[caption id="attachment_268341" align="alignleft" width="230" caption="http://chengxplore.blogspot.com/2010/09/sang-pencerah-yang-membutakan.html"][/caption]
Om saya di kampung menelfon saya sore tadi (setelah beberapa kali telfonnya tidak kujawab karena saya sedang kuliah), saya kira dia menelfon karena ada berita atau masalah penting di kampung sana, ternyata masalahnya adalah Film Sang Pencerah, semua pasti sudah tahu.
Semua pasti sudah tahu arah dari cerita ini, bahwa saya mendapatkan telfon yang serius dari keeluarga di kampung, saya disuruh untuk mencari Kaset Pisidi (Video CD) Sang Pencerah dan dikirimkan ke Galesong – Sulsel), mereka ingin sekali menonton, dan bisa ditebak kalau keluarga saya ini tidak tahu bagaimana cara masuk ke bioskop, mungkin karena pintu bioskop berbeda total dengan pintu toilet umum yang merakyat.
Ini pertama kali keluarga saya meminta CD Film kepada saya, dan saat saya menutup telfon dari Om itu, satu hal yang terfikirkan bahwa minat keluarga saya mulai maju, karena mulai memesan film yang nuansanya tidak kampungan (ini masih perkiraan sederhana tentang Sang Pencerah, saya sendiri belum nonton), padahal tontonan keluarga saya di kampung adalah India, India dan India, dan film mandarin yang dibintangi artis ternama.
Sang Pencerah yang (entahlah) menokohkan KH Ahmad Dahlan dan perjuangannya mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah, betul-betul membutakan para kader atau simpatisan Muhammadiyah, apa alas an saya? Pertama, Masyarakat Muhammadiyah secara umum tidak memiliki pengetahuan yang mendetail terhadap sosok KH Ahmad Dahlan, mereka yang mengenal KH Ahmad Dahlan adalah mereka yang berkecimpung di struktur Pimpinan Muhammadiyah. Persoalan pertama ini akan menjadikan pemahaman atau idenntifikasi masyarakat terhadap KH Ahhmad Dahlan akan timpang, referensi mereka hanya pada Film ini.
Kedua, Media yang digunakan untuk memperkenalkan sosok pendiri Muhammadiyahh ini adalah Film yang merupakan media Audio Visual, teknik penyampaiannya dengan Gambar bergerak dan suara (semuanya tentu sudah tahu). Boleh dibayangkan bagaimana efek yang ditimbulkan media audio visual ini di benak para penontonnya, visualisasi semakin mudah di benak penonton dan muatan yang disuntikkan oleh media ini sangat dalam karena media audio visual melukiskan kesan dengan gambar dan suara.
Ketiga, Keluarnya film ini mendapatkan berkah dari PP Muhammadiyah, artinya semua muatan dan efek yang ditimbulkan film ini telah mendapatkan “amin” dari para empu Muhammadiyah, saran saya adalah perlu adanya pertimbangan yang serius untuk para pengurus Muhammadiyah, mereka harus membedah film ini habis-habisan sebelum sampai pada masyarakat atau grass root dengan pemikiran yang berbeda dengan cara atau pola fikir masyarakat kota.
Keempat, berhubungan dengan persoalan ketiga, bisa dibayangkan jika masyarakat desa yang menonton film ini (saya belum nonton jadi argumentasi saya ini masih bisa berubah), akan menokohkan KH Ahmad Dahlan dengan kadar yang lebih tinggi, sehingga pandangan terhadap KH Ahmad Dahlan sama dengan pandangan kepada orang suci (mungkin seperti nabi), kita tahu bahwa salah satu alas an Muhammadiyah tidak ikut mengamalkan Barzanji adalah karena Nabi Muhammad (yang diagungkan dalam kalimat Barazanji) adalah orang biasa, sama seperti kita semua.
Kelima, Semua ummat Muhammadiyah pasti tidak lupa salah satu pesan KH Ahmad Dahlan yang berbunyi, Hidup Hidupilah Muhammadiyah, jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah. Yahh mungkin bagian ini bisa dimengertilah bagaimana korelasi antara pesan ini dengan ingar-bingarnya pimpinan-pimpinan muhammadiyah memajang poster besar Sang Pencerah (di depan kampus saya, Balihonya Buuuueeesaaaaarrrrrr sekali). Semoga Muhammadiyah mendapatkan untung dan tidak kecolongan dari kenyataan ini.
Demikianlah hal-hal yang sekiranya kurang diperhatikan oleh banyak penikmat sang pencerah, dan inilah yang saya maksud dengan sang pencerah yang membutakan, bahasa kerennya (mungkin) kurang lebih seperti ini;
“Terma atau judul film Sang Pencerah sangat meyakinkan kita bahwa film ini bebas dari hal-hal kotor, suci dan anti-kritik. Sang Pencerah (boleh dirasakan kesan judul nya di mind kita) mengandung sebuah kekuatan hegemonik yang membuat kita harus menontonnya, apalagi kedekatan ideology menambah kekuatan magnetis dari film ini. Sang Pencerah membutakan kita, bagaimana menurutmu?”
Mungkin ada yang bertanya, kenapa saya belum menonton filmnya sampai sekarang, saya hanya bisa bilang mohon maaf sayya tidak suka bioskop walaupun kecintaan pada film mengalahkan segalanya. Dan saya mohon saran karena saya bukan penganut Muhammadiyah yang ngerti Muhammadiyah secara terperinci. Semoga semua ini bermanfaat.
Oh iya, kelanjutan dari cerita saya dengan Om saya di kampung, saya ngutang janji mengirimkan film itu ke Galesong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H