikirannya kalau ia memikirkan bagaiman ujiannya nanti. tapi sahabatnya selalu ada dan terus menemani dia meskipun dia kini tidak lagi normal, dan ia tidak pernah melupakan TUHAN yang pasti akan menemani dia sampai kapanpun dan dimana pun. dan akhirnya ujian pun tiba dan dia menjalani nya dan dia percaya TUHAN selalu menyertai dia dan akhirnya selesai lah UN yang telah dia jalani selama 3 hari sedih rasa nya tapi dia sudah melakukan yang terbaik. Dan berobat jalan pun terus berjalan hingga akhirnya 3 bulan ia menjalani kehidupan harus menggunakan kursi roda dan kini ia sudah bisa bermain bersama kembali bersa teman-temannya  kini dia sembuh dan ia dapat berjalan kembali dengan normal meskipun masih ada suatu alat yang sering di sebut (PEN) sebagai penopang nya sebagai alas sambung kaki nya tapi kini kita sudah bisa melihat senyumnya kembali  karena kini ia dapat berjalan normal lagi.......

BERSAMBUNG......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun