Mohon tunggu...
Muhammad Burniat
Muhammad Burniat Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa filsafat dengan hobi menulis, jalan-jalan dan aktivitas sosial. Menulis adalah cara saya untuk hidup dan berbagi. E-mail: muhammadburniat@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Tanpa Gaduh: Membalut Politik dengan Asas Kekeluargaan

20 Oktober 2015   13:13 Diperbarui: 20 Oktober 2015   13:29 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Perpolitikan yang mengharuskan membangun pencitraan terhadap diri sendiri. Dok. https://webandikamongilala.files.wordpress.com/2010/09/30385.jpg"][/caption]

Perpolitikan semakin hari semakin kacau. Sepanjang 2014 hingga kini dunia politik Indonesia dinilai tidak memiliki etika yang tepat. Kondisi perpolitikan pun juga tidak lagi menunjukkan watak orang Indonesia yang dinilai memiliki asas kekeluargaan yang kuat, malah lebih cenderung tidak berbudaya dan tak memiliki kesopanan. Nilai edukasi yang diharapkan datang kepada masyarakat malah berujung pada pembodohan. Mengangkat isu-isu yang memperlihatkan kebobrokan moral yang menyeret masyarakat untuk  menilai ini dan itu tidak pada prosedur. Sangat disayangkan apabila perpolitikan menjadi tontonan yang membawa dampak buruk bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak paham sama sekali bagaimana pergulatan dalam dunia politik.

Para pemimpin yang tadinya hadir sebagai orang-orang yang bekerja untuk masyarakat, berbalik mendapatkan kecaman tak mengenakan dari lapisan masyarakat akibat serba-serbi permainan yang diluncurkan dari setiap kubu, para politisi dan para antek-anteknya. Hal yang paling mencolok bisa kita lihat saat masa pemilihan legislatif atau pemilihan presiden. Selama pemilu berlangsung, para politisi akan memperlihatkan suatu hal yang tidak mendidik bagi masyarakat. Berbagai cara pun dilakukan oleh sebagian para politisi di lapangan  untuk bisa memenangkan perpolitikan. Kursi kekuasaan menjadi harga mati yang tidak mengenal batasan dan aturan. Sikut kiri dan kanan dengan beragam macam propaganda diangkat ke tengah masyarakat, menjelekan lawan politik, kampanye hitam dan bahkan sampai menyuap masyarakat dengan iming-iming yang tidak sepadan dengan apa yang akan mereka lakukan kelak saat memimpin.

Menyambut ulang tahun ke-17, Partai Amanat Nasional (PAN) menyuarakan perpolitikan tanpa gaduh. Ini merupakan salah satu langkah yang tepat untuk mengajak para politisi lain bagaimana seharusnya bermain dengan politik, sekaligus untuk tetap menjaga nilai-nilai persatuan. Hal semacam ini pun nantinya juga memberikan penilaian yang baik di mata masyarakat bahwa perpolitikan di negeri ini masih memegang asas-asas kekeluargaan dimana setiap dari para calon memiliki tujuan yang sama yakni hadir sebagai bagian dari penyelesai masalah-masalah masyarakat. Begitu juga yang dilakukan oleh PAN dengan mengangkat tema tersebut sebagai bentuk eksistensi PAN sebagai media pencari solusi masyarakat atas berbagai persoalan yang dihadapi, terutama masalah kenaikan harga-harga, masalah pengangguran, persoalan petani-petani, buruh, pendidikan dan lainnya.

Dalam buku Dasar-dasar Ilmu Politik karya Prof. Miriam Budiarjo dikatakan bahwa pengertian politik secara umum merupakan usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar masyarakat untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Sementara menurut Peter Merkl bahwa politik dalam bentuk yang paling baik adalah usaha mencapai sesuatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan “politics, at its best is a noble quest for a good order and justice”. Apabila kita melihat pengertian politik yang sesungguhnya, maka kita bisa menilai sendiri bagaimana dengan sistem perpolitikan Indonesia saat ini.

  Berbicara politik Indonesia dari berapa dekade sebelumnya, sudah selayaknya kita membungkus dunia perpolitikan saat ini dengan lebih mengutamakan pada dasar kekeluargaan supaya bisa mencapai tujuan bersama demi bangsa. Menjalankan politik dengan penuh keburukan sudah bukan waktunya. Kita kembalikan pada dasar pancasila yang juga sebagai ideologi bangsa Indonesia yakni sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Ada hal lain yang mesti kita jaga dan pertahankan untuk bangsa demi kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia daripada sebuah kekuasaan. Kita bisa melihat bagaimana warna-warni politik yang saling menciderai muncul dengan menggambarkan bobrokannya moral kita semua di mata masyarakat bahkan dunia sekali pun.

Dalam pembahasan ini, penulis pun mencoba menuangkan gagasan dalam bentuk yang mungkin sederhana sebagai mediasi pendobrak sekaligus menegakkan konsep politik tanpa gaduh yang diangkat oleh PAN. Dalam hal ini bagaimana konsep kekeluargaan penting untuk diutamakan sebagai penetralisir politik gaduh yang sering kali menyeret semua pihak.

Mengapa dengan sistem kekeluargaan dapat meminimalisir atau bahkan bisa menjalankan dunia politik Indonesia tanpa gaduh?

  1. Orang Indonesia terkenal dengan sifatnya yang suka menolong satu sama lain, berjiwa gontong royong dan masih memiliki sikap peduli yang tinggi. Hal semacam ini tentu bisa diaplikasikan dalam ranah politik, yakni seluruh lapisan masyarakat diikutsertakan dalam memantau atau sebagai partisipan selama pesta demokrasi berlangsung. Tentu selama masa tersebut semua pihak membuat kesepakatan yang intinya siapa yang melanggar akan mendapat sanksi, baik untuk para calon maupun pendukung yang bekerja. Contoh, tidak saling menjatuhkan lawan politik karena dasar bahwa kita satu bangsa yang bergerak untuk kita bersama.
  2. Kemasan politik yang telah dijelaskan di atas, apabila bisa menerapakan nilai-nilai kekeluargaan bisa sedikit membaikdengan menerapkan sikap saling memiliki bangsa, bukan karena suatu hal yang lain. Caranya adalah dengan mempertemukan semua pemimpin dari lapisan masyarakat, para politisi dan dari partai politik.
  3. Dengan sistem kekeluargaan, masyarakat pun lebih mengenal bahwa para calon yang diajukan adalah mereka yang berasal dari kalangan mereka, untuk mereka dan oleh mereka juga yang menentukan. Tidak ada spesialisasi dalam pencalonan sehingga mendewa-dewakan satu calon tertentu, kemudian menjelekkan calon lain.
  4. Untuk menjaga politik tanpa gaduh, semua para politisi memiliki kekompakan agar tidak mengangkat isu-isu yang dapat memunculkan konflik. Lagi-lagi harus dibangun rasa kepercayaan antar sesama, baik sesama lawan politik, para pendukung maupun lapisan masyarakat. Dari situ, permainan politik pun akan terlihat sebagai wadah edukasi bagi yang lain, bukan lagi ajang pencitraan.
  5. Apabila sistem kekeluargaan terbangun, maka kekompakan mencapai tujuan bersama pun akan berjalan dengan baik. Tentu hal ini didasarkan pada sikap saling memiliki atas bangsa, bukan melihat siapa yang memimpin.
  6. Sikap masyarakat yang tidak percaya pada pemerintah pun paling tidak barangsur beralih pada kepercyaaan penuh. Sebab, masyarakat melihat tujuan dan kerja sama yang jelas di tangan pemerintah.

Dengan mengusung politik anti gaduh ini diharapkan pada pilkada serentak nanti atu seterusnya dalam dunia politik Indonesia, permainan politik di medan tempur bukan lagi semata-mata mengutamakan tujuan kekuasaaan, tetapi bagaimana lebih mengokohkan nilai-nilai kekeluargaan yang pada intinya untuk kemajuan bangsa lebih baik secara bersama. Apabila menjujung tinggi nilai-nilai kekeluargaan yang sudah melekat pada diri bangsa Indonesia, maka ada kemungkinan mampu membalut politik dalam suasana yang lebih baik yang akan berdampak pada kelanjutan berikutnya. Paling tidak, dengan ada nilai-nilai kekeluargaan yang terbangun, pandangan masyarakat terhadap dunia politik Indonesia bisa lebih positif. Hal-hal semacam propaganda, penyebaran isu yang kurang pantas, dan sebagainya bisa diminimalisir. Untuk membuat semua itu berjalan, semua pihak, baik para politisi, partai politik dan masyarakat harus berpatisipasi mengangkat politik tanpa gaduh, terlebih lagi bagaimana membungkus pilkada serentak yang akan datang dengan sistem kekeluargaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun