Judul : Terbebankah anda dengan perlindungan diri sendiri
Perlindungan dewasa ini makin kian marak diperbincangkan di ibukota dengan banyaknya pilihan yang diperlihatkan sendiri oleh berbagai pihak instansi sampai ke pihak perbankan. Mereka saling berlomba-lomba Berbicara tentang perlindungan pasti akan banyak sekali jenisnya. Sampai ke manfaatnya perlindungan yang satu ini pun yang sampai. saat ini masih dipandang sebelah mata bahkan sampai dianggap tidak merasa dibutuhkan sama sekali, bahkan ironisnya boleh dikatakan
sampai-sampai perlindungan yang satu ini disamakan dengan Tuhan. Alasan yang dilontarkan selama masih beragama, yang ditawarkan akan
mengatakan cukup hanya mengandalkan kepada Tuhan semata saja. Tentu saja, pernyataan ini bukanlah seperti ini bukanlah seperti yang seharusnya harus dilontarkan oleh yang seharusnya mempunyai perlindungan ini. Alangkah naif dan tidak sepadannya memendang sama
derajatnya antara perlindungan diri sendiri dengan Tuhan. Bayangkan, bagaimana sakit dan kecewanya Tuhan sendiri yang menawarkan perlindungan kepada kita semua. Ibaratnya perlindungan itu adalah keselamatan untuk diri kita sendiri.
Setelah berbicara sedikit terlebih dahulu tentang alasan penolakan yang biasanya dilontarkan oleh pihak penerima polis. Jika memang boleh ditantang untuk belum berpikiran untuk melindungi diri sendiri, dimana dirinya untuk saat ini masih mengandalkan Tuhan
semata. Sepertinya untuk saat ini sudah saatnya bagi kita untuk membuka mata hati kita lebar-lebar mengapa kita masih merasa terbebani atau dengan kata lainnya perlindungan ini masih belum merasa diperlukan. Justru yang sebaliknya dipikirkan yaitu, perlindungan ini bukan untuk diperuntukkan untuk merasa terbebani tetapi justru sebaliknya yaitu untuk mengambil langkah awal.
Pertanyaannya sekarang yang sekiranya boleh dilontarkan dari si pemberi jasa adalah apakah harus merasa terbebani dahulu dan mendengar dan melihat secara langsung dari kisah-kisah orang-orang yang terdekat di hati kita sehingga mata hati kita baru mulai sedikit terbuka dan mengerti perlunya perlindungan diri sendiri ini. Kalau alasan-alasan yang dilontarkan kepada para pihak instansi yang bekerja langsung di bidang yang mana orang-orang masih merasa terbebani,bagaimana dengan kelangsungan hidup sanak saudara-saudara kita sendiri? Apakah mereka tidak termasuk
dalam top list orang yang mau engkau lindungi? Jika hal-hal teknis yang berhubungan dengan orang yang kita sayangi masih kita pikirkan dua kali,
bagaimana kita bisa berbicara bahwa kita memang sayang dengan mereka tetapi merasa masih belum mempunyai dana untuk melakukan pembukaan polis,
ada baiknya kita tinjau kembali bagaimana pemakaian uang kita sehari-hari yang tak terduga ceritanya untuk orang-orang yang kita cintai dan pastinya
untuk diri kita sendiri.
Mindset ini yang seharusnya dirubah sedikit demi sedikit,dimana perlindungan ini sama sekali bukan untuk merasa ditakuti pada dasarnya.Semua orang intinya dari segi lapisan masyarakat manapun, tentunya tak akan pernah luput dari yang namanya beban finansial,yang tak akan luput juga berbicara
tentang llifestyle. Jika berusaha untuk dikaitkan "kebutuhan lifestyle" yang sepertinya apa yang ada di benak kita masing-masing dan yang sedang kita jalani saat ini. Jika ada orang yang memberi alasan klasik pengeluaran yang sedang kita jalani saat ini. Tentunya perasaan yang merasa terbebani itu
yang harus segera dibuka lebar-lebar agar beban finansial yang sedang terbebani itu dibuang jauh-jauh. Hal lain yang masih belum bisa dienyahkan dari pikiran sang pemberi jasa sekaligus penulis sendiri adalah sudah banyak jumlah finansial yang dikeluarkan oleh yang merasa terbebani khususnya sehubungan dengan asuransi kesehatan. tetapi sekali lagi jawaban yang dilontarkan yang seakan tanpa beban juga yang sudah dapat ditebak oleh pemberi jasa adalah:
"saya belum tertarik dengan yang namanya asuransi ataukah "Saya belum membutuhkan yang namanya asuransi" Seakan memang mereka benar-benar alergi dengan
yang namanya perlindungan diri sendiri ataukah yang lebih afdol disebut asuransi ini. Kalau sudah begitu, sang pemberi jasa tetap harus bersikap santai dan
menanggapinya dengan senyum simpul dari penolakan yang boleh dikatakan belum seberapa itu.
Sepertinya, sudah saatnya bagi yang merasa terbebani untuk lebih membuka mata hati dan pikirannya sendiri.Jangan sampai kisahnya nanti sama dengan
pepatah klasik yang sudah sering kita dengar"nasi sudah menjadi bubur" Beban finansial yang dipikulnya setelah memberikan bebannya sedikit demi sedikit ke perlindungan diri ini, nantinya akan merasa sedikit terlebih ringan. Bahkan, berapapun besar gaji yang anda punyai, jika boleh dikatakan anda sendiri tidak
mengizinkan beban finansial anda dipindahkan ke pihak yang lebih terpercaya jangan sampai anda akan merasa menyesal nantinya. Bahkan, sampai status anda sendiri sudah hampir sebatang kara karena salah satu dari orang yang anda cintai sekalipun hanya tersisa seorang saja anda masih bersikeras dan kekeh tidak mau mengambil keputusan terbaik untuk melindungi orang tua anda sendiri sejatinya. Kembali lagi, pertanyaan sebelumnya mau sampai berapa lama anda akan merasa terbebani? Atau pertanyaan sebaliknya mengapa justru anda merasa terbebani dengan perlindungan yang sejatinya sudah sepatutnya anda ambil. Entah itu asuransi kesehatan atau asuransi jiwa,pilihan ada di tangan anda sendiri. Camkam baik-baik sanak saudara dan keluarga tercinta meski ditinjau dari status anda profesional muda ,pasangan muda ataukah
yang sampai pensiunan masih menunggu anda bukan semata-mata isi di balik dompet anda tetapi jauh lebih dari itu. Apakah terpikirkan di benak kita, bagaimana nasib
mereka jika anda tinggalkan begitu saja? Apakah masih merasa terbebanikah anda?
Terlepas dari status dari kita masing-masing. Usia kita tua atau muda ,jenis kelamin sampai ke lahan pekerjaan yang kita jalani. Bagaimana cara pandang kita dalam mengatur keuangan kita. Kalau dari alam bawah sadar kita, yang ada di pikiran kita bahwa kita selamanya akan merasa terbebani dengan perlidungan diri sendiri ini. Yang mana kita menganggapnya kurang berguna untuk sementara waktu alangkah baiknya untuk dikurangi pemakaiannya. Apapun yang memjadi beban finansial yang pastinya diri sendiri yang paling memahami bagaimana kita mengatur keuangan untuk diri kita sendiri. Jangan sampai,alasan-alasan klasik dan yang tidak masuk akal disampaikan kepada pemberi jasa. Penolakan mentah-mentah akan tetapi yang ada orang tersebut malah tidak berhati-hati dalam mengelola keuangannya sendiri atapun terlihat secara kasat mata, orang tersebut malah menomorduakan kebutuhan sekunder atau yang lebih nahasnya kebutuhan tertier daripada kebutuhan premier. Kita tidak perlu membohongi diri kita sendiri
untuk kebutuhan yang justru sangat penting bagi diri kita sendiri. pertanyaan sederhananya lagi, masih merasa terbebankah anda dengan perlindungan diri sendiri? Jawabannya anda sendirilah yang dapat menentukannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H