Mohon tunggu...
Mahmudi Udi
Mahmudi Udi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahmudi, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Uin Maulana Malik Ibrahim Malang. Kegiatan sebagai penulis lepas. Pekerja sosial, dan kemanusian.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjalanan Hidup1

31 Oktober 2013   22:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:45 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku masuk sekolah SD bukan atas kemauan Ibu, melainkan atas kemauan sendiri. Saat itu aku berusia 4 th, usia yang asik-asiknya bermain. Aku bersekolah ikut teman-teman sepermainan. Dan Ibu titidak bisa melarang, akhirnya Ibu pun membiarkan aku ikut ke sekolah bersama teman-teman juga saudara sepupu yang sudah lebih dulu masuk.

Masih dari penuturan ibu, aku tidak pernah tidak naik kelas. Aku tidak ingat ada berapa orang teman saat akan masuk sekolah di SD. Aku suka berbaur dengan teman-teman meskipun merka bukan satu kelas.

Seingatkan saat sekolah aku tidak didaftarkan sebagaimana pendafaran penerimaan siswa baru saat ini. Aku hanya ikut teman. Dan orang tua pun tidak mendaftarkan aku, aku sekolah lantaran kemauan aku sendiri. Selama aku sekolah ibu atau pun ayah tidak pernah kesekolah. Dugaan ibu ayah tidak pernah datang kesekolah, aku ketahu setelah beberapa tahun kemudian ketika aku mau meneruskan kuliah, penulisan tahun dan tanggal kelahiran salah.

Sebelumnya akumemang tidak begitu peduli dengan administrasi seperti ijazah apa lagi melihat tanggal kelahiran. Aku tahu salah setelah datang kecacatan sipil, pencatat sipil disana Tanya adik sering ngak naik kelas ya. Tentu saja saya terkeju. Karena seingatku aku belum pernah atau tidak pernah tidak naik kelas. Dulu saat pendataan di sekolah ada seorang guru, aku ingat sekali dia Almarhum Bapak Achmad, saat dia membawa buku catatan masuk ke kelas lalu menanyakan kelahiran.

Aku yang masih kecil dan tidak tau apa-apa tidak menjawab, malah teman-teman yang menjawab. Iya pada saat itulah guru menanyakan kelahiranku, setelah itu aku belum dan tidak pernah ditanya lagi. Bahkan saat pemberian ijazah pun tidak ditanya soal tanggal kelahiran.

Sekolah bagiku saat itu bukan untuk mencari ilmu atau merubah nasup seperti banyak diceritakan atau orang harapkan. Bagiku sekolah untuk bermain, berkumpul dengan teman-teman. Dan saling belajar, tak penting apa dan bagaimana tujuan dari sekolah itu.

Sehat itu kabur dari Sekolah

Pada satu hari ada petugas kesehatan dari puskesmas kecamatan mendatangi sekolah, konon pada hari itu aka nada pemeriksaan kesehatan siswa dari kelas I-VI. Mendengar akan ada pemeriksaan kesehatan sontak semua teman-teman dari kelas I-VI panik, maklum anak kampung, tidak dan jarang periksa kesehatan. Tau akan ada pemeriksaan semua ketakutan.

Melihat reaksi teman-teman yang ketakutan, kemudian guru mengumpulkan semua siswa dalam satu kelas. Kemudian guru menenangkanpara siswa. “Tidak usah takut, kalian akan disuntik supaya sehat dan pintar” ungkap guru pada semua teman-teman. Seorang teman teman yangnakal menolak untuk disunti. “pak saya sudah sehat, saya tidak perlu disuntik, kalau saya disuntik nanti terlalu sehat, kalau ngak percaya liat lengan saya” kakak kelas memperlihat lengannya sambil mengepal.

Suasana kelas yang tegang sedikit cair, “sudah jangan membantah. Tunggu jangan kemana-mana”. Guru pun meninggalkan kelas. Mungkin guru sudah menangkap firasat kurang baik. Sebelum meninggalkan kelas guru mengunci pintu dari luar. Setelah guru keluar dan pintu terkunci, teman-teman kembali gaduh. Kegaduhan semakin bertambah saat kakak kelas menakut-nakuti.

Muncullah rencana tidak baik dari beberapa teman. Sebagian teman-teman berencana kabur dari sekolah. Sedang teman-teman perempuan hanya nangis karena tekut kalau-kalu disuntik. “gimana bisa kabur, semua pintu sudah terkunci” ungkap pada kakak kelas. Eh anak kecil, kamu tau apa. Bentak kakak kelas pada.

Kemudian kakak kelas yang membentakku menyusun bangku dan membuaka tirai jendela yang terbuat dari kawat. Kebetulan di belakang sekolah ada kebun yang ketinggiannya luman, jadi setelah keluar dari jendela bisa langsung melompat ke pinggir kebun samping sekolah. Aku pun ikut kaburr dengan teman-teman, karena aku ketakutan saat melompat dari jendela terpeleset dan jatuh, untung tidak apa-apa.

Beberapa teman perempuan juga ikut kabur menginggalkan sekolah, di sekolah hanya tinggal beberarapa orang, mereka yang takut melompat atau memang tidak takut terhadap pemeriksaan itu. Aku dan beberapa teman kabur dari sekolah, menuju sebuah perkebunan mangga. Sedangkan lahan banyak ditumbuhi ilalang. Kami mengendap-endap takut kelihat orang atau guru yang mungkin sedang mencari aku dan teman-teman yang kabur.

Setelah dotekter dari puskes kecamatan pulang, sebagian teman balik lagi ke sekolah sebagian langsung pulang karena takut dihukum oleh guru. Benar saja, setelah sampai di sekolah aku dan beberapa yang lain dipanggil ke ruang guru. Di runag guru kami dimarahi dan kena hukuman, semua serempak bilang, kami sehat, kami tidak perlu diperiksa maka kami lari, biar dokter tahu kalau kami sangat sehat.

BERSAM BUNG...........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun