Mohon tunggu...
Tri Sulistiani
Tri Sulistiani Mohon Tunggu... -

easy going

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pupus

13 Maret 2012   14:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:07 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13316494481599111093

setiap orang tua pastilah mengingankan yang terbaik bagi buah hatinya. mereka pasti akan melakukan apa saja untuk bisa membahagiakan anak-anaknya dengan membimbingnya menggapai cita-cita sang anak. pun sama halnya dengan pak Narjo. pak narjo adalah seorang guru sekolah dasar  di sebuah desa terpencil di kaki gunung argopuro. istrinya, bu narjo, hanyalah ibu rumah tangga yang tidak mempunyai keahlian khusus selain membesarkan Doni, anak mereka yang semata wayang. Doni kini sudah mulai beranjak remaja, sebentar lagi dia akan lulus sekolah menengah pertama dan akan melanjutkan ke sekolah menengah kejuruan di kota. karena di desa ini adanya hanya sekolah menengah atas. jadi dengan berat hati pak narjo dan istrinya merelakan doni untuk berpisah dari mereka sebagai orang tuanya dan pindah ke kota untuk melanjutkan pendidikannya. Doni adalah anak yang cerdas dan menyukai bidang otomotif. dia mempunyai mimpi akan bisa membuka bengkel sepeda motor di desanya kelak jika dia lulus nanti. tekadnya yang kuat membuatnya tegar jauh dari orang tuanya yang selama ini selalu menjaga dan mengurusnya. setahun telah berlalu dan doni sudah beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya yang baru dikota. dia kos ditempat yang amat sederhana. ibu kosnya adalah seorang janda tua yang telah ditinggal anak-anaknya yang telah berkeluarga, memang sesekali anak-anaknya ibu kos datang membawa cucu-cucu yang amat lucu-lucu. ditahun pertama sekolahnya, doni selalu mengukirkan nilai yang hampir sempurna di hampir seluruh mata pelajaran. ditahun kedua, semuanya mulai kelihatan berubah. kini doni sudah sangat jarang pulang menengok kedua orangtuanya dan kampung halamannya. biasanya paling tidak sebulan sekali doni menyempatkan diri pulang ke kampung. kini tidak pernah lagi. pak narjo dan istrinya walaupun mulai merasakan gelagat yang tidak enak, tapi mereka masih berusaha tuk berpikiran positif tentang anak mereka.  mereka berpikir bahwa anaknya sibuk dengan urusan sekolahnya. memasuki semester genap ditahun kedua, perangai doni mulai berubah. yang dulunya sangat santun, kini berubah menjadi sosok yang temperamental. jarang pulang ke tempat kosnya, walaupun pulang itu juga cuma sebentar untuk ganti baju dan mengambil barang-barang  yang dibutuhkannya untuk kemudian berlalu tanpa sepatah katapun. pak narjo yang mendengar cerita itu dari si ibu kos, tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya. raut wajah pak narjo menjadi sangat serius dan tersirat rasa kecewa. kedatangannya kali ini memang diluar jadwal kunjungan rutin pak narjo tiap bulannya. jadi doni pasti tidak mengharap orang tuanya akan datang saat itu. kala itu senja mulai turun, dan pak narjo memang berniat menunggu doni sampai pulang. dalam pikirannya, andaikata malam ini doni tidak pulang, dia akan mencari doni disekolah esok pagi. pak norjo beristirahat di kamar doni, diliriknya jam diatas meja kecil dikamar itu. waktu menunjukkan jam 10 malam dan masih belum ada tanda-tanda doni pulang. pikiran pak narjo melayang jauh ke desa kecil tempat dia membesarkan doni dengan kasih sayang. desa kecil yang sangat bersahaja dimana penduduknya selalu ramah kepada siapapun. alamnya begitu indah dan asri dengan hawanya yang sejuk. sejenak lamunan itu membuatnya mengantuk, ketika tiba-tiba ada pemuda yang menerobos masuk kamarnya. pak narjo terkejut dan bangun dari pembaringannya, sementara si pemuda juga terkejut melihat pak narjo sudah ada didalam kamar itu. pak narjo langsung mengenali sosok pemuda itu. dia adalah edi, teman sekolah doni yang dulu sering diajak doni pulang ke desanya. edi pun tak kalah terkejut melihat pak narjo. dari raut wajah dan gelagat edi, pak narjo tahu kalau sesuatu yang buruk telah terjadi pada doni. setelah didesak akhirnya edi bercerita bahwa doni sekarang ada dirumah sakit sedang kritis karena over dosis. sesampainya di rumah sakit pak narjo langsung digiring perawat ke kamar mayat. karena disanalah sekarang tubuh doni terbujur. rupanya paramedik tidak dapat menyelamatkan jiwa doni. pak narjo hanya bisa menatap jasad doni, kini pak narjo benar-benar menyadari bahwa apa yang selama ini dia takutkan sekarang menjadi kenyataan. dia berfikir dalam kesedihan yang mendalam bagaimana harus menyampaikan berita duka ini kepada sang istri dirumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun