Cantik itu sederhana. Di mana ketika citra kecantikannya terpancar bermanfaat untuk orang lain. Kisah yang diawali dengan rasa penasaran pada calon istri guru idola dari beberapa siswi. Kala itu di tahun 2010, tiba-tiba di sekolah ramai dengan undangan yang dipampang di kantor guru.
“Guru idola akan menikah,” begitulah kira-kira ucapan salah satu siswi yang kebetulan ada keperluan ke kantor guru. Sontak saja mereka, para fans ciut. Muncul deh bisik-bisik, secantik apa calon istri guru idola itu?
Tak kenal maka tak kagum. Maka di sinilah awal mula mengenal bu Fatimah Zahra Isnaini yang lebih akrab dipanggil Bu Fath. Karena pernikahan dilangsungkan di Kota Sukabumi (jaraknya sekitar 30 KM dari Kabupaten Sukabumi), maka hanya sebagian siswi yang menghadiri. Dari sebagian siswi yang hadir otomatis dihujani pertanyaan oleh yang tidak hadir dan masih penasaran. Komentarnya ada yang seenaknya, sejujurnya, dan sejuteknya juga ada. Ada yang mengatakan Bu Fath cantik, ada yang mengatakan kurang jelas, soalnya kan pengantin pake make up, ada juga yang bilang biasa aja tapi dengan nada kesal. Beragam, bukan? Apakah cantik hanya dilihat dari fisik?
Rasa penasaran para siswi yang tidak dapat hadir akhirnya terobati. Dua minggu setelah menikah bu Fath diajak ke sekolah. Kebanyakan mengira bahwa Bu Fath akan datang dengan high heels dan berjalan berlenggak-lenggok bak seorangmodel di catwalk. Ketika seorang siswi mengatakan Bu Fath datang, dengan antusias dari balik jendela beramai-ramai mengamati.
Seorang wanita turun dari sepeda motor yang dikendarai oleh guru idola. Sudah dipastikan bahwa itulah Bu Fath. Memakai baju yang sopan, berkulit kuning langsat, dan memiliki senyum manis yang khas. Kesan pertama itulah yang membuat isi kelas bergumam,
“Cantik. Sederhana.”
Bukan seperti yang dikira-kira. Tidak ada high heels di kedua kakinya. Wajahnya hanya dihias dengan beberapa tepukan bedak tipis, bukan bedak yang tebalnya mencapai 5 cm. Bibirnyapun hanya dipolesi lipgloss yang memberikan kesan natural, bukan bibir yang merekah dengan ketebalan warna lipstik. Ketika kecantikan dilihat dari segi lahiriah, orang akan berbeda menafsirkannya. Di balik jendela kala itu hanya melihat sekilas, namun cukup memberi kesan yang baik.
Namun ternyata tidak hanya cantik secara fisik, Bu Fath memiliki semangat keberanian yang tinggi dalam menjunjung kemajuan pendidikan. Waktu yang berputar sesuai tugasnya. Kini Bu Fath yang kukenal tidak hanya sekilas. Bukan lagi di jendela dengan bergantian mengintip. Aku kini jauh lebih mengenal bu Fath langsung, bukan dari bisisk-bisik orang dengki, dan juga bukan dari para siswi yang menghadiriacara pernikahannya.
Bu Fatimah Zahra Isnaini lahir di Purwokerto pada tanggal 04 Maret 1985. Aku jadi teringat masa sekolah, di antara gubrisan orang-orang sekitarku khususnya para tetangga yang mencibir ketika aku nekat melanjutkan sekolah SMK, karena katanya seorang wanita untuk apalah sekolah tinggi-tinggi kalau jurusannya tetap ke dapur ngurus suami dan anak. Sedangkan di tempat lain seorang wanita dengan gigih belajar dan terus belajar.
Di tahun 2006, Bu Fath menyelesaikan kuliah S1-nya di UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta dengan gelar Sarjana Sains (S.Si). Bu fath menjadi penyemangat tersendiri bagiku, walaupun seorang wanita tetaplah harus mengenyam pendidikan. Sekalipun seorang wanita menjadi ibu rumah tangga tetapi itulah benteng untuk keluarganya, anak dan suaminya.
Masih di tahun 2006, Bu Fath dengan berani mendirikan sekolah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini ) dengan nama “PAUD Fatimatuzzahra.” Keberanian bukan dengan asal berani, namun dengan kesiapan yang matanglah yang akan mengubah keberanian menjadi hal yang bermanfaat bagi sekitar. Merangkul masyarakat untuk melek pendidikan Anak.
Antusias masyarakat terhadap PAUD Fatimatuzzahra sangat tinggi. Pada tahun 2006 itulah usia Bu Fath 21 tahun dan Bu Fath menjabat sebagai kepala sekolah di PAUD Fatimatuzzahra. Di usia yang sama pula, Bu Fath menjadi ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (HIMPAUDI) Kec. Warudoyong, Kota Sukabumi.
Luar biasa. Sosok wanita muda yang terus berkarya dalam memperbaiki pendidikan Anak ini, kembali menggores citra kecantikannya melalui prestasinya menjadi Juara 2 lomba Karya Tulis Pengelola PAUD tahun 2013 yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Sukabumi. Dengan terus belajar dari pengalaman, pada tahun 2014 dan 2015 ini Bu Fath kembali meraih juara pertama dalam kegiatan Lomba Karya Tulis yang sama, kemudian ditunjuk untuk mewakili Kota Sukabumi di ajang Lomba Karya Ilmiah di tingkat Provinsi.
Sungguh keelokan akan terpancar bila terus diperbaiki kualitasnya. Saat ini usia Bu Fath 30 tahun. Selain masih menjabat sebagai kepala sekolah PAUD Fatimatuzzahra, Bu Fath juga aktif mengajar di SMK Islam Al Qudsiyah. Tidak hanya beraktivitasmengajar, Bu Fath juga memiliki usaha Coklat Batik, dan juga menjadi Reseller salah satu produk pakaian muslim ternama. Kini Bu Fath tengah menanti kahadiran buah hati kedua. Tidak ada kata lelah karena istirahat yang sesungguhnya kelak di akhirat.
Pancaran citra kecantikan akan terus berkilau bila terus diperbaiki dengan bermanfaat untuk sekitar. Tidak sekedar berlenggok-lenggok dan bersolek. Inner beauty yang sesungguhnya akan muncul manakala kemampuan diri yang ada terus diasah. Semoga tidak hanya ada satu bu Fath di sini, tapi jiwa seperti Bu Fath lain dengan kemampuan yang sama bahkan lebih, akan muncul agar Indonesia memiliki citra kecantikan yang hakiki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H