Mohon tunggu...
Perti Rosanda
Perti Rosanda Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

I have been writing on Kompasiana site since I was 19. Now I am growing up and changing better. My life has changed, and wish always changes me to be better person too, day by day. I am 24 years old in this 2015. Here I am coming back to sharpen my writing.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pijakan Pertama di Negeri Seribu Pagoda

28 Oktober 2012   14:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:17 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13514329731484491903

Kota kecil yang padat dan teratur menjadi pemandangan pertama saat kami melewati lelahnya rute kereta api, hingga di stasiun terakhir sekaligus menjadi tujuan kami, Hatyai! Here we are, Thailand! Agak terperangah dengan suasana bising dan padatnya rentetan toko-toko pusat perbelanjaan di Hatyai, ditambah lagi dengan bisingnya orang berlalu lalang dengan bahasa yang masih asing di telinga. Tapi masih sangat berasa bukanlah suasana Indonesia. Hal pertama juga yang kami lakukan adalah menunggu dan bingung! Exactly! Seluruh provider selular ternyata bertarif sangat mahal dengan jaringan roaming! Pulsa yang kuisi dari Indo cukup banyak seperti hangus saja termakan roaming. Di Malaysia hanya satu kali SMS hilang hampir 5000 rupiah. Padahal hanya kalimat singkat ke orangtua ku di indo , memeberitahu mereka aku sudah di Kuala Lumpur. Lalu sewaktu di perjalanan menggunakan Train, handphone ku sibuk menerima sms dari provider memberitahu kami sudah berpindah negara, layanan tarifnya sudah berbeda, dan penawaran lain yang tidak bersedia kubaca. Di perjalanan menggunakan kereta api Kereta Tanah melayu yang disingkat KTM itu menghabiskan waktu hampir 12 jam, kunikmati dengan melihat pemandangan seadanya dan suasana gelap gulita di tengah malam. Just to remind, kereta api kan biasanya bukan seperti bus yang jalurnya tengah kota, tapi train menyediakan pemandangan belakang rumah warga, pesawahan, area pembuangan sampah, dan semak-semak belukar, juga areal kumuh yang memang sengaja disembunyikan dari megahnya negara Malaysia. Kukira pulsaku masih tersedia banyak, tapi ternyata hanya 4 ribuan rupiah. Rupanya tadi tersedot tariff roaming ayahku yang sempat menelpon 2 kali dalam waktu teramat singkat. Huuaa! Memang sepertinya harus siap bangkkrut jika masih menggunakan selular provider Indonesia di luar negeri. Tidak ada tanda-tanda satu atau 2 orang yang akan menjemput dan membawa kami ke Songkhla! It’s not the city will we stay! Kudapati informasi, Songkhla masih sekitar 45 menit lagi dari Hatyai. Cuma duduk bengong dan kelelahan, juga berhadapan dengan tumpukan koper dan barang bawaaan kami untuk 2 bulan, 6 bulan, bahkan setahun. Ibu Nanik, istri pak rektor yang juga terpilih ke Thailand untuk pertukaran dosen, berinisiatif mencari cara agar kami bisa ke Songkhla segera. Beberapa kali dihubungi, akhirnya nyambung ke pak Heri, ketua International Office di Bengkulu sekedar meemberitahu kami sudah tiba di Hatyai dan meminta konfirmasi dari Rajamangala yang katanya akan menjemput kami. Beberapa menit yang agak lama, tiba-tiba kami didatangi lelaki paruh baya yang bisa berbahasa Melayu, yang katanya pernah tinggal belasan tahun di Indonesia. Akhirnya bisa bernafas lega, bisa bicara dengan sesorang di negara ini yang bahasanya masih bisa diterima. Kami menunggu di bibir teras stasiun kereta api, begitu kelelahan sementara koper bertumpuk. Ibu nanik berinisiatif untuk mencari penjualan voucher pulsa di sekitar toko. Hingga Staff ILO RMUSTV menjemput kami menggunakan van dan satu mobil biasa. Keberangkatan kami tertunda setelah menyadari Ibu Nanik yang belum juga muncul apalagi pemberitahuan tujuannya tadi juga tidak begitu jelas. Hingga akhirnya setelah dicari 2 boys kami, Ibu Nanik kembali dengan cerita yang mengejutkan, ternyata beliau ditipu orang yang bisa berbahsa Melayu tadi. Uang beliau 2000 Bath Raib! Wow, angka yang lumayan besarr. 2000 bath setara dengan 600 ribu rupiah. Nominal mata uang tertinggi di Thailand adalah uang kertas  1000 bath. Belum apa2 kami sudah ditipu L Kepalaku pusing dan begitu letih setelah satu hari melewati perjalanan panjang lintas 2 negara. Badan lengket tidak mengenal mandi L. Sangat berharap nanti bisa istirahat di dormitory and balas dendam memuaskan jam tidur yang menjadi korban perjalanan. Rupanya saya malah tertidur di van dan kehilangan momentum perjalanan pertama dari hatyai ke Songkhla. Welcome to Songkhla. Bahagianya bisa tiba dengan selamat dari perjalanan yang begitu mengkhawatirkan dan menjadi virus kecemasan sedari seminggu keberangkatanku. Akhirnya sekarang kami sudah merasa aman melewati jalan raya yang mulus dan lurus dari hatyai ke songkhla yang memakan waktu tempuh lebih dari 30 menit. Aku terlalu letih hingga akhirnya tertidur. Dan terbangun kembali melihat angka di layar handphone yang menunjukkan hampir jam 12 siang. Pemandangan sekeliling  pertama kali sayang rasanya untuk dilewatkan. Teman-teman yang lain heboh dengan berbagai celotehan dan komentar. Kesimpulan pertama yang kami temukan adalah”Ternyata kami jadi buta huruf disini, hahaha” tidak terdefinisi semua tulisan di pepinggiran jalan raya ataupun nama toko, intansi, tau apalah yang lain. Semuanya hurufnya seperti sayur pakis, Adam serta merta memberikan gelar kehormatan”huruf cacing!” . Huh boy yang satu ini! Satu hal lagi yang kami khawatirkan adalah masalah komunikasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kakak alumni yang pernah ke Thai juga, kebanyakan orang thai tidak mengerti Bahasa Inggris. Sama saja dengan Indonesia, disini juga Inggris sebagai bahasa Asing, tidak seperti di Malay , penjual baju pun bisa berbahasa Inggris fasih. Perjalanan kami dihentikan di sebuah bangunan tingkat 4 berjenis apartemen. Kutanyakan untuk memastikan pada officer ILO yang menjemput kami, ternyata memang benar ini tempat tinggal kami selama 2 bulan. Mobil-mobil dengan berbagai tipe berjajar di lantai dasar. Dian dan Fransiska mendapat kamar di lantai 2, sementara saya dan Ibu Nanik harus naik lagi mendapati kamar kami di lantai 3. Flat yang terlihat nyaman dan bersih menyapa kami pertama kali. Kudapati jendela besar dan tranparan yang bisa melihat pemadangan sekeliling bahkan pemandangan kota Songkhla. Satu flat ada 2 kamar yang furniture nya pun sudah disediakan. Fasilitasnya memadai, seperti TV, dapur beserta perlengkapan memasak, kulkas, kamar mandi, dan perabotan kamar yang komplit, hingga setrika pun ada :p. Kami memang butuh istirahat, akhirnya kami berdua sepakat untuk segera mandi. Namun ternyata kami diundang untuk makan siang oleh Prof Aswin. Tidak ada waktu untuk tidur ternyata L. Sewaktu kujemput Dian dan Fransiska dilantai bawah, ternyata menyenangkan mengetahui mereka satu flat dengan anak China. Berkenalan dengn Shin yang cantik dan sangat ramah. Bendera China juga terpampang di pintu kamar di flat mereka. Kami diajak ke restoran Malaysia di kawasan Muslim, begitu informasi pertama yang kudapati dari Prof Aswin. Dijemput beberapa menit setelah kami selesai berkemas seadanya. Rupanya para boys diberikan satu rumah milik Rajamangala yang tidak jauh dari flat kami. Tapi tiba-tiba kami kehilangan 2 boys, Adam dan Syahri yang tiba-tiba menghilang dari kumpulan mereka. Agak mengerutu juga karena belum apa-apa sudah merepotkan Prof Aswin dan sopir van itu karena kami harus berkeliling hingga bolak-balik mecari mereka. Sepertinya jiwa petualang mereka benar-benar terekspresikan disini. Sesuai tebakan Prof Aswin, ternyata mereka ke Seven Eleven, minimarket yang tersebar di setiap sudut kota disini. Makanan pertama yang tentu saja ditawari adalah Tomyam! Makanan khas Thailand. Soal lahap, jangan ditanya:p Karena memang kami belum mendapatkan makanan layak selama perjalanan. Santapan pertama di Thailand, benar-benar memanjakan lidah. #Bersambung *Picture : Pemandangan pertama di depan stasiun kereta Hatyai

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun