Beberapa bulan terakhir ini saya cukup asing dengan istilah UPFs, hal ini juga disinggung oleh Raditya Dika dan dr. Tirta dalam salah satu sesi obrolan youtube-nya membahas hal tersebut. Setelah saya kulik-kulik istilah Ultra-Processed Foods (UPFs) merupakan salah satu kelompok pangan pada sistem klasifikasi NOVA food yang melibatkan proses pengolahan adanya penggunaan bahan tambahan pangan dalam rangkameningkatkan kualitas sensori dan daya simpan (Ministry of Health of Brazil. 2015; Monteiro et al. 2019). Sebanyak 78,2 % orang mendefinisikan UPFs adalah pangan yang telah melalui banyak proses di industri (Sarmiento-santos et al. 2022). Contoh UPFs antara lain camilan kemasan, makanan instan, minuman bersoda, makanan cepat saji, dan sereal sarapan tertentu.
BBC World Service dalam satu diskusinya yang ditonton oleh 1,7 jt viewers, juga membahas mengenai UPFs. Pada diskusi tersebut dibahas tentang bagaimana UPFs menjadi perhatian serta bagaimana meminilisir konsumsi tersebut dalam rumah tangga. Pada sesi tersebut juga dibahas bagaimana rumah tangga terutama ibu bekerja mengandalkan UPFs sebagai solusi praktis untuk pangan anak anak di rumah tangga.
Pada salah satu thesis (Bestari, 2023) yang menjadi bahan acuan saya dalam penulisan artikel ini disebutkan bahwa peningkatan konsumsi UPFs sebesar 10 % memberikan pengaruh yang signifikan terhadap diabetes, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan kanker. Â Hal ini bisa dibayangkan hal tersebut menjadi bom waktu jika tidak dilakukan tindakan preventive dari pemerintah. Kampanye besar-besaran mengenai pangan dan kesehatan serta regulasi pada industri pangan yang bisa membantu peningkatan kesadaran tesebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya kaitkan ini juga dengan program makan sehat Pak Prabowo serta visi Indonesia Emas 2045. Baiklah kita bahas dahulu tentang program makan gratis, bagaimana program ini bukan hanya mengenyangkan namun juga bisa meningkatkan status kesehatan bagi anak-anak. Gizi seimbang. Apalgi dengan banyaknya varian pangan olahan yang tentunya menjadi pilihan mereka ketika lapar. Hal ini bisa menjadi salah satu upaya untuk mengurangi konsumsi UPFs, namun tentunya makanan yang diberikan juga harus merupakan yang fresh food yang diolah rumah tangga. Makanan rumahan istilahnya.
Indonesia Emas 2045, diawali dari Indonesia sehat di tahun tahun sebelumnya. Jangan sampai Indonesia Emas 2045 menjadi generasi pesakitan 2045. You're what you eat. Untuk sehat dimasa datang diawali dari sekarang. Meski masa depan kita tidak pernah ada yang tau, case Covid adalah salah satu bentuk perjalanan dunia yang kita tidak ketahui akan menjadi pandemi.
Bijak dalam memilih pangan, kembali pada pangan pangan segar. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan selaku orang yang berkecimpung di industri pangan. Pada penelitian Bestari (2023) mengenai UPFs, beliau menyimpulkan bahwa pembatasan porsi UPFs bisa menjadi salah satu upaya mencegah obesitas dan berbagai penyakit tidak menular. Terakhir dibawah ini bberapa upaya yang dapat dilakukan oleh kita sebagai konsumen untuk lebih aware terkait dengan UPFs, Â antara lain :
- Baca Label: Periksa daftar bahan yang panjang dengan nama-nama asing, karena ini sering kali menjadi tanda UPFs.
- Prioritaskan Makanan Utuh: Fokus pada makanan dalam bentuk alaminya, seperti buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein.
- Masak Sendiri: Memasak dari awal memberi kendali penuh atas bahan yang digunakan.
- Hati-hati dengan Makanan Praktis: Banyak makanan praktis termasuk dalam kategori ultra-proses; cobalah menyeimbangkannya dengan makanan dari bahan utuh.
Semoga artikel ini membantu untuk para pembaca sekalian. Salam sehat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI