Mohon tunggu...
Sarma Manurung
Sarma Manurung Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Terlahir sebagai perempuan merdeka dan memilih untuk tetap menjadi perempuan merdeka ..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dia Tinggal di Kota Makassar, Bukan Orang Makassar

6 Juli 2013   17:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:55 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Obrolan ini terjadi tadi siang. Ketika saya memilih menyepi di makam Sultan Hasanuddin, Kabupaten Gowa. Saya ngobrol ngalor-ngidul dengan petugas penjaga komplek pemakaman. Beliau bercerita tentang sosok Sultan Hasanuddin, sampai kepada raja-raja setelahnya... Obrolan berganti arah ke keadaan orang Makassar saat ini.. Bapak : situ taunya tentang Makassar apa saja ? sebelum sekarang kesini .. Saya : Hmmm... Losari, Hasanuddin, Laut... hmmm... Saya agak bingung mengungkapkan kalimat berikutnya. Perlu berpikir keras, supaya si bapak ini tidak menganggap saya berburuk sangka hehhe... Saya : hmm... saya sering lihat di berita-berita kriminal pak ... maaf ... Si bapak itu sambil tertawa... Bapak : itulah ... kadang otak kita yang maha luas justru lebih dipengaruhi sama barang ukuran belasan inchi itu. Padahal, setelah kita sampai sini, apa kita (kita dalam bahasa makassar artinya kamu) melihat apa yang di tipi-tipi itu? Saya : Belum pak ... Bapak : itu lah ... biarlah tipi bicara apa, biarkan otak kita bicara apa... jangan dibatasi. Saya agak sependapat dengan bapak ini :)... Obrolan kami masih berlanjut. Banyak hal kami obrolkan. Tapi, curhatan beliau berikut, begitu mengena di hati saya ... "kalo di tipi di bilang, kriminal di makassar. Lalu orang berpikir orang makassar pelaku kriminal. Disini, nama suku sama seperti nama kota. Bisa saja to, pelakunya tinggal di kota Makassar tapi dia bukan orang Makassar. Berbeda dengan di kota kita. Dibilang, kejahatan terjadi di Medan, tapi orang tidak langsung berpikir kalau pelakunya orang Batak to ?" Sewaktu si bapak menjelaskan itu, saya hanya menanggapi dengan tawa. Tapi, dalam pikiran saya ada banyak hal yang muncul, salah satunya adalah betapa saya setuju dengan si bapak ini. Saya meninggalkan areal pemakaman itu. Mencari cerita-cerita lain, supaya otak saya yang maha luas ini, tidak diisi dengan berita dari benda berukuran belasan inchi..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun