Sumber gambar bola.liputan6.com
Judul di atas tak akan mendiskreditkan tentang pasukan Tentara Negara Indonesia. Tetapi saya tergetar dan menikmati ketika melihat sepak bola, yang bermain adalah para prajurit yang tergabung dalam Tentara Negara Indonesia (TNI), yang diwakili PS TNI dalam ajang tournament Piala Sudirman.
PS TNI merupakan salah satu kontestan, yang awalnya tidak terlalu diperhitungkan. Mereka, awalnya hanya sekumpulan pemain yang bertanding di level Divisi Utama. Pun, mereka tak lebih dari pasukan bela negara (NKRI) berseragam. Namun berbeda ceritanya, kala para pemuda yang tergabung dalam PS TNI berjibaku dalam “pertempuran” di medan “perang” di event Sudirman Cup. Klub tersebut berhasil menapik anggapan, bahwa PS TNI adalah klub amatir yang berkutik di kasta kedua. Anggapan itu terjawab selepas membantai lawan-lawannya, Surabaya United, Pusamania Berneo FC (PBFC), Persela Lamongan, dan termasuk klub besar juara ISL; Persib Bandung.
Padahal, tak semua pemain PS TNI berstatus sebagai pemain bintang atau pemain nasional. Sebagian besar beberapa nama-nama berkutik di divisi utama maupun junior. Namun semangat juang yang ditanamkan dalam dirinya tersebut menjadikan PS TNI menjadi klub yang mulai diperhitungkan. Meski di dalam kerangka skuad PS TNI ada beberapa nama besar seperti Legimin Rahadjo, Manahati Lestusen, dkk. PS TNI pun juga tak lepas dari nama-nama yang dahulu mengisi skuad Timnas. Seperti Manahati Lestusen, mantan kapten U-23 di ajang SEA GAMES 2015 kemarin. Juga Ravi Murdianto, Dhimas Drajad, yang ketika melawan Persela mencetak heatrik di gawang Khoirul Huda.
Tim asuhan Suharto AD ini didasari oleh (ke)kompak(kan) dan kebersamaan. Kebersamaan di luar lapangan tersebut juga terbawa di lapangan sepak bola. Di dalam tim tidak ada yang merasa senior dan tak ada yang merasa bintang. Semua adalah sama, satu tujuan, satu komando dari pelatihnya. Manahati memberi pernyataan, seperti dikutip tabloid olahraga Bola. “Kebersamaan tim. Tidak ada yang merasa bintang dan motivasi besar yang kami usung di setiap pertandingan.”
Salah satu kunci utama dari keberhasilan PS TNI di kancah tournament Jenderal Sudirman Cup adalah kebersamaan. Ya, kebersamaan di atas lapangan dan di luar lapangan mereka jaga. Sehingga ke-harmonis-an para pemain dan menajemen tetap terawat dengan baik. Selain itu, faktor kebugaran dan stamina yang prima. Seperti para prajurit Tentara pada umumnya, PS TNI memiliki stamina yang kuat dan memiliki mental pantang menyerah, serta selalu optimis dalam setiap laga. Penting memang memiliki mental baja seperti pasukan muda PS TNI tersebut. Karena memiliki mental pantang menyerah dapat mempengaruhi penampilan di atas rumput hijau. Dan PS TNI membuktikan itu, selama fase group.
Sebenarnya PS TNI juga manusia biasa, yang memiliki perasaan takut atau minder. Pasukan muda ini sempat minder jika berhadapan dengan pemain yang memiliki kualitas di atas rata-rata pemain PS TNI. Apalagi jika mengawal para striker asing, yang berpostur tinggi jangkung. Modal yang mereka punya adalah motivasi lebih besar tinimbang lawan. “Rasa minder itu memang sempat ada. Sudah pasti kualitas pemian LSI (League Super Indonesian) cukup baik, sedangkan Pemain PS TNI adalah pemain yang belum tenar. Namun, ketika sudah berada di lapangan, perasaan itu hilang.” Kata Wanda Syahputra, jebolan Persegres U-21 dan timnas U-16 SAD (Uruguay).
Untuk urusan teknis PS TNI tidak memiliki jurus latihan khusus. Mereka hanya menjaga pola makan, dan tidur, faktor militansi, displin, saling menghormati satu sama lain, daya juang, kebersamaan dan jiwa korsa yang membuat PS TNI kuat dan di segani oleh tim-tim kontestan Piala Sudirman lain. Adapun faktor nonteknis PS TNI memiliki motivasi ganda untuk membuktikan, mereka bukan klub amatir, cum untuk diremehkan. Motivasi lain adalah adanya dukungan dari luar lapangan. Setiap bertanding, dukungan dari ribuan anggota TNI hadir di stadion. Hal tersebut yang membuat militansi PS TNI terpompa.
Kita bisa melihat ribuan pria berambut cepak, berbaju khas tentara, bersolek doreng, dan berwajah tegas ini berjingkrak di salah satu tribun Stadion Delta Sidoarjo. Mereka adalah sekumpulan prajurit yang bermodalkan suara lantang dan alunan genderang, yang berasal dari beragam divisi kesatuan, yakni Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), dan Angkatan Laut (AL), yang bertugas strategis di seputaran kota Surabaya, Jawa Timur.
Mereka berasal dari Batalyon Infanteri Lintas Udara 502, 503, PM Kostrad, Zeni Tempur 10, Batalyon Kavaleri 8, Batalyon Artileri Pertahanan Udara Sedang (Arhanuse) 8, dan Batalyon Artileri Medan. “Yang jelas, dukungan kami tidak lagi 100 persen, tapi 1000 persen untuk PS TNI di piala Jenderal Sudirnan, “ ujar Letnan II M. Kusen Yon, salah satu suporter dari Arhanudse 8, Surabaya, seperti ditulis majalah Bola.
Suporter PS TNI memberi dukungan dan yel-yel yang diotak-atik gathuk lagu-lagu yang kerap dinyanyikan suporter. Namun, ribuan pendukung tersebut berhasil mendongkrak semangat Legimin Raharjo dkk, dalam pertempuran di Jenderal Sudirman Cup. Semangat di dalam dan di luar lapangan mampu menambah amunisi persenjataan untuk meraih kemenangan. “Setiap kami bertanding, ada dukungan dari ribuan anggota TNI yang hadir di stadion. Teriakan yel-yel mereka membuat semangat kami tak pernah kendur.” Ujar Manahati.