Mohon tunggu...
Mahmudi Udi
Mahmudi Udi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahmudi, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Uin Maulana Malik Ibrahim Malang. Kegiatan sebagai penulis lepas. Pekerja sosial, dan kemanusian.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perjalanan Hidup 2

1 November 2013   06:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:45 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bermain Koje

Sekolah SDN I Gapura Barat, di Desa Gapuara BaratIII, memiliki luasa + 13 x 30 m.Sekitar 2,5 m, dari teras sekolah ada tanaman hias, seperti bunga. Tanaman-tanaman hias dan bunga itu disiram setiap pagi, sehabis disiram bunga-bunga terlihat segar dan indah. Halaman sekolah yang luas tidak disiasiakan oleh teman-teman, setiap selesai pelajaran atau saat jam istirahat teman-teman biasa bermain Koje dan sebagaian yang lain bermain kelereng.

Semua permaian yang dilakukan di sekolah hamper semua bersentuhan dengan tanah atau bisa dikatakan kotor, namun guru-guru di sekolah tidak ada yang menegur atau pun melarang. Mereka bahkan kadang menyempatkan memperhatikan teman-teman yang lagi asyik bermian kelereng atau koje. Kadang guru juga ikut memperhatikan dengan seksama, dan menegur teman yang bermain curang. Soal bermain curang itu memang tidak dimana-mana, mungkin tuhan diciptakan beragam guna saling melengkapi satu sama lain.

Aku kagum pada guru sebut saya Pak Acmad, dia kerap memperhatikan permainan teman-teman di sekolah dan bahkan langsung menegur siswa yang bermain curang, lebih menariknya lagi teguran itu tidak membuat siswa tersinggung atau merasa dihakimi, aku piker guru semacam ini adalah guru the best, guru yang menikmati permainan kadang memberikan hadiah pada teman-teman. Hadiah itu berupa permen atau jajanan ringan lainnya. Hadiah tidak hanya diberikan pada teman yang dianggap memiliki permainan yang baik tapi semua, namun dengan porsi yang berbeda.

Untuk permainan kelereng biasa dilakukan di sebelah samping selatan sekolah, atau tepat di depan halan guru. Sedang untuk permaian koje, yang membutuhkan lapangan yang luas dilakukan tepat di depan sekolah. Setiap akan main koje biasanya anak-laki membuka baju seragam mereka, dan hanya makai baju dalam atau olah raga, begitu juga dengan teman-teman perempuan.

Permainan Koje berbeda dengan bermain kelerang, permainan ini membutuhkan tenaga yang kuat dan kekuatan fisik sertana nafas yang kuat juga kecekatan. Pangkal kekuatan dari permaian ini adalah pada kaki sedang yang diperlukan saat permainan berlangsung ialah nafas serta kecekatan. Kenapa kaki menjadi tumpuan, sebab saat permianan berlangsung tim atau kelompok dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama sebagai penjaga garis gawang, dan bagian kedua adalah sebagai penyerang. Sedangkan untuk regu lawan, mereka malakukan serangan dari dua arah sekaligus, pemain dinyatakan menang atau lolos apa bila berhasil menghindari sentuha lawan, dan tidak keluar dari garis batas

Ada pun anggota dari permainan Koje ini bisa berjumlah sampai 12, dengan dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari enam orang. Pembagian tim biasanya diurutkan sesuai cara dengan kesepakat,bisa dengan melempar koin atau dengan cara humpimpa. Saya amat terkesan dengan permainan-permainan di kampung dulu, jaman dulu memang tak seperti sekarang, kalau anak sekarang permainannya langsung dengan tegnologi seperti Game dll.

Kupikir permainan-permaina kampung hanya akan menjadi legenda saja, karena tidak ada yang merawat atau melestarkannya, apa lagi tipe anak sekarang yang semua ingin praktis.

Lek-gile’en, (Mainan gila-gilan)

Selaian main kelerang dan koje ada permainan Lek-gile’en, permainan ini dilakukan agak dramatis dan hanya dilakukan oleh anak laki-laki. Perdaan permaian Koje dan Lek-gile’en ini iala pada proses, cara juga hanya dimainkan oleh anak laki-laki. Jika pada permaian Koje dilakukan melalui humpimpa, permainan Lek-gile’en dilakukan dengan kesedian pelaku. Dan yang main biasanya anak-anak yang bandel. Aku sendiri belum pernah main, tapi hanya mengikuti ketika kakak kelas melakukan permainan itu.

Proses permainan ini lakukan dengan cara menghilangkan kesadaran seseorang, atau dengan istilah praktisnya diambil detak nadinya (ekalak antona). Seorang yang main ini, diminta duduk kemudian leherngan dipegang dan ditekan pada bagian-bagian titik tertentu. Setelah menunggu beberapa saat, sipelaku ini bisa jatuh tertidur dan bilang bangun atau sadar dia mengejar para teman-tema perempuan.

Ternyata permainan Le’gile’en ini adalah sebuah permainan tipuan saja. Proses yang dijalaninya pun itu hanya bohongan saja. Aku baru tahu kalau permainan le’gile’en

itu tipuan adalah ketika aku sudah kelas IV, para pemain le’gile’en itu sudah lulus dan saling terbuka. Mereka para pemaian yang pura-pura pingsan dan kemudian sadar, setelah sadar mengejar perempuan karena mereka menaksir atau ingin ngerjai para teman-teman perempuan.

Bila aku ingat permainan le’gile’en, saat itu aku mengira bahwa mereka benar-benar gila, sehingga saat mereka melakukan peran sebagai orang gila benar-benar kehilangan kesadaran. Dan teman-teman ketakutan sedemikian rupa. Saat pemeran le’gile’en ngamuk semua teman-teman histeri dan ketakutan, dan gayanya memang seperti orang yang sedang teller atau kehilangan kesadaran, ternyata apa yang dilakukan oleh si pemeran itu hanya acting atau berpura-pura saja.

Tapi memang ada keanehan saat mereka kehilangan kesadaran hanya teman-teman yang cantik yang dikejar teman-teman yang biasa hanya ditakut-takuti, sedang teman yang cantik dikejar kadang sampai nangis, nah ketika yang dikejar nangis baru si pemeran mundur, itu keaanehan yang lain yang tak kuketahui sebelumnya.

BERSAMBUNG ...............!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun