Respon ibu saya, senang dan terharu. Beliau bisa kembali membaca tulisan almarhum Abah yang sedang bercerita tentang detik--detik terakhir dari kakek--kakek saya. Iya, keduanya Abah tulis di komputer saat itu, lalu saya salin di blog saya.
Saya cerita ke ibu, mungkin dulu Abah sengaja menulis untuk mengenang masa-masa terakhir itu. Tapi saya ingin cerita itu diketahui juga oleh anak cucunya juga. Maka saya pun tulis ulang dan taruh di blog.
Sementara cara kerja saya untuk mendapatkan bayar dari tulisan di blog ya lewat iklan. Sontak saya ibu saya langsung bingung, kok iklan? Kan biasanya ada di tv dan radio saja, katanya.
Saya bilang, menulis itu memang unik. Bisa menuangkan perasaan, keinginan, menyelipkan impian, bahkan menyelipkan iklan juga bisa.Â
'Kok bisa kamu dihubungi untuk mengiklankan gitu? Apa yang diiklankan?' lanjut ibu saya.
Pertanyaan seperti ibu saya ini pastinya banyak yang penasaran juga. Dulu pun saya begitu. Kok bisa dapat endorse gitu? Malah kadang kalau lagi burung sangka, suka membathin juga 'kok bisa dia dapat endorse, dan aku tidak?! Wkwk >.<Â
Memang awalnya ngeblog itu karena suka cerita, lalu lambat laun kita juga bisa, jika mau, untuk memonetisasi blog kita. Cara biar dapat tawaran ngiklan? Ya lewat relasi, isi form, dan ikut komunitas.Â
Tapi saya coba ceritakan ke ibu saya, kalau suka menulis di blog pun tidak serta merta mendapat tawaran iklan. Kita harus punya bekal tulisan dulu. Tawaran iklan juga nggak melulu datang, kalau datang pun tidak selalu kita terima jika tidak sesuai kriteria kita. Setelah isi form pun belum tentu juga kita diterima. Begitulah dunia blogger. Kamu pemilik rumahnya, kuncinya ada di kamu.
Sebagai blogger pun, saya menyadari kalau blog itu memang lebih bagus kalau tulisan lebih personal dan banyak cerita menariknya. Tapi tidak dipungkiri bahwa saya pun suka saat mendapatkan tawaran job blog. Jadi ya kalau ada tulisan berbayar mbok mampir untuk mensupport kuli konten ini ya. Hihi.
Respon ibu setelah dapat cerita saya tentang profesi blogger 'Ya sudah yang penting bisa mengembangkan hobi. Semoga berkah!Â
Ah, terima kasih ibu. Nggak nyuruh-nyuruh lagi anaknya buat ikut tes CPNS. wkwk