Mohon tunggu...
idhoet nugraha
idhoet nugraha Mohon Tunggu... -

aku idhoet...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mobil-mobilan

1 November 2010   20:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:55 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Anakku merengek di depan toko mainan, “pak mobil mobilan yang warnanya biru itu bagus pak… lampunya bisa menyala beneran lho pak.. “ katanya sambil menunjuk sebuah mobil mobilan berwarna biru metalik.

“pak belikan ya pak.. “ rengek anakku

Aku bertanya pada penjual dan memperhatikan sejenak mobil itu. Kulirik stiker kecil yang menujukan harganya… 34 ribu rupiah… Entah murah ato mahal mainan seperti itu saat ini. Yang jelas uang di kantong ku setelah belanja kebutuhan rumah hanya tersisa 2300 rupiah…

“nak jangan yang ini yacgh mainannya… “ sambil kuembalikan mainan itu pada penjaga toko.

“Tapi bapak bilang kalo aku bisa mengerjakan pr matematika bapak mau belikan..” anak ku menagih janjinya…

“Iya nak bapak belum dapat uang lagi…”

“nanti kalo bapak udah kerja lagi bapak beliin yang lebih bagus”

“bapak belum dapat uang to… “ anakku menanyakan

“iya nak bapak belum dapat uang, tapi nanti bapak bikin kan saja mainan dirumah… “

Meskipun sedikit bisa memahami tapi muka anakku tak meperlihatkan senyum nya, sepanjang jalan pulang tak ada cerita dan canda seperti biasanya. Manyun.

Dirumah pun ketika ibunya bertanya dia hanya diam. Seperti sesampai dirumah dia langsung cuci kaki dan masuk kamarnya. Yang berbeda tak ada candanya.

Ach semakin sulit kah hidup ini sehingga merampas kebahagiaan anakku.

Semakin tak terjangkau kah harga sehingga anakku harus kehilangan senyum…

Aku duduk diteras sambil merenung. Entah apa yang kurenungkan. Semua terbang satu satu.

“mas tadi beli sandal tidak..” Tanya istriku tiba-tiba

“aku lupa… “ sebenarnya uang nya sudah tidak cukup untuk beli sandal…

Kulihat sandal swallow merah putus talinya. Dan hatiku pun tersenyum

“pak terima kasih yacgh pak… “

“bapakku hebat…. “ sebuah pujian yang menerbangkan aku…

Anakku telah sibuk memainkan mobil mobilan barunya.

Ku buat dari sandal jepit swallow istriku yang putus.

Ku potong-potong salah satunya untuk roda nya

Ku rangkai sedemikian rupa menjadi sebuah mobil mobilan…

Senyum anakku telah kembali datang

#Jombor 021110

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun