Mohon tunggu...
bayubayu Uyabb
bayubayu Uyabb Mohon Tunggu... -

Khoirun Naas 'Anfa'Uhum Lin Naas...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seorang Anak pun Membutuhkan ‘Pekerjaan’

2 Juni 2014   19:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:48 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dalam penciptaanya. Dibandingkan dari pada makhluk-makhluk Tuhan yang lain, oleh karena itu menurut beberapa teori yang tertera menyebutkan bahwa manusia itu merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupanya seorang manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya tanpa bantuan dari orang lain.

Namun, pada zaman sekarang ini dan pada hari ini pula tidak sedikit dari kebanyakan manusia yang sudah mencoba untuk dalam tanda kutip hidup dengan sendiri-sendiri tanpa bantuan orang lain. Interaksi dengan dunia luar sudah mulai surut, sosialisasi terhadap masyarakat perlahan mulai hilang. Dalam tanda kutip kehidupan manusia lebih menuju kepada pola moderenisasi.

Dampaknya pun terhadap anak-anak sangatlah berpengaruh besar bagi kehidupanya. Seorang anak pada hakikatnya sama seperti orang-orang pada biasanya, hanya saja cara penyampaian dan tingkah lakunya saja yang sedikit cenderung berbeda akan tetapi bertujuan yang sama. Contohnya saja dalam dunia anak pasti kita sering mendengarkan anak ini tidak mau padahal setelah diberikan secara terus menerus maka akan mau dengan sendirinya. Sama halnya dengan orang dewasa yang mana lebih kepada kata-kata belum mau sehingga dia apabila sudah menginginkan suatu hal maka dia akan bergerak atau mengambil dengan cara mereka sendiri. Satu tujuan dengan salah satu contoh yang berbeda itu memang suatu hal yang wajar. Seorang anak lebih mengutamakan nafsu egoisentrisnya terhadap keinginan dari pada kebutuhan. Berbeda lagi dengan seorang yang dewasa kebanyakan lebih mendahulukan kebutuhan dari pada keinginan akan tetapi juga tidak sedikit dari mereka yang mementingkan keinginan bagaikan anak kecil yang sedang mengidam dari pada mendahulukan kebutuhan yang seharusnya untuk dipenuhinya.

Kebanyakan seorang anak memenuhi nafsu egosentrisnya dengan cara yang telah mereka saksikan dari beberapa pengalaman kehidupan anak-anak yang sudah dilihatnya atau diperhatikan. Andalan yang sering mereka keluarkan adalah air mata yang keluar dari bola mata yang lucu tersebut, sehingga untuk menutupi sifat egosentris seorang anak itu orangtua harus berani dan kuat untuk memberikan anaknya kegiatan atau sebuah pekerjaan agar ‘terselimurkan’ keinginanya oleh kegiatan tersebut.

Memang akibat dari kegiatan fullday tersebut mengundang banyak resiko dan bahaya dunia luar, akan tetapi disini peran seorang orang tua terlebihnya ibu. Hadirnya seorang ibu dalam kegiatan anak sangatlah membantu untuk memotivasi dan mendampingi agar kegiatan anak tersebut menjadi semakin lancar dan mudah tidak lupa bermanfaat bagi kehidupan si anak. Dikatakan seperti itu mengapa, karena ibu itu adalah merupakan tempat pendidikan seorang anak yang paling utama. Pekerjaan seorang ibu pada hakikatnya adalah mengasuh dan mendampingi kehidupan anaknya setiap hari agar dalam masa kecilnya seorang anak tersebut tumbuh sebagai kebribadian yang baik dan sempurna.

Selain memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak sebagai buah hati kesayangan, perlu adanya kegiatan atau pekerjaan yang membuat ‘sedikit’ sibuk dunia kehidupan si anak. Dengan tujuan ke depan dalam kehidupannya yang selanjutnya sang anak tersebut sudah terbiasa dengan hal-hal yang bersifat padat akan kegiatan supaya saat dewasa kelak akan merasa risih atau gatal tangannya apabila tidak mengerjakan apa-apa atau bisa disebut dengan pengangguran. Dalam penuhnya kegiatan anak, pendampingan orangtua sangat penting untuk menjalani warna warni kehidupan dunia anak itu.

Minimal dengan dibiasakanya kegiatan membaca, maka seorang anak itu akan terbiasa dengan pekerjaan membaca hingga kapanpun. Apabila dia tidak membaca maka ada yang kurang dalam kegiatanya hari ini dan seterusnya, penanaman kegiatan atau pekerjaan yang dini kepada anak usia dini memang beresiko apapun hanya saja tinggal orangtuanya saja berani atau kah tidak untuk memberikan resiko kegiatan tersebut kepada buah hatinya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun