Pertama kali saya mencoba terjun ke dalam dunia menulis, hal pertama saya lakukan adalah menuliskan kembali apa yang didapatkan dari buku bacaan. Status sebagai penulis pemula memang mengharuskan kita banyak berlatih—seperti yang saya lakukan—apapun caranya. Kembali pada pernyataan penulis-penulis tersohor bahwa menulis adalah seni, sementara seni didapatkan dengan cara berlatih. Kalau saya katakan berlatih artinya ada ikatan waktu yang terus mengawal dan mengiring. Makna kata berlatih memiliki unsur secara kontinu. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita akan menemukan pengertian konkrit dari ‘berlatih’. Terlepas dari apa itu berlatih, saya rasa kita punya arah pandangan yang sama, walaupun secara definisi berbeda.
Terlepas dari itu, dalam tulisan kali ini saya akan membagikan hal-hal hebat yang didapatkan setelah membaca buku “Cara Dahsyat Menulis Cerpen dengan Otak Kanan” karya Joni Lis Efendi. Siapa Joni Lis Efendi? Beliau adalah Founder CV Writing Revolution, salah satu sekolah menulis online besar yang sekarang sudah diikuti oleh ribuan orang. Ia juga aktif mengisi seminar-seminar menulis, tak heran jika jam terbangnya begitu luas, nasional dan internasional. Joni Lis Efendi juga telah menerbitkan 26 buku dan novel, serta ratusan tulisan berupa cerpen, artikel, esai, puisi. resensi di koran dan majalah nasional maupun daerah. Penulis juga telah meraih beberapa penghargaan sebagai juara lomba menulis, dan karena kehebatannya ini, penulis pernah diamanahkan menjadi ketua FLP( Forum Lingkar Pena) Riau 2005-2007. Ini adalah segelintir informasi mengenai penulis yang saya dapatkan pada bagian profil penulis. Mungkin para pembaca bisa mencari leih jauh tentang Jono Lis Efendi melalui Media; internet ataupun yang bersifat memudahkan.
Setelah membaca buku CDMC, apakah yang saya dapatkan? Sudah sebuah kepastian, ketika membaca, kita akan menemukan hal-hal di luar yang jauh dari konsep kita. Itulah guna membaca. Jika ingin usaha membaca kita tidak sia-sia semata, malah menghabiskan waktu dengan melihat susunan kata dalam sebuah buku, ada baiknya kita mengulas kembali dalam bahasa tulisan sendiri. Langkah ini kerap dijadikan sebagai panduan dalam mengembangkan kemampuan menulis, selain gampang, kita juga tidak dituntut untuk melahirkan ide baru. Walaupun saya katakan gampang, bukan berarti gampang dalam konsep yang begitu mudah. Tergantung dengan ramuan kata-kata yang disajikan, apakah kata-kata kita bisa memahamkan pembaca atau hanya sebagai informasi semata. kembali pada pertanyaan mengenai apa yang saya dapatkan setelah membaca, buku Joni Lis Efendi tersebut begitu tepat dijadikan rujukan para pemula, terutama yang tertarik dengan menulis cerpen. Selain bahasa yang disajikan cukup renyah dan berisi, konsep pemahaman yang diberikan terbilang mudah dipahami. Pengaruhnya adalah karena beberapa tulisan disertakan contoh sehingga pembaca bisa mengambil contoh-contoh lain sesuai dengan maksud contoh yang disajikan.
Lalu di samping itu juga pembaca akan diberitahu bagaimana cara menulis cerpen yang baik dan benar. Menurut saya, ini adalah bagian terpenting yang harus diperhatikan oleh semua pembaca karena titik fokus penyampaian penulis terletak di point tersebut. Kemudian selain tata cara menulis, ia juga memberikan tips dan trik bagaimana cerpen yang kita buat bebas dari penolakan dan kalah dalam persaingan. Sebagai seorang penulis pemula, mengikuti berbagi kompetisi adalah jalan menuju kesukaan terhadap menulis. Selain menulis mampu mendatang keuntungan finansial, menulis juga mampu mendatangkan kepuasaan rohani. Oleh sebab itu, menulis yang kerap kali gagal juga tidak diingkan oleh penulis, apalagi pemula seperti saya, Bisa-bisa karena kekalahan yang berulang berhenti menulis. Sangat disayangkan apabila menulis yang sudah kita jalani dengan semangat, tetapi tetap saja masih banyak kekurangan di sana-sini karena tidak kita perhatikan. Segalanya memang butuh sebuah cara dan tips tertentu untuk membuatnya lebih baik.
Saran saya kepada pemula—termasuk saya pribadi—agar benar-benar memperhatikan kepenulisan jika kita sudah meniatkan diri dalam menulis. Hobi menulis dalam hal apa saja, fiksi atau non-fiksi. Sebagai pemula juga harus membiasakan diri untuk membaca, terutama yang terkait dengan dunia menulis. Gagal dalam menulis tidak akan menuai kesia-siaan semata karena kesia-siaan itu akan perlahan-lahan mengantarkan kita pada kesuksesan menulis. Maksudnya apa? Maksud saya semakin kita rajin menulis, maka kita akan semakin mahir dalam mengolah kata. Susunan kata-kata lama-lama akan terbentuk dengan sendirinya. Keep fighting for writing..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H