Mohon tunggu...
FAUZIYAH ZIYAH
FAUZIYAH ZIYAH Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Menulislah, agar ilmu yang kamu dapatkan dapat terikat erat dan kuat, tidak musnah oleh perputaran zaman.. semoga tulisan2 ini dapat bermanfaat bagi semua...dan dikoment ya..terima kasih banyak.. http ://manfaatbwtqita.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kalau Saja…

15 Februari 2012   01:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah jenjang dan proses bagi seorang manusia ,menuju suatu martabat social diberbagaibelahan dunia. Sejak kecil bahkan sejak sang calon manusia ada dirahim seorang ibu telah dimulai proses pendidikan, semuanya hanya bertujuan agar manusia tersebut menjadi manusia yang bermartabat. Betapa banyaknya proses pendidikan seorang manusia menuju suatu martabat, sehingga mereka bekerja keras untuk mendapatkannya. Tentunya dengan berbagai macam cara dan sikap, baik dengan cara dan sikap terpuji maupun tidak terpuji.

Bagi seorang manusia yang melalui proses tersebut dengan cara terpuji, maka sungguh dia akan menjadi manusia yang bermartabat tinggi dimata sesama manusia, bahkan dimata sang Penciptanya. Namun, seorang manusia yang telah melalui cara terpuji sangatlah sedikit, bahkan dapat dihitung dengan jari manusia yang sepuluh. Karena cara terpuji tersebut sangatlah rumit, mengeluarkan dana yang tidak sedikit dan tentunya waktu yang dianggap beberapa orang merupakan pemborosan waktu. Time is money kata mereka.

Jika kita ilustrasikan, mereka yang bermartabat tinggi dimata manusia dan Tuhan adalah mereka yang berjuang menuntut ilmu dibarengi dengan niat suci, ikhlas demi mendapatkan ridha Tuhannya. Mereka belajar dari pagi hingga malam, dan mungkin ada yang memanfaatkan malam untuk belajar demi mendapatkan ilmu. Ilmu yang diperolehnya dari pengajar, buku-buku dipustaka, buku pribadi, majalah, Koran, internet, dan lain-lain. Semangatnya untuk menuntut ilmu selalu membara disanubari walaupun berbagai halang rintang menerpa. Sehingga ketika ujian datang, mereka telah siap dengan perbekalan yang banyak, tanpa perlu membuat prilaku-prilaku yang mencurigakan pengawas. Namun tentunya mereka yang seperti ini sangatlah sedikit didunia ini.

Bagi mereka yang melalui proses pendidikan dengan cara tidak terpuji tentulah mereka menginginkan martabat secara instan dan cepat, tanpa ingin mengorbankan materi dan energy, walaupun ada juga yang rela merogoh materi dengan nilai tinggi demi mendapatkan martabat dimata manusia. Mereka terlupa dan melupakan Sang Pencipta yang telah memberinya kehidupan didunia ini, mereka tidak ingat Sang Maha Segala yang telah memberinya nikmat tak ternilai sehingga mereka dapat mencicipi martabat fana tersebut. Ketika ujian untuk menguji keseriusannya mencari ilmu diuji, mereka yang melalui cara tidak terpuji akan melakukan prilaku-prilaku yang mencurigai pengawas ujian, ada sebahagian mereka yang melihat catatan dilaci meja atau ditas yang sengaja dibuka resletingnya, melihat catatan dihape, membuka internet dihape, mencontek jawaban teman sebelah atau sahabat terdekat, yang semuanya bermuara kepada mencari jawaban soal-soal ujian secara instan. Mereka terlupa akan niat awal menuntut ilmu, melupakan malaikat pengawas tangan kanan dan kiri, sengaja melupakan Sang Pencipta.

Kejujuran telah menjadi barang langka dan mahal diera yang serba canggih ini. Bahkan lebih mahal dari emas permata ataugunung seisinya. Betapa sulit menemukan mereka yang jujur ketika hari yang telah ditentukan oleh pihak sekolah tiba, hari ketika sipenuntut ilmu diminta pertanggungjawaban atas ilmu yang telah diperolehnya selama enam bulan tersebut. Mereka tidak ingin repot untuk mendapatkan martabat tersebut, mereka merasa bahwa ada yang lebih penting daripada menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendapatkan martabat tersebut. Karena toh masih ada cara lain yang lebih mudah, tidak merepotkan dan instan. Kenpa tidak dimanfaatkan saja ?.

Budaya ketidakjujuran bukan saja terjadi pada siswa SD, SMP, SMA, S1 saja, namun banyak didapatkan mereka yang telah bermartabat dimasyarakat dan bergelar guru besar terlibat dalam ketidakjujuran tersebut. Sehingga dapat kita lihat bersama generasi yang berakhlak mazmumah adalah buah dari pengajar yang menjalani proses pendidikan tidak terpuji. Kalau saja mereka yang ingin mendapatkan martabat dari segi pendidikan menjalankannya dengan kejujuran, hanya mengharap ridha-Nya, ikhlas, berakhlak baik terhadap guru, tentulah generasi yang akan datang menjadi generasi yang bermartabat tinggi, berakhlak terpuji, dan akhirnya dapat membangun dunia yang tentram, aman dan bersih. Semoga kejujuran adalah hiasan kita selalu.

Amin ya Rabbal ‘alamin…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun