Mohon tunggu...
Nailil Bariyah
Nailil Bariyah Mohon Tunggu... -

Melankolis, pemikir, dan insyaALLAH gigih

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ungkapan Rindu

25 November 2012   12:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:41 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini sepanjang perjalananku sepulang kuliah aku mencoba untuk tidak memikirkan hal lain. Aku benar-benar ingin bernostalgia dengan kenanganku tentang dia. Jiwaku beserta ingatanku berlari dan mencari potongan-potongan cerita di masa lalu. Dia sosok yang sangat religius, dia yang sangat tegas, dia yang sangat bijaksana, dia yang bersahaja, dia yang begitu penyayang, dia yang kukenal sebagai pribadi yang pengalah. Aku sangat merindukanya… aku rindu nasihat-nasihatnya, aku rindu sabetan sajadahnya yang selalu kuterima saat aku masih berselimut ketika adzan subuh berkumandang, aku rindu kemarahanya yang selalu terpancing tiap aku menjahili sepupu-sepupu kecilku, aku rindu dia yang begitu menyayangi ibuku. Aku rindu… Aku rindu…

Puncak kerinduanku datang saat aku memasuki kamarku. Kusimpan peralatan kuliahku, aku mandi dan berwudhu.Aku tidak sabar ingin segera berkomunikasi dengan Allah. Aku ingin menghadap pada-Nya dan kutitipkan rasa rinduku yang sudah membuncah ini. Dengan surat Yaa Siin ingin kutunjukan betapa kusangat mencintainya. Dengan bacaan tahlil ingin kusampaikan betapa ku amat sayang padanya. Dengan do’a ingin ku beritahu bahwa walau kami sudah berpisah 10tahun lamanya tapi aku tak pernah lupa pada dia.

Hanya mampu menangis ketika harus kuterima sosoknya sudah benar-benar tidak lagi ada di dunia ini. Aku bersyukur sempat mengenalnya. Aku bersyukur sempat dididik olehnya. Aku bersyukur pernah merasakan kasih sayangnya. Aku bersyukur… Aku bersyukur… Dia adalah kakeku yang selalu kami panggil Bagede. Malam ini harusnya seluruh keluarga besar berkumpul bersama untuk mendoakanya. Namun inilah aku, cucu yang mengaku sangat mencintainya, selalu tak bisa pulang dengan bermacam alasan. Biarlah rasa sedihku kutuang dalam tulisan ini karena aku tak sanggup menyimpanya sendiri. Dan ketika ingin kutulis kalimat terakhir, di bibir ini, di hati ini masih terus saja bergumam “Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menempatkan dia pada tempat yang terindah di alam sana” Aamin YRA.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun