Mohon tunggu...
Panji Kartiko
Panji Kartiko Mohon Tunggu... -

Suporter Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Terus # Bergerak Tumbangkan Rezim Nurdin!

23 Maret 2011   08:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:31 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini terjadi fenomena bahwa masyarakat Indonesia mudah sekali terjangkit penyakit amnesia sosial, yakni perilaku politik yang mudah melupakan hal-hal buruk yang dilakukan pada masa lalu dan digantikan memori yang baru. Hal ini sering dimanfaatkan secara licik dan negative oleh para “bad” politikusdan para koruptor untuk merambah jabatan dankekuasaan sehingga mempermudah mereka tampil kembali dan Berjaya di ranah publik dengan memimpin suatu Organisasi atau lembaga.

Lihat saja aksi sepak terjang Nurdin Halid “sang ketua umum pssi” yang pernah merasakan “kamar nyaman” hotel prodeo sel narapidana.Pada 16 Juli 2004, Nurdin Halid ditahan sebagai tersangka dalam kasus penyelundupan gula impor illegal, nurdin juga terlibat kasus pelanggaran kepabeanan impor beras dari Vietnam dan divonis penjara dua tahun 6 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada 9 Agustus 2005 dan dibebaskan pada Tanggal 17 Agustus 2006. Pada September 2007 Nurdin Halid “sowan ke habitatnya“. Dia kembali mendekam di penjara LP Salemba Jakarta Pusat dengan kasus penyelewengan impor beras illegal 60 ribu ton ex Vietnam dan divonis 2 tahun penjara. pada 27 Nov 2008 Nurdin Halid dibebaskan.

Dengan sederet “prestasi” diatas, masyarakat sepakbola Indonesia sejenak terhapus memorinya bahwa tim yang mereka puja pada ajang AFF 2010 dipimpin mantan narapidana koruptor yang seharusnya tidak layak secara moral kembali beraksi pada organisasi masyarakat. Bisa jadi mereka seakan lupa dan tertutupi oleh pemberitaan media cetak, televise & media online dalam mendukung Timnas Sepakbola Indonesiakarena pada saat itu berita tentang timnas selalu memenuhi headline dan tayangan media.

Lihatlah ratusan ribu supporter Indonesia yang memenuhi seluruh area komplek GBK Senayan pada AFF Cup 2010 lalu,  mereka datang atas nama Nasionalisme, tanpa ada mobilisasi dari partai manapun, datang dengan kocek/ uang sendiri dan hal tersebut sangat kontras berbanding terbalik dengan peserta kampanye politik yang biasanya di “beli” dengan uang transport, kaos & nasi bungkus.

Mungkin atas dasar itulah Nurdin Halid merasa “pede” untuk mengucapkan bahwa prestasi timnas sepakbola Indonesia di ajang Piala AFF 2010 adalah merupakan karya partai golkar. Dan “blunder” atas aksi pongah nurdin tersebut malah membangunkan opini dan logika masyarakat sepakbola Indonesia bahwa hal tersebut harus ditolak dan dilawan. Masyarakat sepakbola Indonesia tidak mau kalau Sepakbola yang notabene milik rakyat akan dikuasai oleh Rezim Sepakbola Nurdin Halid dan antek-anteknya.

Aksi supporter yang tergabung dalam Aliansi Suporter Indonesia (ASI) dalam aksi seribu lilin di bundaran HI Jakarta seakan memulai gelombang tsunami ribuan supporter daerah dan Jakarta yang berkumpul di gerakan “people power” senayan Jakarta pada 21 Februari sd 26 Feb 2011. Tuntutan mereka nyaris sama yaitu tuntutan mundurnya Nurdin Halid dan antek-anteknya serta Revolusi PSSI.

Tapi sayang, gerakan moral supporter tersebut seakan tidak meruntuhkan semangat Partai Golkar untuk tetap mendukung Nurdin Halid, beberapa tokoh partai tersebut seakan saling bergantian berkomentar untuk mendukung Nurdin Halid agar tetap menduduki jabatan ketua umum PSSI.Hanya ada satu tokoh senior di partai Golkar yaitu Jusuf Kala yang meminta Nurdin Halid untuk bersedia mengundurkan diri dan mendukung Sutiyoso sebagai calon ketua PSSI. Entah hal tersebut hanya sekedar basa-basi atau untuk mencari porsi tawaran menengah untuk tidak mendukung pihak pro dan kontra nurdin.

Golkar mungkin tidak akan takut dengan risiko terkontaminasi potensi“bad reputation” Nurdin Halid. Golkar juga seakan tidak takut akan ancaman boikot dari jutaan masyarakat sepakbola Indonesia pada saat pemilu di 2014. Mereka sepertinya yakin bangsa Indonesia tetap sebagai bangsa yang amnesia dan mudah melupakan aksi buruk seseorang atau partai di masa lalu dan mudah diganti dengan kampanye instan “pro sepakbola” ( nonbar tayangan liga eropa, bantuan uang pada komunitas sepakbola tertentu dll) pada sebelum atau saat pemilu 2014.

Untuk mengantisipasi hal tersebut sebaiknya Suporter tetap saling berkomunikasi dan tetap semangat untuk melakukan aksi berkala dan kontinyu di berbagai daerah agar spirit anti Revolusi PSSI tetap terjaga hingga tumbangnya rezim nurdin dkk. Aksi supporter wajib harus dilakukan meskipun sifat hanya sekedar riak-riak kecil seperti diskusi, demo, pemasangan spanduk, konser music, pameran photo aksi Revolusi PSSI, laporan dan desakan ke KPK, kejaksaan agung, DPR.

Dan yang paling penting adalah komitmen dukungan liputan berita, artikel dan acara dari berbagai media cetak, televisi dan online (internet) hendaknya tetap terjaga kobaran semangatnya minimal tidak jauh porsinya seperti pada saat demo supporter di 21 sd 26 Februari 2011. Rekan-rekan awak media sebaiknya jangan apatis dan patah semangat dalam mendukung aksi Revolusi PSSI yang digiatkan oleh para supporter.

Langkah berkala dan kontinyu dari supporter dalam Revolusi PSSI dan dukungan media adalah salah satu cara efektif untuk mengatasi penyakit “insomnia” masyarakat Indonesia. Demam anti nurdin dan semangat Revolusi PSSI harus tetap terjaga sampai tujuan mulia tersebut tercapai.

Saatnya kita semua tetap menjaga semangat untuk TERUS BERGERAK Tumbangkan Rezim Nurdin dan teriakkan REVOLUSI PSSI !!.

Salam Revolusi PSSI,

Panji Kartiko

artikel ini dimuat juga di :

http://revolusipssi.com/2011/03/23/terus-bergerak-tumbangkan-rezim-nurdin/#more-223

http://suporter.info/terus-bergerak-tumbangkan-rezim-nurdin

koran / harian sepakbola OLE - 6 April 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun