Mohon tunggu...
Mohammad Ichlas El Qudsi
Mohammad Ichlas El Qudsi Mohon Tunggu... profesional -

Berpikir, berkarya untuk Negeri dan Bangsaku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Resensi: Sjahrir Peran Besar Bung Kecil

20 November 2010   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:27 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12902289071558706729

Sutan Syahrir adalah sebuah nama dengan jasa besar yang redup di tengah berkobarnya Api revolusi. Dalam usianya yang muda, ia secepat kilat melejit ke atmosfer perjuangan dan pergerakan dalam membebaskan Indonesia dari kolonialisme. Namun secepat kemunculannya, redupnya pun tak disangka sebegitu cepat. Meski di usianya yang terbilang muda.

Terbuang dari satu penjara ke penjera lain. Baik dimasa pergolakan dan revolusi kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Hingga terpuruk dalam pengasingan dan terpental dan pergi selama-lamanya dari bumi merdeka yang diperjuangkannya dengan peluh pepedihan yang terpendam.

Yang yang terlihat hingga saat ini, sejarah begitu kerdil memandangnya. Pikiran dan jasanya pun secuil saja ditonjolkan. Padahal, perannya diawal kemerdekaan, telah membuka mata dunia, bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945, telah terbentuk sebuah negara berdaulat yang bernama Indonesia.

Syahrir, adalah orang pertama yang mempublikasikan Indonesia ke dunia internasional. Hasil dari upaya mentransmisikan kedaulatan Indonesia ke dunia internasional itu, pelemik seputar penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia terselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama melalui penanganan Dewan Keamanan Perserikata Bangsa-Bangsa (PBB). Hal tersebut dilakoni Sjahrir pada 14 Agustus 1947 di Lake Success, New York Amerika Serikat. Di depan negara negara-negara anggota PBB, Sjahrir menyampaikan ihwal kemerdekaan Indonesia secara lantang, sembari mengingatkan pada negara luar ihwal keperkasaan Indonesia dalam epos kejayaan Majapahit.

Syahrir mengurai Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berabad-abad berperadaban aksara lantas dieksploitasi oleh kaum kolonial. Kemudian, secara piawai Syahrir mematahkan satu per satu argumen yang sudah disampaikan wakil Belanda, Van Kleffens. Dengan itu, Indonesia berhasil merebut kedudukan sebagai sebuah bangsa yang memperjuangan kedaulatannya di gelanggang internasional.

PBB pun turut campur, sehingga Belanda gagal mempertahankan upayanya untuk menjadikan pertikaian Indonesia-Belanda sebagai persoalan yang semata-mata urusan dalam negerinya. Van Kleffens dianggap gagal membawa kepentingan Belanda dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Berbagai kalangan Belanda menilai kegagalan itu sebagai kekalahan seorang diplomat ulung yang berpengalaman di gelanggang internasional dengan seorang diplomat muda dari negeri yang baru saja lahir. Van Kleffens pun ditarik dari posisi sebagai wakil Belanda di PBB menjadi duta besar Belanda di Turki

Sjahrir adalah sosok yang candikia. Ia berdarah Minang Padang Panjang) campur Medan dari Ibunya. Meski dengan fisik yang kecil, pikirannya tajam dan mendunia. Politik diplomasinya brilian. Dan mampu meluluhkan hati sesiapapun. Dalam merumuskan strategi-strategi perjuangan, ia terbilang cerdas dan penuh taktis. Hal tersebut ditunjukkan dalam perjanjian Linggar Jati yang dilaksanakan pada 15 November 1946.

Meski menuai tantangan dari sayap pemuda berhaluan sosialis komunis seperti Tan Malaka dan pengikut-pengikutnya, perjanjian Linggar Jati yang diselenggarakan pada itulah yang telah menghantarkan Indonesia melenggang ke pentas politik dunia. Belanda dianggap melanggar perjanjian Linggar Jati, dan ihwal polemik Indonesia dan Belanda diserahkan pada PBB. Dan disinilah, politik diplomasi berlangsung kencang, hingga Belanda terdesak menyerahkan kedaulatan kepada RI. Belakangan terkuak, bahwa Linggar jati adalah politik strategi Syahrir untuk menjebak Belanda.

Ideologi perjuangan Sjahrir semakin mengental sejak ia Studi di Belanda. Disana ia berkecimpung dengan aktivis mahasiswa berhaluan sosialis democrat. Dalam tulisan kenangannya, Salomon Tas berkisah perihal Syahrir yang mencari teman-teman radikal, berkelana kian jauh ke kiri, hingga ke kalangananarkisyang mengharamkan segala hal berbaukapitalismedengan bertahan hidup secara kolektif -saling berbagi satu sama lain kecuali sikat gigi. Demi lebih mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakannya, Syahrir pun bekerja pada SekretariatFederasi Buruh Transportasi Internasional.

Lain waktu ia pun pernah bergabung aktivis sosialis radikal. Tapi itu tak berlangsung lama. Namun geliatnya di dunia gerakan itulah yang menyebabkan kuliahnya tak selesai. Akihrinya ia memilih kembali ke Indonesia atas saran temannya Hatta. Sekembalinya di Indonesia, Sjahrir mengagendakan berbagai gerakan. Bahkan dengan kekehnya itu, ia tak hidup aman. Dipenjara dari satu bui ke bui yang lain. Dibuang dari satu tempat ke tempat pembuangan yang lain. Tapi semua itu tak membuatnya surut. Api perjuangan terus berkobar. Hingga suatu waktu, Sjahrir mengendus kekalahan Jepang oleh sekutu. Sjahrir pun mendesak Sukarno_Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan RI. Namun pasangan Dwi Tunggal ini belum mempercayai kemenangan Sekutu. Sjahrir berang. Sukarno di dibilangnya banci dan penjilat Belanda. Alhasil Sjahrir dan pengikut-pengikutnya terdesak memproklamirkan kemerdekaan RI pada tanggal 15 Agustus 1945 di Cirebon, Jawa Barat (Hal : 63).

Setelah kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, Sjahrir terlibat dalam memberikan fondasi bagunan republik baru. Meski tidak terlalu lama, Sjahrir pernah diberikan mandat sebagai Perdana Menteri. Dan jabatan yang diembannya itu menjadikannya sebagai perdana menteri pertama Indonesia di kabinet parlementer. Suatu terobosan kontroversialnya untuk mencitrakan Indonesia di mata dunia adalah, memberikan bantuan beras pada India yang terancam gagal panen. Dan langkahnya itu, memetik hasil diplomasi yang luar biasa. Nama Indonesia melambung. Sebuah negara baru yang peduli terhadap negara lain.

Diakhir pemilihan umum 30 September 1955, partai yang di pimpin Syahrir Partai Sosialis Indonesia (PSI) kalah telak. Tidak mendapat dukungan suara rakyat. Kekalahannya di pemilu 1955 ini, menjadi titik awal redupnya sang meteor. Disaat yang sama, hubungan Sjahrir dan Sukarno pun memburuk. Puncaknya diawal 1962. Ia dituduh terlibat dalam upaya pembrontakan dan kudeta. Akhirnya Sjahrir ditangkap pada 16 Januari 1962. Ia dipenjarakan di Madiun. Sejak itu kondisi Sjahrir memburuk. Sukarno akhirnya berobat ke Swiss. Ditempat inilah si Bungsu kecil menghembuskan nafas terakhir. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun