Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

SIM Tembak, Jalan Pantas kah?

6 Juli 2015   15:13 Diperbarui: 6 Juli 2015   15:13 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


SIM merupakan sebuah bukti dan syarat bagi seseorang untuk dapat memulai berkendaraan. Sesuai dengan namanya, Surat Izin Mengendarai. Apabila kartu ini sudah di tangan, kenyamanan berkendaraan akan didapat. Rasanya ketakutan dipatok di tengah perjalanan tidak was-was lagi. He-he

Namun apa jadinya apabila ada seseorang yang sudah memiliki SIM, tetapi tidak baik dalam berkendaraan? Saya yakin pasti anda pernah menemui pengendara, baik mobil atau pun motor yang onar di perjalanan. Bahkan cara mereka berkendaraan membuat kita harus penuh hati-hati ketika di dekat mereka. Tak jarang orang yang lambat pasang sen tiba-tiba tertabrak dari belakang oleh kendaraan lain. Atau mungkin tidak terlalu memahami aturan berkendaraan yang baik membuat perjalanan terasa mencengkram.

Pembuatan SIM ada jalan pintas adan pula mengikuti aturannya. Kalau istilah di kota saya SIM tembak. Ya, pembuatan SIM secara cepat, tanpa harus melewati aturan-aturan yang diberikan pihak kepolisian. Saya sempat membaca 6 tahapan yang ada untuk mendapatkan SIM, dua di antaranya adalah praktek. Seorang pengendara harus mengikuti ujian mengendarai terlebih dahulu, setelah melewati ujian teori. Memang kalau dilihat tahapannya, terasa begitu ribet, apalagi hanya untuk sebuah SIM. Tetapi, di sanalah kita bisa mengamati apakah seseorang benar-benar mampu mengaplikasi SIM-nya atau tidak. Dan dari situ juga kita bisa membaca apakah seseorang membuat SIM secara pintas atau sesuai jalur yang sudah ditetapkan.

Beberapa kali saya sempat mendengar teman saya membuat SIM tembak. Menurut mereka pembuat SIM dengan cara ini lebih cepat tentunya. Pemohon juga tidak perlu berlama-lama menunggu untuk sebuah kartu itu. Segalanya diurus oleh pihak polisi. Kita hanya menunggu panggilan untuk difoto dan mengambil sidik jari. Selanjutnya kartu dicetak dan SIM pun di tangan.

Berbeda sekali dengan mereka yang mengikuti jalur. Mereka harus mengisi data secara lengkap. Belum lagi mengurus beberapa surat ini dan itu. Lalu kemudian ujian teori. Dan selanjutnya barulah masuk pada uji praktek mengendarai. Bahkan kalau tidak salah, ada yang tidak lulus. Kalau memang benar seperti itu, ya tidak ada salahnya memilih jalan pintas.

Lalu, jika dilihat dari harga, keduanya hampir sama. Pembuatan SIM secara manual kisaran 400 ribu, sementara untuk SIM tembak tergantung dengan yang mengurus. Kalau ada orang dalam yang bisa membantu, pembuatan SIM hanya butuh dana kisaran 300 hingga 350 ribu. Lalu di luar itu hampir sama dengan cara manual. Kalau boleh memilih, lagi-lagi jalan pintas saja lebih menguntungkan.

Sayangnya pilihan jalan pintas memang banyak di tempuh oleh semua orang, apalagi kalau ada orang dalam. Selain karena tidak butuh waktu yang lama, dana yang dikeluarkan lumayan lebih murah ketimbang mengikuti jalur. Saya pribadi memang menyikapi ini dengan berat sebelah. Maksud saya hendak memilih yang pertama urusannya ribet, sedangkan yang kedua takut tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tentu saja jika melihat kedua hal tersebut, rasanya banyak yang mesti dipertimbangkan.

Karena tindakan di atas, tak hayal jikalau kita seringkali mendapati orang-orang berkendaraan tidak sebagaimana mestinya. Kalau dikatakan ugal-ugalan tidak juga. Seperti perkataan saya di awal, membuat pengendara lain was-was ketika berkendaraan bersama mereka.

Mungkin ini jadi bahan pembelajaran dan pembenahan bagi kita semua, terutama bagi pihak yang mengurus SIM. Karena selain keselamatan pengendaraan, keselamatan orang lain merupakan hal yang paling diutamakan. Aturan yang dibuat sudah sepatutnya ditegakkan agar terciptanya sebuah kenyamanan, terkhusus lagi dalam hal bekendaraan.

 

Sumber gambar: http://cdn-2.tstatic.net/jabar/foto/bank/images/sim-a-dan-c.jpg

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun