"Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus..." (Gal.6;14).Â
 "Pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa" (1Kor.1:18).
 Salam sejahtera bagi semua rekanku ytk,
 Sungguh bersyukur ketika tahun ini STT Trinity melakukan perenungan  tujuh ucapan Salib di Trinity Chapel (STT Trinity). Ibadah yang  dilakukan setiap malam tersebut (20.00 sp 21.30 WIB), tidak hanya  diikuti oleh warga STT Trinity: mahasiswa, dosen, staf, karyawan,  tapi  juga  umat, termasuk seorang majelis dari Gereja tradisional, yang sudah  berusia lebih 70 tahun.  Sungguh terharu menyaksikan kesungguhan  majelis tersebut datang setiap malam, walau harus berjalan kaki dengan  lambat, karena kondisinya yang sudah lansia.  Bersyukur melihat sharing  dan respons jemaat yang hadir. Salah satu mengatakan, "Senang dan  bersyukur mengikuti perenungan tsb. Belum pernah menikmati perenungan  sedemikian mendalam".
 Kedua kutipan rasul Paulus tsb di atas  menunjukkan betapa pentingnya mengetahui, memahami  salib Yesus. Rasul  Paulus menuliskan bahwa hal itu  merupakan kebodohan bagi yang akan  binasa, tetapi sebaliknya,  kekuatan bagi seluruh orang percaya. Bahkan  rasul Paulus telah memutuskan untuk tidak akan pernah bermegah selain  dari pada dalam salib Yesus.  Jika demikian, betapa pentingnya Gereja  secara sungguh-sungguh  mengajarkan salib Yesus, baik secara kualitas,  juga kuantitas.
 Ketika menggali dan  merenungkan ketujuh  ucapan-ucapan Yesus di  kayu salib, sangat banyak hal yang diperoleh.  Dalam waktu dan tempat terbatas ini, akan disebutkan beberapa hal saja.
 Pertama, ketujuh sabda Yesus di kayu salib menyatakan dan  mendemostrasikan bahwa  Yesus sungguh-sungguh adalah Allah. Mari kita  perhatikan sabda Yesus berikut: "'Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab  mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" . (Lukas 23:34).  Jadi  sangatlah keliru kelompok tertentu yang mengajarkan bahwa Yesus tidak  mati di kayu salib.  Menurut kelompok tsb,  Allah begitu mengasihi  Yesus, karena itu, ketika orang-orang Yahudi menangkap Yesus, mereka  bukan menangkap Yesus, tapi Yudas. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena  Allah telah mengubah wajah Yudas menjadi seperti Yesus, sedangkan Yesus  diangkat Allah ke surga.  Namun  merenungkan ucapan pertama  tersebut,  mungkinkah Yudas  berdoa syafaat dan memohon pengampunan bagi  orang-orang  yang telah  mencambuk, menyiksa dan menganiaya  dirinya  habis-habisan?Â
 Terlebih lagi, mari kita renungkan ucapan kedua  ini: 'Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada  bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."  (Lukas 23:43).  Siapakah  orang atau nabi yang sanggup dan berotoritas memberikan kepastian  keselamatan seperti  itu?  Terlebih lagi, ketika  mengamati bahwa sabda  itu disampaikan kepada penjahat, hal itu adalah kemustahilan, kecuali  yang bersabda itu adalah Allah sendiri.  Syukur, sebagaimana dituliskan  dalam Injil Yohanes begitu jelas, Yesus adalah sungguh-sungguh Allah  Yoh.1:1).
 Kedua, ketujuh sabda Yesus di kayu salib  sungguh-sungguh menunjukkan bahwa Dia sungguh sangat mengasihi umat. Itu  sebabnya, Dia rela mengalami penderitaan yang sedemikian menyakitkan,  yang sulit dibayangkan.  Yesus sedemikian menderita secara mental. Sejak  di taman Getsemane,  Injil Lukas menuliskan bahwa dalam perjuangan  Yesus, Dia mengeluarkan keringat darah (Luk.22:44). Selain itu, juga  dicatat adanya malaikat yang menguatkan Yesus (ayat 23). Setelah  peristiwa di taman itu,  ke-empat Injil memberitakan bagaimana Yesus  menderita jasmani, disiksa dan dianiaya (Yoh.19:1-5). Bahkan ketika di  kayu Salib, terlihat penderitaan Yesus secara rohani, di mana Dia  mengalami murka Allah akibat dosa manusia. Itulah sebabnya, Dia berseru,  "AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku" (Mat.27:46).
 Meskipun Yesus sudah sedemikian menderita, namun kasihNya begitu ajaib.  Dia berdoa, memohon pengampunan bagi setiap orang, sebagaimana  tercermin dari ucapan pertama. Dia juga memberikan dan memastikan  keselamatan bagi penjahat yang ikut disalibkan bersamaNya (ucapan  kedua). Secara khusus, Dia menunjukkan kasihNya kepada ibuNya, yang  bahkan ketika Dia dalam kondisi begitu menderita pun, masih memikirkan  ibuNya dan menyerahkannya kepada Yohanes, murid terdekatNya (ucapan  ketiga, Yoh.19:26).
 Refleksi
Kiranya melalui perenungan kita  terhadap ucapan-ucapan Tuhan Yesus sedemikian agung dan mulia,  kerohanian kita semua dikuatkan dan disegarkan.Â
 Betapa tidak,  bagaimanapun kondisi kerohanian kita, Tuhan Yesus selalu siap mengampuni  kita. Asalkan kita mau datang dengan sungguh-sungguh kepadaNya,Â