[caption id="attachment_225358" align="aligncenter" width="600" caption="Sumber gambar : http://ruangdosen.wordpress.com"][/caption] Desember 2012, Majalah Tempo membuat polling online terkait apakah Anas Urbaningrum (AU) jadi tersangka atau tidak dalam korupsi Hambalang? Setelah polling itu dibiarkan berlabuh selama dua hari, ternyata 70% responden meyakini AU tak terlibat korupsi Hambalang, 25% ,meyakini AU terlibat dan 5% menjawab tidak tahu. Apa lacur, diantara sekian teman saya, ada yang ketus "kasus hukum kok di polling". Dan memang betul, yang dilakukan Majalah Tempo ini sudah di luar akal sehat, sebab hukum membutuhkan fakta positifistik, bukan opini subjektif atau tebak-menebak. Meski kita tak suka koruptor, apa yang dilakukan Tempo tak memberikan jejak edukatif, karena hukum bukanlah persoalan suka tak suka, tapi lebih dari itu, hukum adalah persoalan hitam-putih, sesuai fakta-fakta hukum yang tersajikan. Yang menjadi aneh dalam polling majalah Tempo ini adalah, karena hasil polling 70% responden berpihak ke AU, akhirnya hasil polling tersebut tak di rilis Tempo. Ini kali yang kedua Tempo melakukan hal aneh. Sebelumnya media besutan Gunawan Muhammad ini juga pernah melakukan polling terkait AU tapi tak dirilis karena menguntungkan AU. Pertanyaannya, sebagai majalah investigasi terkemuka apakah Tempo tak seprofesional itu? Sepanjang yang kita amati, selama ini majalah tempo tak tuntas mengawal kasus. Kasus-kasus yang dinvestigasi pun cenderung selesai di pertengahan. Apa hal? Disinilah kita perlu menaruh curiga, permainan apa yang sesungguhnya dilakoni Tempo selama ini?Bukankah sebagai media profesional Majalah Tempo harus kritis tapi juga objektif? Apakah dengan kasus-kasus aneh ini, Tempo juga bisa dikatakan sebagai kategori dari faksi politik tertentu? Biar rakyat yang menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H