Mohon tunggu...
Salmah Naelofaria
Salmah Naelofaria Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

\r\n\r\nMenulislah... \r\nMenulis itu pelita bagi pembaca :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mempersilahkan Anak Tak Mengenal Pagi

30 Maret 2014   15:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa kelas XII SMAN 108, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, mengikuti ujian nasional, Senin (15/4). Hari itu, ujian yang menjadi landasan untuk lulus SMA serentak dilaksanakan di Jakarta. Kompas/Wisnu Widiantoro (NUT) 15-04-2013

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi - Siswa kelas XII SMAN 108, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, mengikuti ujian nasional, Senin (15/4). Hari itu, ujian yang menjadi landasan untuk lulus SMA serentak dilaksanakan di Jakarta. Kompas/Wisnu Widiantoro (NUT) 15-04-2013"][/caption]

(Salmah Naelofaria)

Sedang dibicarakan# “Anak-anak di Jakarta harus mengganti jadwal masuh sekolah menjadi jam 09.00 WIB demi mengurangi kemacetan pagi…. “

Siapa pun dan kapan pun usulan itu direncanakan, yang pasti saya kaget dan sedikit sedih mendengarnya. Kebijakan untuk sebuah kebaikan memang tidak perlu diprotes dan dikontroversi, tapi jika yang dibijakkan adalah seperti itu rasanya seperti sedang berkaca di atas air. Nyata namun tak jelas rupanya.

Tahun 1994 saya masuk SD jam 07.30 WIB. Memang tempat tinggal saya adalah di kota kecil yang pada saat itu macet bukanlah suatu masalah. Tapi ‘waktu’ memang selalu mendidik manusia untuk lebih bisa menghargainya. Karena bangun pagi maka orang tua saya membiasakan kami Shalat Subuh terlebih dahulu lalu membagi waktu untuk mandi dan makan pagi lalu berangkat ke sekolah. Bangun lebih pagi dengan alasan takut terlambat sekolah, itu mungkin prinsip anak-anak zaman dahulu. Sekaligus orang tua yang bijak mengajarkan Shalat Subuh atau berdo’a pagi bagi yang non-muslim. Sekarang alasan anak cepat bangun adalah untuk tidak terjebak macet, yang pasti sekian persen tidak suka karena macet itu bisa bikin telat sekolah dan atau macet itu bisa bikin bete berlama-lama ditegakkan di atas aspal. Maka saat ini beribu anak bangun pagi-pagi mempersiapkan segalanya, menghirup udara yang masih segar mengejar waktu untuk tidak terjebak macet dan terlambat sekolah. Si Anu yang rumahnya cukup jauh dari sekolah sudah menunggu bus di Halte pada jam yang sama setiap harinya. Demikian si Ani, walaupun rumahnya dekat ia bersegera berangkat karena terlambat sedikit di dimpang rumahnya sudah berjibun roda dua dan empat. Tapi mereka sudah sempat merasakan air dingin di pagi hari, siraman wudhu atau ketenangan sesaat berdo’a pagi. Dan yang lebih jelas masih dalam pantauan orang tua mereka yang belum berangkat kerja.

Lalu lahirlah kebijakan masuk jam 09.00. Maka si Anu tidak lagi merasa canggung untuk menunda jadwal bangun tidurnya. Di dalam pikirannya menari-nari detik jam yang semakin besar langkahnya untuk mempersilahkan dia untuk tidak bangun lebih awal, tidak mandi lebih awal, tidak mempersiapkan segala sesuatu lebih awal bahkan ibadah pagi juga bisa bertukar dengan lipatan selimut tebal. Memang tidak semua anak akan seperti itu, tapi yakinlah jumlah anak yang akan berubah menjadi seperti itu pasti akan bertambah. Karakter anak diintegrasikan dengan berbagai cara. Salah satunya conditioning (pengondisian) dan pembiasaan. Jika anak terbiasa disiplin maka ia akan disiplin. Masuk pagi lebih awal akan membiasakan anak untuk melakukan segala aktivitas pagi yang membentuknya jadi disiplin. Hal yang sangat tepat, namun tak terbayangkan bagaimana kebiasaan yang selama ini sudah dibangun tiba-tiba harus direkonstruksi menjadi sedemikian rupa sehingga anak tidak mengenal lagi apa yang dinamakan pagi. Sementara untuk kesehatan, pagi merupakan waktu yang tepat untuk mengawali kegiatan. Karena saat pagi kondisi tubuh masih fit dan segar.

Tulisan ini seolah-olah meyakini bahwa anak pasti akan menunda bangun tidurnya jika masuk sekolah diubah menjadi jam 9 pagi. Ya memang, sangat yakin… Kita saja yang sudah dewasa jika tau ada sedikit waktu luang tanpa disadari banyak hal yang tidak penting dilakukan saat menunggu waktu itu. Apalagi anak-anak yang masih labil dan kesadarannya masih perlu bimbingan. Kalau memang ingin mengurangi macet, kurangilah sesuatu yang lebih tepat daripada mengurangi kebiasaan anak yang telah dibangun selama ini. Prioritas juga butuk penyesuaian dengan kondisi, banyak hal kecil yang dianggap sepele, namun saat diabaikan dalam waktu yang panjang justru ia menghasilkan masalah besar dan dipastikan tidak bisa dianggap sepele. Semoga kebijakan itu tidak diangkat ke permukaan lagi…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun