Mohon tunggu...
Tri Sulistiani
Tri Sulistiani Mohon Tunggu... -

easy going

Selanjutnya

Tutup

Drama

Diary Jiwa Sepi

3 Desember 2011   14:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:52 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kembali jiwaku berbisik, "aku tidak bisa berhenti hanya sampai disini!"

telah kucoba untuk menjadi tegar, sabar, tabah, atau apalah kau menyebutnya. tapi semakin aku mencoba maka rasa lelah seakan memakuku lebih dalam lagi. kadangkala aku ingin menjerit hingga akan sanggup membuat orang-orang disekitarku menjadi tuli, tapi akankah itu semua dapat memberikan jalan keluar yang benar terhadapku?

aku berpikir untuk kesekian kalinya, bagaimana bisa aku bertahan dengan topeng yang melekat pada diriku, sampai kapan aku harus memakainya? bisakah aku menanggalkannya jika aku sudah mati kelak?

sebab kurasakan bahwa topeng ini lekat bak kulit diwajahku.....

aku harus menyelamatkan diriku mulai saat ini, detik ini karena tak akan ada satu orangpun yang sanggup menolongku selain diriku sendiri.

dalam sunyinya malam kembali kukenang masa-masa yang telah lalu. masa dimana jiwa-jiwa muda menghampiriku silih berganti. kulalui hari-hariku dengan langkah yang ringan, seringan aliran sungai yang mencari alurnya menuju muara. tak pernah sekejappun kupikirkan tentang esok karena aku hanya menjalani hari ini, pun tidak juga kusesali hari kemarin. ya...aku hanya menjalani hidupku saat ini. ku hanya berjalan beriringan dengan hidupku sendiri.

namun aku tidak mengerti kenapa hidup menghempaskan aku disini dengan begitu hebatnya. adakah aku telah mengkhianati hidupku sendiri? ketika semua tanya tak lagi terjawab, ketika airmata tak lagi mampu mengalir turun di pipi,,,jiwa kembali melayang diantara bayang-bayang sepi.

kulihat bayangan-bayangan liar yang menari disekelilingku, dan akupun terhanyut dalam irama tarian yang penuh bujuk rayu. kembali kujalani langkah ku namun kurasakan tak seringan sebelumnya. terasa beban memberati langkahku. tlah kucoba untuk mengangkat kaki ini sekuat ku bisa namun yang kudapati hanya langkah yang terseret.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun